Amygdala adalah struktur kecil yang terletak di dalam otak, berperan penting dalam pengolahan emosi, khususnya dalam merasakan ketakutan, kecemasan, dan agresi. Meskipun sering dikaitkan dengan perilaku agresif, penelitian menunjukkan bahwa fungsi utama amigdala lebih luas, mencakup pengaturan respons terhadap ancaman dan pengambilan keputusan sosial. Artikel ini akan membahas fungsi amigdala dalam konteks perilaku manusia, serta beberapa penelitian yang mendukung peranannya.
Amygdala dan Agresi
Bukti tentang peran amigdala dalam agresi sangatlah luas, berdasarkan berbagai pendekatan penelitian. Salah satu pendekatan yang sering digunakan adalah metode “perekaman korelatif.” Dalam penelitian ini, elektroda dimasukkan ke dalam amigdala berbagai spesies untuk melihat kapan neuron di sana memicu potensial aksi; ternyata, ini terjadi ketika hewan menunjukkan perilaku agresif. Pendekatan terkait lainnya melibatkan pengukuran daerah otak yang mengonsumsi lebih banyak oksigen atau glukosa selama agresi, di mana amigdala sering kali berada di urutan teratas.
Ketika amigdala dilukai pada hewan, tingkat agresi menurun. Hal serupa juga terjadi secara sementara ketika amigdala dibisukan dengan menyuntikkan Novocain. Sebaliknya, stimulasi neuron di amigdala dengan elektroda atau neurotransmitter eksitatori dapat memicu agresi. Penelitian pada subjek manusia menunjukkan bahwa ketika mereka melihat gambar yang memicu kemarahan, amigdala mereka aktif, dan stimulasi langsung amigdala juga dapat menghasilkan kemarahan.
Dampak Kerusakan Amygdala
Data yang paling meyakinkan berkaitan dengan manusia yang mengalami kerusakan pada amigdala mereka, baik karena jenis ensefalitis, gangguan kongenital seperti penyakit Urbach-Wiethe, atau melalui prosedur bedah untuk mengontrol kejang yang parah. Individu-individu ini mengalami kesulitan dalam mendeteksi ekspresi wajah yang menunjukkan kemarahan, meskipun mereka dapat mengenali emosi lainnya dengan baik. Kerusakan amigdala juga mempengaruhi perilaku agresif; beberapa penelitian menunjukkan bahwa amygdalotomi yang dilakukan untuk mengendalikan agresi dapat mengurangi perilaku ini, meskipun kontroversi etika seputar prosedur ini pernah muncul.
Amygdala dan Kecemasan
Amygdala juga berperan dalam pengungkapan kecemasan. Dalam situasi yang tidak pasti, seperti permainan kompetitif, amigdala menjadi lebih aktif. Ini menunjukkan bahwa amigdala dapat mempengaruhi tingkat kecemasan individu berdasarkan konteks situasional. Selain itu, amigdala terlibat dalam pembelajaran ketakutan, baik yang bersifat bawaan maupun yang dipelajari. Ketakutan bawaan, seperti ketakutan terhadap ular atau laba-laba, dapat muncul tanpa pengalaman sebelumnya, sedangkan ketakutan yang dipelajari terjadi melalui pengalaman.
Pengambilan Keputusan Sosial
Dalam pengambilan keputusan sosial, amigdala berperan dalam reaksi emosional terhadap tawaran dalam permainan ekonomi, seperti permainan Ultimatum. Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan kerusakan pada amigdala cenderung lebih murah hati, yang menunjukkan bahwa amigdala mempengaruhi tingkat ketidakpercayaan dan kewaspadaan dalam pengambilan keputusan sosial.
Kasus Terkait Amygdala dan Agresi
Kasus-kasus terkenal yang berkaitan dengan amigdala dan agresi mencakup Ulrike Meinhof, salah satu pendiri Faksi Tentara Merah, yang terlibat dalam serangkaian tindakan teror di Jerman. Meinhof memiliki tumor otak jinak yang diangkat, dan autopsi setelah kematiannya menunjukkan bahwa sisa-sisa tumor tersebut menekan amigdala. Kasus lainnya adalah Charles Whitman, seorang penembak jitu di Texas yang membunuh banyak orang setelah melawan impuls kekerasan. Autopsi mengungkapkan bahwa Whitman memiliki tumor glioblastoma yang menekan amigdala, meskipun latar belakang keluarganya yang penuh kekerasan juga menjadi faktor risiko.
