BAGIKAN
(Credit: El Patiaz Cultural Association)

Sebuah situs arkeologi di timur laut Spanyol memiliki salah satu pemakaman Muslim tertua yang diketahui di negara itu. Di mana telah ditemukan 433 kuburan, beberapa berasal dari 100 tahun pertama penaklukkan Islam di Semenanjung Iberia.

Penemuan tersebut mengonfirmasikan bahwa wilayah tersebut, berada di sepanjang perbatasan antara dunia Islam dan Kristen yang berperang di awal Abad Pertengahan yang bergolak. Pernah didominasi oleh para penguasa Muslim, yang kemudian digantikan oleh para penguasa Kristen dan sejarah mereka dilupakan.

Para arkeolog menemukan berbagai kuburan kuno dari maqbara atau pekuburan Muslim, yang berasal dari abad ke-8 hingga abad ke-12 di kota Tauste, di Lembah Ebro, sekitar 40 kilometer barat laut Zaragoza.

Penggalian di Tauste difokuskan pada sebuah jalan. (Asosiasi Budaya El Patiaz)

Sisa-sisa kerangka menunjukkan bahwa jenazah dikuburkan sesuai dengan ritual pemakaman Muslim dan menunjukkan kota itu sebagian besar adalah Islam selama ratusan tahun. Meski tidak ada yang mengatakan fase ini dalam sejarah setempatnya.

“Jumlah orang yang terkubur di pemakaman dan waktu yang dihabiskan, menunjukkan bahwa Tauste adalah sebuah kota penting di Lembah Ebro pada masa kejayaan Islam,” kata arkeolog utama Eva Giménez dari perusahaan warisan Paleoymás kepada Live Science.

Giménez dan perusahaan Paleoymás dikontrak untuk melakukan penggalian terbaru oleh Asosiasi Kebudayaan El Patiaz, yang didirikan oleh penduduk setempat pada tahun 1999 untuk menyelidiki sejarah kota tersebut.

Penggalian awal mereka pada tahun 2010 menunjukkan bahwa pemakaman Islam seluas 2 hektar di Tauste dapat menampung jenazah hingga 4.500 orang. Tetapi karena dana asosiasi yang terbatas, hanya 46 kuburan yang dapat digali dalam empat tahun pertama pengerjaan.

(El Patiaz Cultural Association)

Giménez mengatakan penemuan terbaru ini mengisyaratkan bahwa akan lebih banyak lagi kuburan Muslim yang masih dapat ditemukan. “Kami sekarang memiliki informasi yang menunjukkan bahwa ukuran nekropolis – area pemakaman – lebih besar dari yang diketahui,” ujarnya.

Penaklukan Muslim

Kuburan tersebut berasal dari suatu masa ketika tentara Muslim dari Afrika Utara yang bersekutu dengan khalifah islam Umayyah di Damaskus menyerbu tempat yang sekarang disebut Spanyol pada 711 M. Pada 718 M, mereka telah menaklukkan sebagian besar Semenanjung Iberia – sekarang Spanyol dan Portugal – kecuali beberapa daerah pegunungan di barat laut yang tetap menjadi kerajaan Kristen yang independen.

Para penjajah Muslim, yang disebut “Moor” oleh orang-orang Kristen, kemudian berusaha untuk menaklukkan Gaul – sekarang Prancis – tetapi dipukul mundur, pertama pada Pertempuran Toulouse di tahun721 M dan kemudian pada Pertempuran Tours di tahun 732 M, di mana mereka dikalahkan oleh sebuah pasukan bangsa Frank yang lebih kecil yang dipimpin oleh seorang bangsawan Charles Martel. Dikatakan bahwa penggunaan kavaleri berat kaum Frank memainkan peran penting yang menentukan dalam pertempuran tersebut, Live Science sebelumnya melaporkan.

Setelah itu, para pemimpin Muslim menetapkan pemerintahan mereka di selatan Barcelona dan Pyrenees, pegunungan yang membelah Spanyol dan Prancis. Lembah Ebro di sekitar Zaragoza, bagaimanapun, tetap berada di tangan Muslim.

