Dukungan awal secara online terhadap Boogaloos, salah satu kelompok ekstremis yang terlibat dalam sebuah serangan di Capitol Amerika Serikat, mengikuti pola matematika yang sama dengan ISIS. Terlepas dari perbedaan ideologis, geografis, dan budaya yang mencolok di antara keduanya. Demikianlah kesimpulan dari sebuah studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Scientific Reports, oleh para peneliti dari Universitas George Washington.
“Studi ini membantu memberikan pemahaman yang lebih baik tentang munculnya gerakan ekstremis di AS dan di seluruh dunia,” kata Neil Johnson, seorang profesor fisika di GW.
“Dengan mengidentifikasi pola umum yang tersembunyi dalam apa yang sepertinya merupakan gerakan yang sama sekali tidak terkait, ditambah dengan deskripsi matematis yang ketat tentang bagaimana semua itu berkembang,” kata Johnson, “Temuan kami dapat membantu bagaimana platform media sosial untuk mencegah pertumbuhan kelompok ekstremis tersebut.”
Studi ini membandingkan perkembangan Boogaloos, dengan dukungan online terhadap ISIS. Johnson dan timnya mengumpulkan data-data dengan mengamati bagaimana dukungan publik dari komunitas online di platform media sosial, terhadap Boogaloos dan ISIS. Mereka menemukan bahwa evolusi kedua gerakan tersebut mengikuti sebuah persamaan matematis tertentu.
Temuan tersebut menunjukkan perlunya kebijakan khusus yang bertujuan untuk membatasi pertumbuhan gerakan ekstremis tersebut. Para peneliti menunjukkan bahwa ekstremisme online dapat menyebabkan kekerasan dunia nyata, seperti serangan terhadap US Capitol, serangan yang melibatkan anggota gerakan Boogaloo dan kelompok ekstremis AS lainnya.
Platform media sosial telah berjuang untuk mengendalikan pertumbuhan ekstremisme online, menurut Johnson. Mereka sering menggunakan kombinasi moderasi konten dan promosi aktif dari pengguna yang menyediakan pesan balasan. Para peneliti menunjukkan keterbatasan dalam kedua pendekatan dan menyarankan bahwa strategi baru diperlukan untuk memerangi ancaman yang berkembang ini.
“Satu aspek kunci yang kami identifikasi adalah bagaimana kelompok ekstremis ini berkumpul dan bergabung ke dalam komunitas, kualitas yang kami sebut ‘kimia kolektif’ mereka,” kata Yonatan Lupu, seorang profesor ilmu politik di GW dan salah satu penulis makalah tersebut.
“Terlepas dari perbedaan sosiologis dan ideologis dalam kelompok-kelompok ini, mereka memiliki kemiripan kolektif yang sama dalam hal bagaimana komunitas tumbuh. Pengetahuan ini adalah kunci untuk mengidentifikasi bagaimana memperlambat mereka atau bahkan mencegah mereka terbentuk sejak awal.”