BAGIKAN

Lingkaran peri adalah pola lingkaran dari suatu permukaan tanah yang dikelilingi oleh tumbuhan – biasanya rerumputan – di suatu dataran yang gersang. Karena penampakkannya tidak biasa fenomenanya menjadi menakjubkan. Para peneliti menunjukkan bahwa rumput yang membentuk pola-pola ini berfungsi untuk mengubah lingkungannya yang tidak bersahabat dan gersang, sehingga fungsi ekosistemnya tetap terjaga.

Tim peneliti internasional yang dipimpin oleh University of Göttingen, untuk pertama kalinya mengumpulkan data-data secara terperinci untuk menunjukkan bahwa model Alan Turing dapat menjelaskan pola vegetasi yang mencolok dari lingkaran peri di Australia.

Hasil dari penelitian ini telah dipublikasikan di Journal of Ecology.

Dalam makalahnya Turin menguraikan bagaimana pola-pola di alam terbentuk, seperti bentuk garis-garis dan titik-titik seperti pola pada kulit macan tutul. Turin menyatakan bahwa pola tersebut terbentuk dengan alami dan otonom akibat salah satu bahan kimia memicu aktivitas sel dan bahan kimia lainnya menghalanginya. Atau, kedua zat kimia tersebut saling berinteraksi dan akan menentukan sel mana yang tumbuh sehingga menciptakan pola-pola tertentu pada kulit macan tutul.

Pemikiran tersebut hingga kini telah dijadikan dasar teoritis dari semua bentuk motif yang ditemukan di alam.

Teori ini sangatlah menarik. Dan faktanya, beberapa dekade kemudian, para ilmuwan dapat menemukan berbagai contoh dari pola-pola Turin yang menakjubkan di berbagai lokasi di alam.  

Pembuktian terbaru dari teori ini adalah terbentuknya pola “lingkaran peri” di sebuah padang rumput gersang di Namibia, Afrika Selatan. Formasi misterius dimana terbentuk lingkaran kosong dengan cincin rumput yang tumbuh disekelilingnya. 

Hasil pemotretan dengan drone dari lingkaran peri di Australia (Stephen Getzin/ University of Gottingen)

Penjelasan tentang asal muasal terbentuknya pola ini masih menjadi perdebatan. Dan yang terbaru adalah teori yang menyebutkan bahwa lingkaran aneh tersebut terbentuk akibat aktivitas rayap di bawah permukaan tanah, tetapi kemudian ditemukan pola lingkaran peri yang sama di sebuah pedalaman di Australia yang menunjukkan bahwa lingkaran peri tersebut tidak ada hubungannya dengan aktivitas rayap.

Sebagai alternatif, para ilmuwan mengajukan teori yang menyebutkan bahwa lingkaran peri ini terbentuk karena rumput-rumput tersebut mengatur cara tumbuh mereka untuk mengantisipasi kurangnya sumber air di lingkungan gurun yang sangat kering.

Teori tersebut masuk akal, dan jika benar, juga menunjukkan salah satu bukti nyata dari pola Turin. Tetapi, menurut para ilmuwan, masih diperlukan bukti-bukti empiris lainnya untuk mendukung hipotesis tersebut. 

“Terdapat ketidakseimbangan yang kuat antara model vegetasi teoritis, asumsi apriori dan kurangnya bukti empiris yang dapat mencontohkan proses yang benar dari segi ekologis.” kata tim peneliti yang dipimpin oleh Stephan Getzin, seorang ahli ekologi dari University of Göttingan di Jerman dalam laporan penelitiannya yang telah dipublikasikan dalam Journal of Ecology.

Untuk menjembatani celah ini, Getzin dan rekan-rekan peneliti lainnya menggunakan drone yang dilengkapi dengan kamera multispektral untuk mensurvey lingkaran peri dari atas di wilayah pertambangan di Neuman, di bagian barat Australia.

Berdasarkan salah satu hipotesis tim peneliti, pola Turin mengatur bentuk lingkaran peri ini agar rumput-rumput menjadi tumbuh kuat di tengah lingkungan yang keras dan kering tersebut.

Dengan menganalisis pemisahan spasial dari rumput-rumput yang memiliki vitalitas yang tinggi dan rendah, dan dengan menggunakan sensor kelembaban untuk memeriksa kondisi tanah, tim peneliti menemukan bahwa rumput-rumput yang tumbuh di sekitar lingkaran peri secara sistematis lebih sehat dan bervitalitas tinggi.

Credit: Jen Guyton, Department of Ecology and Evolutionary Biology

Dengan kata lain, untuk pertama kalinya, para peneliti memiliki bukti empiris yang menunjukkan bahwa terbentuknya lingkaran peri ini sesuai dengan apa yang disampaikan dalam teori Turi beberapa dekade lampau.

“Hal yang menarik adalah rumput-rumput dapat secara aktif menciptakan kondisi di sekitarnya sehingga terbentuk pola-pola ruang kosong yang simetris,” kata Getzin.

Tumbuhan memperoleh keuntungan dengan tambahan persediaan air dari lingkaran peri yang besar, sehingga tercipta ekosistem yang seimbang, walaupun pada kondisi lingkungan yang keras dan kering. Tanpa adanya pengaturan seperti yang dilakukan oleh rumput-rumput pada lingkaran peri, wilayah ini hanya akan menjadi gurun yang didominasi oleh tanah yang kering dan gersang.

Menurut para peneliti, rumput-rumput yang membentuk lingkaran peri ini tumbuh bersama dengan saling bekerja sama, mengatur lingkungan mereka agar dapat melindungi mereka dalam sebuah ekosistem yang sangat kering.

Tim peneliti mengatakan bahwa masih dibutuhkan penelitian lapangan lebih lanjut untuk memvalidasi model matematika dari teori ini, tetapi untuk saat ini, apa yang telah dicapai para ilmuwan adalah yang paling mendekati untuk membuktikan fenomena misterius ini.