BAGIKAN
Tanvi Sharma / Unsplash

Sebuah enzim bakteri yang ditemukan dalam gundukan kompos, diketahui tidak hanya mengurai daun-daun yang membusuk, tetapi lebih dari itu. Sebuah penelitian yang laporannya telah dipublikasikan dalam jurnal Nature berhipotesis bahwa hasil temuan mereka merupakan terobosan baru dalam pengolahan limbah botol plastik agar dapat digunakan kembali.

Sekitar 359 juta ton plastik diproduksi setiap tahun, dan sekitar 150 – 200 ton plastik akan berakhir menjadi limbah di tempat penampungan sampah dan mencemari lingkungan. Plastik yang merupakan buatan manusia dapat ditemukan hampir di manapun di planet ini, dari Arktik di kutub utara, pantai-pantai terpencil hingga di dasar lautan paling dalam yang tentu saja mengancam kelangsungan hidup biota laut. 

Polyethylene terephthalate (PET) adalah jenis plastik yang paling banyak diproduksi, biasanya digunakan sebagai botol plastik dan kemasan. Dengan hampir 70 juta ton diproduksi di seluruh dunia setiap tahun untuk penggunaan sebagai kemasan hingga tekstil. Teknologi pengolahan limbah yang ada sekarang ini mampu mengolah limbah botol plastik yang kita buang setelah kita menikmati minuman atau air dalam kemasan, tetapi hasil akhir dari pengolahan ini hanya bisa digunakan untuk produk pakaian dan karpet. Enzim bakteri yang baru ditemukan ini mampu mengurai botol plastik menjadi balok pembangun kimia yang bisa dimanipulasi kembali menjadi sebuah botol plastik, menghasilkan botol plastik yang bisa 100 persen diolah kembali menjadi bentuk semula untuk pertama kalinya.

Para pakar dan ilmuwan lingkungan hidup mengkampanyekan gerakan mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai langkah penting untuk mengurangi limbah plastik di seluruh dunia.  Tetapi hingga kini plastik masih dianggap material yang kuat dan sekaligus ringan dengan banyak fungsi yang belum bisa tergantikan dengan material lainnya yang lebih ramah lingkungan seperti logam dan kaca. Dan pengolahan limbah plastik merupakan solusi terbaik untuk mengatasi masalah ini.

Penemuan ini adalah hasil riset dari University of Toulouse setelah menskrining hampir 100,000 mikroorganisme untuk menemukan kandidat bakteri paling potensial untuk mengolah limbah plastik. Dan bakteri yang berperan dalam mengurai sampah daun-daun adalah salah satu jenis bakteri yang terpilih. 

Para peneliti menganalisis enzim bakteri tersebut dan mengenalkan proses mutasi pada bakteri tersebut agar bakteri memproduksi enzim yang berperan dalam proses penguraian botol plastik. Dan setelah dilakukan pengujian, enzim bakteri ini mampu mendegradasi limbah PET hingga 90 persen hanya dalam 10 jam. Dan para peneliti menggunakan hasil olahan limbah plastik tersebut menjadi botol-botol plastik baru yang layak untuk digunakan sebagai perlengkapan atau wadah makanan. 

Dan setelah mencapai banyak kemajuan dalam hasil proses akhir pengolahan limbah plastik ini, masih dibutuhkan riset lanjutan sebelum metode ini digunakan untuk mengatasi limbah plastik di seluruh dunia. Perusahaan yang ada dibalik riset ini, Carbios, mengatakan mereka akan mengembangkan metode pengolahan limbah plastik hingga skala industri dalam lima tahun. 

Carbios juga bekerjasama dengan perusahaan bioteknologi, Novozymes untuk memproduksi enzym baru ini pada skala industri dengan memanfaatkan jamur. Mereka mengatakan bahwa biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi enzim ini hanya sekitar 4 persen dari biaya pembuatan plastik baru dari minyak bumi.

Hasil riset para ilmuwan juga terus membuat kemajuan dalam menemukan cara biologis dalam menguraikan berbagai jenis plastik. Pada bulan Maret, peneliti dari Jerman menemukan bakteri yang mampu menguraikan polyurethane yang beracun. Dan hasil riset lain sebelumnya, para peneliti menemukan bahwa larva ngengat lilin yang biasanya dipakai sebagai umpan ikan, mampu menguraikan plastik polyethylene dengan memakannya dan mencernanya dengan enzim yang ada di dalam tubuhnya menjadi etilen glikol.