BAGIKAN
Image by nadya_il from Pixabay

Untuk mengobati infeksi clostridium difficile, para ahli kesehatan di AS yang tergabung dalam Infectious Diseases Society of America (IDSA) telah mengusulkan sebuah pedoman berupa penanaman bakteri bermanfaat yang dikenal sebagai mikrobioma yang bersarang di usus orang sehat. Namun, sebuah kasus kematian yang baru ditemukan sebagai dampak dari penularan bakteri berbahaya, mendorong Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) untuk segera menghentikan sejumlah uji coba lainnya.

Infeksi clostridium difficile adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri clostridium difficile (C. Diff), yaitu bakteri yang menyebabkan penyakit ringan seperti diare sampai peradangan berbahaya di usus besar.

Penyebab paling umum dari infeksi clostridium difficile adalah karena penggunaan berbagai antibiotik jangka panjang yang akhirnya bakteri baik di dalam usus pun juga ikut terserang. Hal ini membuat bakteri jahat C.diff berkembang biak secara abnormal. Pertumbuhan bakteri C.diff yang tak terkendali tersebut menghasilkan racun yang menyerang lapisan usus.

Transplantasi tinja dimaksudkan untuk mengambil mikrobioma dari donor sehat dan memungkinkannya untuk berkembang biak di dalam usus pasien sehingga dapat memusnahkan infeksi C. diff selama perawatan.

Tingkat keberhasilan transplatasi hampir mencapai 90 persen menurut pedoman ISDA tersebut, meskipun data jangka panjang tentang efektivitas pengobatan belum tersedia. Sejauh ini, penambahan berat badan telah dilaporkan pada beberapa pasien transplantasi. Statnews melaporkan bahwa beberapa orang khawatir mengenai depresi, alergi, diabetes, dan asma – semuanya diyakini terkait dengan mikrobioma usus – juga dapat tertularkan.

Namun, New York Times mengabarkan bahwa dua orang pasien telah tertular infeksi parah dan satu di antaranya dinyatakan meninggal setelah sama-sama mendapatkan transplatasi feses dari donor yang sama. Para peneliti melakukan pengujian pada sampel donor dan menemukan bakteri E. coli penghasil enzim resisten antibiotik.

Peter Marks, direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologis FDA, mengatakan kepada New York Times bahwa agensi menghentikan sejumlah uji klinis hingga para peneliti yang memimpin mereka membuktikan bahwa mereka memiliki prosedur penyaringan yang tepat untuk memastikan tinja yang akan disumbangkan tidak mengandung organisme berbahaya.