Secara keseluruhan, amigdala memainkan peran yang kompleks dalam pengolahan emosi, ketakutan, kecemasan, dan pengambilan keputusan sosial. Meskipun sering diasosiasikan dengan agresi, fungsi amigdala yang lebih luas mencakup pengaturan respons terhadap ancaman dan pemrosesan emosi yang mendasari perilaku manusia. Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang amigdala, kita dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi masalah emosional dan perilaku yang berkaitan dengan ketakutan dan kecemasan, serta meningkatkan pengetahuan tentang bagaimana kondisi neurologis dapat mempengaruhi perilaku manusia.
Input yang Masuk ke Amygdala
Informasi Sensorik:
Amygdala menerima informasi dari semua indera kita (seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan). Misalnya, ketika Anda mendengar musik menakutkan dari film Jaws, otak Anda memproses suara itu dan memberi tahu amygdala bahwa ada sesuatu yang menakutkan.
Menariknya, ada jalur cepat di otak yang memungkinkan informasi masuk langsung ke amygdala tanpa melalui bagian otak yang lebih lambat, yaitu korteks. Jadi, amygdala bisa merespons rasa takut sebelum kita benar-benar memahami apa yang terjadi.
Informasi tentang Rasa Sakit:
Amygdala juga mendapat informasi tentang rasa sakit. Jika Anda merasakan sakit, amygdala akan memberi respons yang bisa membuat Anda merasa takut atau cemas.
Ketika kita mengalami rasa sakit yang biasa atau sudah familiar, otak kita dapat memprosesnya dan memberikan respons yang sesuai. Misalnya, jika kita terjatuh dan merasakan sakit di lutut, kita tahu bahwa ini adalah rasa sakit yang mungkin akan sembuh setelah beberapa waktu.
Rasa Sakit yang Tidak Terduga:
Namun, jika kita mengalami rasa sakit yang mendadak dan tidak dapat diprediksi, seperti sakit kepala yang tiba-tiba atau nyeri yang muncul tanpa sebab yang jelas, ini bisa memicu ketakutan atau kecemasan. Kita mungkin merasa cemas tentang apa yang terjadi pada tubuh kita dan khawatir jika itu adalah sesuatu yang serius.
Dalam situasi seperti ini, amygdala akan aktif karena ada elemen ketidakpastian atau ancaman yang terkait dengan rasa sakit tersebut. Ini menciptakan respons emosional yang kuat, seperti ketakutan atau kecemasan, yang membantu kita untuk bereaksi lebih cepat terhadap potensi bahaya.
Amygdala berperan dalam mengidentifikasi dan memproses emosi, terutama yang berkaitan dengan ancaman. Jadi, ketika ada rasa sakit yang tidak terduga, amygdala membantu kita merasakan dan bereaksi terhadap ketidakpastian atau potensi bahaya, bahkan sebelum kita sepenuhnya memahami situasi atau penyebab rasa sakit tersebut.
Secara singkat, amygdala lebih responsif terhadap rasa sakit yang tidak terduga karena ini bisa menandakan masalah yang lebih serius atau ancaman bagi keselamatan kita.
Reaksi terhadap Kebencian dan Bau Busuk:
Ketika kita mencium bau yang tidak sedap atau menghadapi makanan yang busuk, amygdala juga aktif. Menariknya, kita bahkan bisa merasa jijik hanya dengan memikirkan sesuatu yang tidak etis atau moral, seperti pelanggaran norma sosial. Ini bisa membuat amygdala berfungsi untuk merespons kemarahan atau kebencian.
Koneksi dengan Korteks Frontal:
Amygdala mendapatkan banyak informasi dari korteks frontal, yang berfungsi untuk pengambilan keputusan dan perencanaan. Ini membantu kita memahami situasi sosial dan membuat keputusan berdasarkan emosi kita.
Secara keseluruhan, amygdala adalah pusat emosi di otak kita yang sangat cepat dalam merespons situasi menakutkan atau menyakitkan. Dengan koneksi yang kuat ke bagian lain dari otak, amygdala membantu kita menghadapi dan merespons berbagai rangsangan, baik yang positif maupun negatif, bahkan sebelum kita sepenuhnya memahami situasi tersebut.