Wilayah yang diperintah Muslim dikenal sebagai al-Andalus – dengan bagian “Andal” mungkin dari nama Vandals yang telah ditaklukkan Muslim – dan mencapai puncak budayanya pada sekitar abad ke-10 dengan kemajuan dalam matematika, astronomi dan kedokteran.

Dalam beberapa hal, rezim itu relatif jinak. Orang Yahudi dan Kristen diizinkan untuk menjalankan agama mereka jika mereka memilih untuk tidak masuk Islam, tetapi mereka membayar pajak tambahan, yang disebut jizya, dan diperlakukan sebagai kelas sosial yang lebih rendah daripada Muslim sendiri.

Pemerintahan Muslim di Spanyol mulai terpecah setelah abad ke-11, dan kerajaan Kristen di utara tumbuh lebih kuat. Emirat Muslim terakhir, di Granada, dikalahkan pada tahun 1492 oleh tentara Castile dalam pertempuran terakhir Christian Reconquista yang dipimpin oleh Isabela dan Ferdinand, ratu dan raja pertama Spanyol. Islam dilarang, dan penganiayaan anti-Muslim yang kejam berlanjut hingga awal abad ke-17.

Pengaruh aturan Islam telah diakui di beberapa bagian terdekat dari wilayah tersebut, tetapi sejarah tidak menyebutkan tentang fase Islam di Tauste.

Kuburan kuno kadang-kadang digali di kota, tetapi biasanya dianggap sebagai korban pandemi kolera yang menewaskan hampir seperempat juta orang di Spanyol pada tahun 1854 hingga 1855, kata Miriam Pina Pardos, direktur Antropologi Observatorium Islam. Nekropolis Tauste untuk El Patiaz.

Menggali Islam

Beberapa anggota El Patiaz mencurigai menara gereja abad ke-11 di kota itu berasal dari Islam – kecurigaan terkonfirmasi ketika pemeriksaan menunjukkan bahwa itu pernah menjadi sebuah menara dengan arsitektur khas Zagri.

Maka pada tahun 2010, kelompok tersebut memulai penggalian yang dipimpin oleh arkeolog Francisco Javier Gutierrez. Mereka mengetahui bahwa kuburan kuno di Tauste berisi orang-orang yang dikuburkan dengan ritual Muslim, dan tidak dalam gaya penguburan massal yang mungkin diperkirakan bagi para korban pandemi kolera, kata Pina Pardos.

Misalnya, setiap kuburan berisi satu orang jenazah, biasanya diletakkan di sisi kanan sehingga pandangan mereka mengarah ke Mekah (kiblat), dan masing-masing ditutupi dengan gundukan tanah, kata Gutierrez. Beberapa mungkin juga memiliki penutup kayu, sekarang hilang.

Kuburan juga menunjukkan ciri khas Muslim lainnya: benar-benat cukup besar untuk menampung jenazah, dan orang mati dikuburkan dengan kain kafan putih, terlepas dari status sosial mereka, katanya.

Sampai hari ini, ritual Muslim tidak mengizinkan orang mati untuk dikuburkan dengan barang-barang kuburan, tetapi pecahan keramik yang ditemukan di dekat penggalian sejak tahun 2010 menunjukkan bahwa mereka berasal dari abad ke-8 hingga ke-12, kata Giménez.

Sedangkan keberadaan kuburan Islam diketahui dari penggalian sebelumnya, “yang tidak diketahui adalah dimensi dan kepadatan makam,” ujarnya. “Itu sudah terduga dan tidak terduga pada saat yang sama.”

Penemuan terbaru, di suatu jalan yang dikenal sebagai bagian dari nekropolis kuno, menunjukkan luasnya pengaruh Muslim di kota ini selama beberapa abad.

Pemakaman itu digunakan terus menerus selama lebih dari 400 tahun, mereka menemukan. “Ini memberitahu kita tentang populasi [Islam] yang konstan dan mengakar kuat di Tauste sejak awal abad kedelapan,” kata Giménez.

TOM METCALFE, LIVE SCIENCE


Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh Live Science. Baca artikel di sini .