BAGIKAN
Batang pohon kauri purba 42.000 tahun (Credit: Nelson Parker)

Para ilmuwan telah menemukan bukti bahwa kutub magnet bumi yang terbalik sekitar 42.000 tahun lalu mungkin bisa menyebabkan kepunahan Neanderthal. Peristiwa pembalikan kutub magnet bumi ini bisa menimbulkan perubahan iklim dahsyat yang menyebabkan perubahan lingkungan global dan kepunahan massal.

Para peneliti dari University of Sydney South Wales (UNSW) dan Museum Australia Selatan telah menerbitkan hasil temuannya di jurnal Science. Mereka merinci bagaimana pembalikan kutub menyebabkan badai matahari secara mendadak, dan perubahan iklim yang mungkin dapat membunuh Nenderthal.

Medan magnet melindungi Bumi dari angin matahari dan radiasi kosmik yang berbahaya. Membantu dalam navigasi (GPS), migrasi hewan, melindungi sistem telekomunikasi dan satelit.  Dihasilkan jauh di kedalaman Bumi, dalam inti luar cairan besi, nikel dan logam lain yang menciptakan arus listrik, lakhirnya menghasilkan medan magnet.

Namun, kutub utara magnet tidak memiliki lokasi yang tetap. Biasanya ia bergeser di dekat Kutub Utara (titik paling utara dari sumbu Bumi) dari waktu ke waktu karena gerakan dinamis di dalam inti Bumi, seperti halnya pada kutub selatan magnet.

Sekitar 42.000 tahun yang lalu, kutub utara magnet bergerak ke selatan. Dalam proses ini, yang berlangsung sekitar 500 tahun, medan magnet melemah antara 0 hingga 6 persen. Selama periode sekitar 500 tahun, kedua kutub tersebut tetap terbalik, dengan kekuatan medan yang bervariasi di bawah 28 persen dari nilai saat ini. Lalu berbalik lagi selama sekitar 250 tahun. Jadi, secara keseluruhan lamanya pembalikan kutub terjadi sekitar 800 tahun hingga kembali ke posisi semula.

Eksursi geomagnetik atau pembalikan singkat dari medan magnet bumi yang terjadi sekitar 42.000 tahun yang lalu ini, dikenal sebagai Laschamps Excursion. Peristiwa ini diketahui pertama kalinya di tahun 1969, berdasarkan anomali geomagnetik yang ditemukan di aliran lava Laschamps, Prancis. Episode ini sekarang dijuluki sebagai “Peristiwa Geomagnetik Transisi Adams”, atau “Peristiwa Adams” (Adams Event).

Namun, bagaimana Laschamps Excursion  yang dikenal Adams Event ini berdampak terhadap kehidupan di Bumi?

“Untuk pertama kalinya, kami secara tepat dapat menentukan waktu dan dampak lingkungan dari sakelar kutub magnet terakhir,” kata Chris Turney, seorang profesor di UNSW Science dan salah satu penulis utama studi tersebut.

Makalah ini menunjukkan bahwa Adams Event dapat menjelaskan berbagai misteri evolusi lainnya, seperti kepunahan Neanderthal dan kemunculan seni figuratif yang tiba-tiba tersebar luas di gua-gua di seluruh dunia.

Pada tahun 2019 ditemukan sisa-sisa pohon kauri purba di Selandia Baru. Pohon ini telah terawetkan dalam lapisan sedimen selama lebih dari 40.000 tahun. Berdasarkan penanggalan karbonnya, pohon itu pernah hidup selama peristiwa Laschamps Excursion.

Dengan demikian, dari pohon ini para peneliti dapat menelaah lebih jauh. Mereka dapat mengukur, menentukan penanggalan, lonjakan tingkat radiokarbon atmosfer yang disebabkan oleh runtuhnya medan magnet bumi. Bahkan, dengan menganalisis cincin di pohon kauri kuno, mereka dapat membuat skala waktu secara rinci tentang bagaimana atmosfer bumi berubah selama itu.

pohon kauri purba
Batang pohon kauri kuno dari Ngawha, Selandia Baru (Credit: Nelson Parker)

Salah satu petunjuk pertama mereka adalah bahwa megafauna di seluruh daratan Australia dan Tasmania mengalami kepunahan secara simultan 42.000 tahun yang lalu. Lingkungan Australia bergeser ke keadaan gersang seperti saat ini.

Tetapi menurut temuan tim, bagian paling dramatis adalah menjelang pembalikan, ketika kutub-kutub itu bermigrasi melintasi Bumi. Pada saat itu, bumi pada dasarnya tidak memiliki medan magnet sama sekali dan perisai radiasi kosmiknya benar-benar hilang.

“Radiasi dari luar angkasa  tanpa filtermerobek partikel udara di atmosfer bumi, memisahkan elektron dan memancarkan cahaya — sebuah proses yang disebut ionisasi,” kata Prof. Turney.

“Udara terionisasi ‘menggoreng’ lapisan Ozon, memicu riak perubahan iklim di seluruh dunia.”

Selama Adams Event, manusia purba di seluruh dunia saat itu mungkin akan menjumpai langit dengan cahaya yang jauh lebih berkilauan. Suatu fenomena alam yang biasanya muncul di kutub utara dan selatan bumi yang dikenal sebagai aurora. Karena ada kerusakan pada medan magnet bumi, angin matahari yang menghantam atmosfer bumi memunculkan aurora borealis dan aurora australis di mana-mana.

Aurora
Aurora (Raul Popadineți/Unsplash)

Para peneliti berteori bahwa perubahan lingkungan yang dramatis mungkin telah menyebabkan manusia purba untuk mencari lebih banyak tempat berlindung. Dan mungkin tempat seperti gua merupakan tempat bernaung yang lebih aman. Ini bisa menjelaskan mengapa berbagai karya seni gua muncul secara tiba-tiba di seluruh dunia sekitar 42.000 tahun yang lalu.

“Motif seni gua yang umum dari sidik jari oker merah mungkin menandakan bahwa itu digunakan sebagai tabir surya, teknik yang masih digunakan sampai sekarang oleh beberapa kelompok,” kata rekan penulis Profesor Alan Cooper, Peneliti Kehormatan di Museum Australia Selatan.

“Gambar menakjubkan yang dibuat di gua-gua selama waktu ini telah dilestarikan, sementara karya seni lain di area terbuka telah terkikis, membuatnya seolah-olah bahwa karya seni tiba-tiba dimulai 42.000 tahun yang lalu.”

karya seni stensil gua
Karya seni stensil di Gua El Castillo Spanyol diyakini berusia hampir 42.000 tahun (Paul Pettitt / Gobierno de Cantabria)

Skala waktu baru membantu mengungkap gambaran periode dramatis dalam sejarah Bumi ini. Tim tersebut mampu merekonstruksi rantai peristiwa lingkungan dan kepunahan menggunakan pemodelan iklim.

Meskipun kutub magnet selalu bergerak, beberapa ilmuwan mengkhawatirkan pergerakan cepat kutub magnet utara melintasi belahan bumi utara.

“Kecepatan ini — bersamaan dengan melemahnya medan magnet bumi sekitar sembilan persen dalam 170 tahun terakhir — bisa menunjukkan pembalikan yang akan datang,” kata Prof. Cooper.

“Jika peristiwa serupa terjadi hari ini, konsekuensinya akan sangat besar bagi masyarakat modern. Radiasi kosmik yang masuk akan menghancurkan jaringan tenaga listrik dan jaringan satelit kita.”

Penelitian ini telah diterbitkan di jurnal Science.