BAGIKAN

Otak manusia memiliki berbagai bagian yang bekerja sama dalam pengambilan keputusan, salah satunya adalah prefrontal cortex (PFC). PFC terdiri dari dua bagian utama yang sangat berperan dalam proses ini: dorsolateral PFC (dlPFC) dan ventromedial PFC (vmPFC). Keduanya memiliki peran yang sangat penting, namun berbeda dalam hal fungsi dan keterkaitannya dengan emosi.

1. Peran dlPFC: Pengambilan Keputusan yang Rasional

Dorsolateral PFC (dlPFC) adalah bagian otak yang paling berperan dalam pengambilan keputusan yang rasional, kognitif, dan utilitarian. Bagian ini membantu kita membuat keputusan yang tidak hanya didorong oleh dorongan emosional, tetapi juga dengan pertimbangan matang mengenai konsekuensi jangka panjang. Contoh yang sering digunakan adalah ketika seseorang harus memilih untuk menunda hadiah kecil demi mendapatkan hadiah yang lebih besar di masa depan.

Pada individu dengan kerusakan pada dlPFC, mereka akan kesulitan merencanakan atau menunda pemenuhan keinginan. Mereka lebih cenderung memilih imbalan segera tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang. Hal ini terjadi karena dlPFC yang rusak mengganggu kemampuan kontrol eksekutif mereka.

2. Peran vmPFC: Keterlibatan Emosi dalam Pengambilan Keputusan

Sebaliknya, ventromedial PFC (vmPFC) berkaitan dengan pengaruh emosi dalam pengambilan keputusan. Wilayah ini berinteraksi erat dengan sistem limbik yang bertanggung jawab atas perasaan kita. Ketika kita merasa senang atau terhubung secara emosional dengan sesuatu—seperti mendengarkan musik favorit atau mendukung tim dalam pertandingan—vmPFC menjadi lebih aktif. Ini menunjukkan bahwa emosi berperan penting dalam membimbing keputusan kita dalam situasi sosial atau pribadi yang lebih emosional.

Individu dengan kerusakan pada vmPFC mengalami kesulitan dalam membuat keputusan yang melibatkan perasaan. Meskipun mereka dapat menganalisis situasi secara rasional dan memberikan saran yang bijaksana kepada orang lain, mereka kesulitan untuk memutuskan ketika situasi tersebut melibatkan perasaan pribadi. Misalnya, seseorang dengan kerusakan pada vmPFC bisa memahami pilihan dalam sebuah dilema moral, tetapi akan kesulitan dalam memutuskan apa yang harus dilakukan karena mereka tidak dapat merasakan perasaan yang terkait dengan keputusan tersebut.

3. Kerusakan pada vmPFC dan Konsekuensinya

Ketika vmPFC rusak, pengambilan keputusan menjadi lebih sulit dan cenderung lebih utilitarian—mengutamakan hasil daripada perasaan atau motivasi emosional yang mendasari keputusan tersebut. Sebagai contoh, seseorang dengan kerusakan vmPFC mungkin lebih mudah mengorbankan satu orang untuk menyelamatkan lima orang, tanpa mempertimbangkan nilai emosional dari korban yang harus dikorbankan.

Pernyataan bahwa kita bisa lebih rasional dengan menghilangkan emosi ternyata tidak benar. Sebagaimana dijelaskan oleh Antonio Damasio, orang dengan kerusakan pada vmPFC bukan hanya kesulitan dalam membuat keputusan, tetapi juga membuat keputusan yang buruk. Mereka cenderung tidak dapat menyesuaikan perilaku mereka berdasarkan umpan balik negatif, seperti memilih teman atau pasangan yang tidak sesuai.

4. Kolaborasi Kognisi dan Emosi

Walaupun dlPFC dan vmPFC memiliki fungsi yang berbeda—dengan dlPFC lebih berfokus pada logika dan vmPFC pada emosi—keduanya bekerja sama dalam membuat keputusan yang sehat. Studi menunjukkan bahwa aktivitas di kedua area ini sering kali terkoordinasi, terutama dalam pengambilan keputusan yang melibatkan komponen emosional dan kognitif yang kompleks. Sebagai contoh, dalam tugas perjudian yang memerlukan pemilihan strategi berdasarkan hadiah yang diberikan, dlPFC aktif dalam mengingat hasil jangka panjang, sementara vmPFC lebih berperan dalam menanggapi hasil langsung dan emosi yang terkait.

Sebagai kesimpulan, meskipun kognisi dan emosi sering dipandang sebagai dua hal yang terpisah, keduanya justru saling melengkapi. Keterlibatan emosi dalam pengambilan keputusan tidak hanya penting untuk keseimbangan psikologis kita, tetapi juga meningkatkan kualitas keputusan yang kita buat. Menghargai peran keduanya dalam proses berpikir kita adalah kunci untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih manusiawi.


“Tulisan ini merujuk pada konsep yang dibahas dalam buku Behave: The Biology of Humans at Our Best and Worst karya Robert M. Sapolsky.”