BAGIKAN
(Lucas Sankey/Unsplash)

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa tubuh manusia menggunakan 30% hingga 50% lebih sedikit air per hari daripada primata lainnya. Penemuan ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang berubah selama evolusi manusia yang mengurangi jumlah air yang digunakan tubuh kita setiap hari untuk tetap sehat.

Tubuh kita akan senantiasa kehilangan air yang dikeluarkan melalui berbagai proses. Saat kita berkeringat, membuang air kecil, bahkan saat bernapas. Kehilangan air tersebut perlu diganti kembali agar volume darah dan cairan tubuh lainnya terjaga dalam kisaran normal.

Baik manusia maupun hewan lainnya, sistem tubuhnya akan senantiasa menjaga keseimbangan cairan dalam kisaran yang sehat. Air yang masuk harus setara dengan air yang keluar. Misalnya saat kita banyak mengeluarkan keringat, maka tubuh akan mengeluarkan sinyal berupa rasa haus. Lalu menenggak air lebih banyak daripada yang dibutuhkan tubuh, dan ginjal membuang kelebihannya.

Mungkin ada suatu perubahan yang terjadi sejak lama dalam kemampuan tubuh kita untuk menghemat air. Di mana hal itu telah memungkinkan nenek moyang kita untuk menjelajah lebih jauh dari sungai dan sumber air untuk mencari makanan, kata penulis utama Herman Pontzer, profesor antropologi evolusioner di Duke University.

“Bahkan bisa hidup sedikit lebih lama tanpa air sebenarnya akan menjadi suatu keuntungan yang besar karena manusia purba mencari nafkah di lanskap sabana yang kering,” kata Pontzer.

Para peneliti mengamati bagaimana siklus air – yang masuk dan keluar – pada 309 orang yang memilki gaya hidup berbeda-beda. Mulai dari petani, pemburu-pengumpul, hingga pekerja kantoran. Kemudian membandingkannya dengan 72 ekor kera yang tinggal di kebun binatang dan cagar alam.

Kemudian mereka menjumlahkan semua pemasukan dan pengeluaran air. Dan, ditemukan bahwa rata-rata orang memproses sekitar tiga liter air setiap harinya. Sementara itu, seekor simpanse atau gorila yang hidup di kebun binatang mengalami kematian dua kali lipat selama percobaannya.

Pontzer mengatakan para peneliti terkejut dengan hasil tersebut karena, di antara primata, manusia memiliki kemampuan luar biasa untuk berkeringat. Per inci persegi kulit, “manusia memiliki kelenjar keringat 10 kali lebih banyak daripada simpanse,” kata Pontzer. Itu memungkinkan seseorang untuk berkeringat lebih dari 2 liter selama satu jam olahraga.

Sementara itu, pada kenyataannya kera besar seperti ​​simpanse, bonobo, gorila, dan orangutan, menjalani kehidupan yang malas. “Kebanyakan kera menghabiskan 10 hingga 12 jam sehari untuk istirahat atau makan, dan kemudian mereka tidur selama 10 jam. Mereka benar-benar hanya bergerak beberapa jam sehari,” kata Pontzer.

Para peneliti juga turut memperhitungkan terkait perbedaan iklim, ukuran tubuh, dan beberapa faktor lainnya seperti tingkat aktivitas dan kalori yang terbakar per hari. Mereka menyimpulkan bahwa penghematan air untuk manusia itu nyata, dan tidak hanya bermanfaat di mana seseorang tinggal atau seberapa besar aktivitas fisiknya.

Dulu seperti sekarang, mungkin kita sebenarnya bisa bertahan beberapa hari tanpa minum, kata Pontzer. “Anda mungkin tidak memutuskan tali ekologis itu, tapi setidaknya Anda mendapatkan yang lebih panjang jika Anda bisa bertahan lebih lama tanpa air.”

Tapi, bagaimana perubahan fisiologis ini terjadi?

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, diperoleh sebuah hipotesis. Yang menyatakan bahwa respons haus tubuh kita disetel ulang sehingga secara keseluruhan, kita menginginkan lebih sedikit air per kalori dibandingkan primata lainnya. Bahkan di saat masih bayi, rasio air terhadap kalori ASI 25% lebih rendah daripada susu pada kera besar lainnya.

Bukti-bukti fosil juga menunjukkan bahwa sekitar 1,6 juta tahun yang lalu manusia mulai mengembangkan hidung yang lebih menonjol. Sementara gorila dan simpanse memiliki hidung yang jauh lebih rata.

Ini memungkinkan saluran hidung kita membantu dalam menghemat air. Yaitu dengan mendinginkan dan mengembunkan uap air dari setiap udara yang dihembuskan melalui hidung. Lalu mengubahnya kembali menjadi cairan di bagian dalam hidung kita sehingga dapat diserap kembali.

Memiliki hidung yang lebih menonjol mungkin telah membantu manusia purba mempertahankan lebih banyak kelembapan dari setiap hembusan napasnya.

“Masih ada misteri untuk dipecahkan, tapi jelas manusia sedang menghemat air,” kata Pontzer. “Mencari tahu persis bagaimana kita melakukannya adalah ke mana kita pergi selanjutnya, dan itu akan sangat menyenangkan.”

Penelitian ini telah diterbitkan di jurnal Current Biology.