BAGIKAN
Credit: Carol Cavasin

Di saat dinosaurus punah, kecerdasan burung telah menyelamatkannya dari amukan asteroid yang menghantam Bumi sekitar 65 juta tahun yang lalu. Meskipun ukurannya kecil, tapi sepertinya kecerdasan tidak selalu sebanding dengan volumenya. Bahkan, tidak semua burung memiliki kecerdasan yang setara walaupun ukuran tubuh dan otaknya relatif sama.

Bagaimanapun, kecerdasan burung dan hewan lainnya masih belum sepenuhnya terungkap penyebabnya. Namun, ada jejak bahwa jumlah neuron di bagian tertentu di otak berpeluang terhadap kecerdasan yang dihasilkan.

Sebuah penelitian sebelumnya mengungkap bahwa otak burung penyanyi dan burung beo mengandung jumlah neuron yang sangat besar di otak depan mereka. Terkadang, jumlahnya lebih banyak daripada monyet.

Bahkan, penilitian lain menunjukkan pada usia empat bulan, kinerja kognitif gagak dan bagaimana mereka berinteraksi dengan gagak lain mungkin setara dengan yang dimiliki kera besar dewasa. Burung-burung ini dapat bersaing sebaik simpanse dan orangutan dewasa dalam tugas-tugas kognitif tertentu.

Sementara itu, penelitian lainnya menunjukkan bahwa jumlah total neuron di bagian tertentu dari otak depan burung, yang dikenal sebagai pallium, berpengaruh terhadap memori, pembelajaran, penalaran, dan pemecahan masalah.

Mungkin, ini menunjukkan bahwa kecerdasan kognitif suatu spesies tidak selalu terkait dengan jumlah total neuron di otaknya.

Sebuah tim peneliti sekarang memiliki gagasan yang agak berbeda. Mereka menghitung perkiraan jumlah neuron yang ada di pallium dari 111 spesies burung. Kemudian, membandingkan angka-angka tersebut dengan lebih dari 4.400 cara inovatif bagi burung untuk mendapatkan makanan.

Pada akhirnya, mereka menemukan spesies burung dengan jumlah neuron yang lebih tinggi di pallium mereka juga cenderung lebih inovatif. Namun, ketika ada lebih banyak neuron di pallium, cenderung lebih sedikit di tempat lain di otak.

“Jika seekor burung mengandung sejumlah besar neuron yang tidak proporsional di sebagian besar otak depan mereka, maka ini akan menghasilkan otak yang lebih besar secara absolut dan relatif terhadap ukuran tubuhnya,” para penulis menyimpulkan.

Temuan menunjukkan bahwa kecerdasan burung tergantung pada “alokasi neuron yang tidak proporsional untuk tugas-tugas kognitif”.

Dengan demikian, penulis berpendapat  bahwa temuan mereka mendukung hipotesis bahwa kecerdasan bergantung pada jumlah total neuron dan cara neuron tersebut menghubungkan area otak yang berbeda.

Singkatnya, mengukur kecerdasan jauh lebih rumit daripada menghitung neuron atau menentukan seberapa padat sel-sel itu dalam ruang tertentu.

Mereka berpikir bahwa kecerdasan burung berkaitan dengan seberapa luas jaringan yang didistribusikan di otak dikendalikan dan diintegrasikan.

“Temuan terakhir ini sesuai dengan gagasan bahwa hewan yang memiliki otak besar hanya karena mereka memiliki tubuh yang sangat besar belum tentu yang paling cerdas,” tulis para penulis.

Para peneliti juga menemukan bahwa burung-burung yang berkembang lebih lambat di saat masih bayi, cenderung memiliki jumlah neuron yang lebih besar di pallium mereka.

Ini menunjukkan bahwa kecerdasan burung yang lebih besar mungkin memerlukan fase ekstra dalam perkembangan otak setelah mereka menetas. Dan dalam kurun waktu tersebut, pallium juga semakin berkembang.

“Jumlah waktu yang dihabiskan semasa bayi di dalam sarang saat otak mereka berkembang mungkin juga memainkan peran penting dalam evolusi kecerdasan,” kata ahli biologi Louis Lefebvre dari McGill University di Kanada.

“Spesies burung gagak dan burung beo yang lebih besar, yang dikenal karena kecerdasannya, menghabiskan waktu lebih lama di sarang, yang memungkinkan lebih banyak waktu bagi otaknya untuk tumbuh dan mengakumulasi neuron pallial.”

Mungkin, hal ini juga bisa sama pada proses perkembangan otak manusia, jika dibandingkan dengan simpanse atau bonobo. Otak manusia tiga kali lebih besar dari primata lainnya, dan manusia membutuhkan waktu lebih lama untuk tumbuh kembang sedari bayi hingga dewasa.

Penelitian otak terbaru juga menunjukkan bahwa kecerdasan manusia lebih unggul daripada kecerdasan primata lainnya bukan karena ukuran otak kita, tetapi karena otak kita lebih fleksibel atau memiliki  sinergi yang lebih besar.

Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Ecology and Evolution.