BAGIKAN
(Credit: University of Alaska Anchorage/NSF's NOIRLab), M. Zamani (NSF's NOIRLab) & D. de Martin (NSF's NOIRLab)

Para astronom telah memperoleh gambar paling tajam dari bintang R136a1, sebuah bintang paling masif di alam semesta, sejauh yang diketahui manusia. Bintang ini juga salah satu bintang terpanas, dan terletak di Awan Magellan Besar. Berjarak sekitar 163.000 tahun cahaya dari Bumi, R136a1 hampir 9 juta kali lebih bercahaya dari Matahari.

Prestasi ini diperoleh dengan teknik baru untuk melihat gugus bintang, serta memanfaatkan kemampuan teleskop Gemini Selatan 8,1 meter di Chili. Di antaranya dengan menggunakan sebuah instrumen yang dikenal sebagai Zorro. Zorro memungkinkan para astronom untuk melihat bintang-bintangsecara individu di dalam gugusan bintang dan dengan demikian mengurangi ketidakpastian pada massanya.

Teknik yang digunakan disebut pencitraan spekel dan, bersama dengan optik adaptif, dapat melawan efek buram atmosfer bumi. Pendekatan ini bekerja dengan mengambil ribuan pengamatan paparan pendek yang kemudian diproses untuk mendapatkan resolusi yang sebanding, dan dalam hal ini melebihi, pengamatan teleskop ruang angkasa.

Sebelumnya diperkirakan massa dari R136a1a adalah sekitar 250 hingga 320 kali massa matahari. Namun, studi ini memberikan kisaran antara 170 hingga 230 massa matahari.  Pengamatan ini menunjukkan bahwa mungkin bintang yang sangat masif tersebut lebih kecil daripada yang diperkirakan. Meskipun demikian, ia tetap masih menjadi bintang paling besar di jagat raya yang diketahui hingga saat ini.

Salah satu bagian yang sangat menantang dari teka-teki ini adalah memperoleh pengamatan dari raksasa-raksasa ini, yang biasanya berada di jantung padat gugus bintang yang diselimuti debu.

Kombinasi dari bintang-bintang yang padat, masa hidup yang relatif singkat, dan jarak astronomis yang luas membuat pembedaan masing-masing bintang-bintang masif dalam gugus bintang, menjadi tantangan teknis yang menyulitkan.

“Hasil kami menunjukkan bahwa bintang paling masif yang kita ketahui saat ini tidak sebesar yang kami duga sebelumnya,” kata penulis utama Dr Venu Kalari dalam sebuah pernyataan. “Ini menunjukkan bahwa batas atas pada massa bintang mungkin juga lebih kecil dari yang diperkirakan sebelumnya.”

Sementara bintang biasa seperti Matahari dapat bertahan hingga 10 miliar tahun, bintang masif menyala terang dan mati muda sebagai supernova. Jenis supernova yang sangat spesifik diperkirakan akan terjadi pada bintang-bintang dengan massa lebih dari 150 kali Matahari.

Pekerjaan ini juga berimplikasi pada asal usul unsur yang lebih berat dari helium di alam semesta. Unsur-unsur ini tercipta selama ledakan dahsyat kematian bintang-bintang yang massanya lebih dari 150 kali massa Matahari dalam peristiwa yang oleh para astronom disebut sebagai supernova ketidakstabilan pasangan.

Jika R136a1 kurang masif dari yang diperkirakan sebelumnya, hal yang sama bisa terjadi pada bintang masif lainnya dan akibatnya supernova ketidakstabilan pasangan mungkin lebih jarang dari yang diperkirakan.

“Hasil ini menunjukkan bahwa dengan kondisi yang tepat, teleskop 8,1 meter yang didorong hingga batasnya dapat menyaingi tidak hanya Teleskop Luar Angkasa Hubble dalam hal resolusi sudut, tetapi juga Teleskop Luar Angkasa James Webb,” kata rekan penulis Ricardo Salinas.

Penelitian ini telah diterbitkan di The Astrophysical Journal.