BAGIKAN
Credit: Patrice Courtaud, Université de Bordeaux

Sebuah situs berupa gundukan tanah diduga telah digunakan sebagai pemakaman selama 2.000 tahun telah menimbulkan pertanyaan bagi para peneliti, mengapa orang-orang selama kurun waktu tersebut begitu tertarik dengan gundukan tanah ini.

Gundukan makam era prasejarah yang tidak biasa ini berlokasi di dekat Bordeaux, Prancis barat daya, yang dikenal sebagai Situs Le Tumulus des Sables. Pertama kali ditemukan pada tahun 2006 secara tidak sengaja oleh anak-anak yang mendapatkan sisa-sisa jasad manusia di pelataran halaman sekolah TK mereka.

Hannah James, dari Australian National University (ANU), mengatakan pada awalnya diasumsikan situs itu digunakan semata-mata oleh masyarakat Bell Beaker, salah satu budaya pertama yang tersebar di seluruh Eropa yang muncul sejak 2.800 SM.

Menurutnya, masyarakat setempat pada saat itu benar-benar selalu kembali ke situs ini dan menggunakannya sebagai tempat pemakaman jenazah secara terus menerus semenjak Neolitikum hingga Zaman Besi. Terutama ditemukannya sisa-sisa jasad manusia yang berasal dari sekitar 3600 SM hingga sekitar 1250 SM.

“Ini tidak biasa karena benar-benar sesuatu yang tidak dimengerti atau bergengsi. Ini adalah sebuah gundukan dengan kedalaman sekitar 50 cm. Ini bukan di bukit atau lokasi yang jelas, jadi ada sesuatu yang lain tentang situs ini yang menyebabkan orang kembali dan menggunakannya.” kata James.

Dengan menggunakan penanggalan radiokarbon dan analisis empat isotop yang berbeda, tim dapat mengumpulkan lebih banyak informasi tentang orang-orang yang terkubur di sana.

“Karbon dan nitrogen memberi tahu kita tentang jenis makanan apa yang telah mereka makan. Sumber makanan mereka dari daratan. Anehnya, mereka tidak berburu dan mengumpulkan makanan dari sungai terdekat, atau lautan, yang berjarak 10 kilometer jauhnya. Itu tidak berubah dari waktu ke waktu. ”

Bukti menunjukkan salah satu individu dilahirkan dalam iklim yang jauh lebih dingin, seperti berasal dari Pegunungan Pyrenees di selatan.

Tidak jelas apakah masyarakat ini bermigrasi ke wilayah Le Tumulus des Sables, atau apakah seluruh kerangka mereka, atau gigi tunggal, dibawa dan ditumpukkan di sana.

Menurut James, semua orang memiliki “ciri khas yang sangat lokal”.

“Kami menemukan banyak gigi bayi, serta gigi tanpa akar yang telah utuh, yang berarti mayat tersebut meninggal pada masa kanak-kanak, pada saat giginya masih dibentuk.”

Para arkeolog juga menemukan tumpukan logam, tembikar, dan tulang binatang di situs tersebut, yang membuatnya sulit untuk mengidentifikasi sisa-sisa manusia.

“Semua sisa kerangka benar-benar tercampur, dan kita sedang berurusan dengan potongan-potongan kecil dari tulang,” kata James.

“Kami menganalisis gigi yang sama setiap kali, untuk memastikan kami menmukan individu yang berbeda – tetapi jumlah sebenarnya orang yang terkubur di sana bisa jauh lebih banyak.”

Penelitian ini diterbitkan dalam Journal of Archaeological Science: Reports.