Setiap orang memiliki pemahaman yang unik tentang dunia di sekitar mereka, dan pemahaman ini sepenuhnya dikendalikan oleh otak. Otak kita tidak hanya berperan sebagai pusat kendali tubuh, tetapi juga sebagai pencipta narasi yang membentuk realitas pribadi kita. Meskipun kita percaya bahwa kita mengalami dunia luar secara langsung, kenyataannya otak kita menciptakan dunia tersebut melalui serangkaian sinyal elektrokimia yang rumit. Semua yang kita alami—dari rasa, suara, hingga pandangan—adalah hasil dari interpretasi otak terhadap rangsangan.
Dalam kasus gangguan seperti skizofrenia, perbedaan antara kenyataan dan ilusi menjadi kabur. Seorang profesor hukum bernama Elyn Saks, yang telah berjuang dengan episode skizofrenia selama bertahun-tahun, mengungkapkan bagaimana pikirannya bisa meyakini hal-hal yang tidak nyata, seperti merasa bahwa rumah-rumah berbicara kepadanya. Melalui pengalaman Elyn, kita bisa memahami bahwa otak mampu menciptakan narasi yang kuat bahkan ketika hal itu sepenuhnya berlawanan dengan kenyataan objektif.
Namun, tidak hanya penderita skizofrenia yang mengalami distorsi dalam persepsi mereka. Semua orang, dalam situasi yang ekstrem seperti kecelakaan, bisa mengalami ilusi temporal. Misalnya, ketika seseorang berada dalam situasi yang mengancam jiwa, waktu seolah-olah melambat. Seorang penerjun sayap profesional, Jeb Corliss, bercerita tentang pengalamannya ketika dia menabrak tebing saat terjun. Meskipun secara objektif hanya beberapa detik yang berlalu, bagi Jeb, peristiwa tersebut terasa jauh lebih lama. Penelitian menunjukkan bahwa ini bukan karena waktu sebenarnya melambat, tetapi karena ingatan kita disimpan dengan detail yang lebih kaya dalam situasi berbahaya. Ketika otak kembali mengingat kejadian tersebut, kesan yang kita dapatkan adalah bahwa peristiwa itu berlangsung lebih lama dari kenyataan.
Realitas yang kita alami adalah cerita yang ditulis oleh otak kita. Ini tidak hanya mencakup persepsi waktu, tetapi juga berbagai aspek lain dari hidup kita, termasuk ilusi optik, mimpi, dan delusi. Pada akhirnya, otak kita tidak hanya menceritakan satu versi kebenaran; setiap individu memiliki narasi pribadi yang disajikan oleh otak mereka. Dengan demikian, tidak ada satu pun versi tunggal dari realitas yang berlaku untuk semua orang. Meskipun setiap otak menjalankan acara yang berbeda, kabar baiknya adalah bahwa acara ini dirancang khusus untuk kita—diedit dan dipersonalisasi berdasarkan pengalaman dan persepsi kita sendiri.
Artikel ini terinspirasi dan mengambil referensi dari buku The Brain: The Story of You oleh David Eagleman