BAGIKAN
[ flickr / Realismart27 ]

Sebuah tim paleontolog yang dipimpin oleh Bryan Shirley dan Madleen Grohganz dari Ketua Penelitian Palaeoenviromental di University of Erlangen-Nuremberg (FAU) telah dapat menemukan lebih banyak tentang bagaimana predator paling awal di Bumi 480 juta tahun yang lalu, dapat menumbuhkan dan meregenerasi gigi-giginya. Hasilnya kini telah diterbitkan di Proceedings of the Royal Society B

Conodont, vertebrata seperti belut yang hanya beberapa sentimeter saja panjangnya telah dianggap sebagai predator pertama di planet Bumi. Gigi-gigi kecilnya, merupakan mikrofosil yang paling penting, dapat memperbaiki diri setelah mengalami kerusakan. Bagaimana tepatnya ini terjadi sudah lama sulit untuk dipastikan. Meskipun fosil gigi-giginya sering ditemukan di batu lautan, jaringan lunaknya jarang yang terawetkan. Karena hanya beberapa contoh jaringan lunak dari conodont yang masih bertahan, sangat sulit untuk meganalisa lebih jauh.

Analisis yang dilakukan oleh para peneliti FAU sekarang memberikan lebih banyak harapan. Dengan menggunakan pemindaian mikroskop elektron, para ilmuwan memeriksa berbagai lapisan gigi conodont untuk dipelajari lebih lanjut tentang bagaimana pertumbuhannya.

Bahan yang berbeda mencerminkan jumlah elektron yang berbeda pula. Misalnya, unsur-unsur berat memantulkan elektron lebih kuat daripada yang lebih ringan, itulah sebabnya mengapa mereka ditampilkan dalam corak yang lebih terang pada gambar. Metode ini memungkinkan lapisan individu untuk direproduksi dan diselidiki dengan resolusi yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya.

Dengan menggunakan spektroskopi sinar-X di mana unsur-unsur dideteksi dengan cara radiasi yang dipancarkan, para ilmuwan juga mampu menganalisis komposisi kimia dari setiap lapisan.

(Credit : FAU/Bryan Shirley)
Gigi conodont (Credit: FAU/Bryan Shirley)

Gigi conodont tumbuh dalam siklus yang bergantian antara periode pemakaian dan pertumbuhan lapisan baru.

Lebih jauh lagi, bentuk giginya sangat bervariasi tergantung pada tingkat pertumbuhan hewan. Berdasarkan komposisi kimia dan bentuk gigi, para peneliti mampu mengidentifikasi tiga tahap pertumbuhan selama perkembangan hewan yang dipengaruhi (antara lain) oleh kebiasaan makan.

Setelah tahap pertama, keadaannya sejenis larva, di mana makanan tidak dicerna secara mekanis (dengan mengunyah), conodont berevolusi menjadi pemburu pertama selama tahap pertumbuhan kedua dan ketiga. Selama waktu ini, gigi mereka mengalami metamorfosis – transisi untuk menjadi predator.

Hingga kini, ada dua model untuk menjelaskan bagaimana gigi conodont mampu meregenerasi diri. Berbeda dengan gigi manusia, misalnya, yang tumbuh dari dalam ke luar, gigi conodont memperbaiki diri dengan menambahkan lapisan baru dari luar secara terus menerus.

Satu teori yang diajukan oleh para ilmuwan adalah bahwa conodont menarik gigi mereka selama periode ‘istirahat’ sehingga pertumbuhan terjadi oleh aposisi lapisan baru di kantong epidermis. Ini bisa dibandingkan dengan mekanisme gigi yang dapat ditarik yang digunakan untuk menyuntikkan racun oleh beberapa spesies ular.

Di sisi lain, terdapat teori yang mengatakan bahwa gigi secara permanen diselubungi oleh jaringan dan sejenis lapisan tanduk, memungkinkan lapisan baru terbentuk seiring waktu. Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan FAU kini telah mengkonfirmasi teori pertama.