BAGIKAN
Saint Louis Zoo in Missouri

Kelahiran seekor hewan umumnya menjadi hal yang menggembirakan bagi pihak kebun binatang. Terlebih jika hewan tersebut termasuk dalam kategori hewan langka. Namun, selain mengharukan, kelahiran sang bayi juga bisa menimbulkan teka-teki.

Belum lama ini, Kebun Binatang Saint Louis di Missouri tiba-tiba menjadi pusat perhatian setelah membagikan kabar seekor ular sanca berusia 62 tahun berhasil menetaskan tujuh butir telurnya. Bukan saja terlampau tua, tapi ular sanca bola ini diketahui sudah tidak dekat lagi dengan pejantan selama 15 tahun.

Melansir Associated Press. menurut serang ahli di kebun binatang, Mark Wanner, kejadian seperti itu tidak biasa. Meskipun tidak jarang ular sanca bola bereproduksi secara aseksual – tanpa hubungan seks dua jenis kelamin. Namun. ular sanca bola biasanya berhenti bertelur jauh sebelum mencapai usia 60-an.

“Dia pasti akan menjadi ular tertua yang kita tahu dalam sejarah,” untuk bertelur, kata Wanner.

Disebut sebagai Sanca Bola, karena prilaku hewan ini yang cenderung untuk menggulung seperti bola dalam keadaan tertekan atau takut. Dikenal juga sebagai Sanca raja yang bermula dari kisah Cleopatra yang diduga mengenakan ular ini di sekitar pergelangan tangannya.




Beberapa kemungkinan dapat mendorong fenomena ini. Misalnya, Sanca bola mampu menunda proses pembuahan seperti yang pernah teramati pada ular derik. Meskipun penundaanya hanya berkisar selama lima tahun.

Kemungkinan lain adalah apa yang dikenal dengan istilah partenogenesis, sebuah proses dari perkembangan embrio tanpa melibatkan pejantan. Sebuah reproduksi asekseual yang terjadi secara alami baik pada tumbuhan tingkat rendah dan beberapa spesies serangga, reptil, parihiu, dan bahkan burung. Pada lebah, gen yang memicu proses ini telah diketahui hingga memunculkan ‘kelahiran dari perawan’.

Ini adalah semacam trik yang sangat berguna jika betina tidak melakukan kontak dengan pejantan untuk waktu yang lama. Tetapi umumnya dianggap tidak sebaik reproduksi seksual kuno – jantan dan betina – karena dapat menyebabkan variasi genetik yang rendah di antara suatu populasi dan memiliki banyak risiko.




Pihak kebun binatang belum bisa memastikan penyebab sebenarnya fenomena kemunculan telur pada Sanca bola tersebut. Namun, dua telurnya telah menjadi bagian dari sampel genetik, kemudian dilakukan pengujian DNA setelah menetas. Saat hasil penelitiannya rampung, akan menunjukkan apakah telur-telur tersebut hasil reproduksi secara seksual atau aseksual.

Tapi bagaimana jika haslinya menyatakan bahwa telur direproduksi secara seksual? Ya, mungkin saja saat malam tiba, ketika para penjaga telah pulang, ia berhasil berkeliaran menemui kekasihnya yang bergelayutan. Menantinya di dahan sebuah pohon.

Sanca bola merupakan spesies Sanca terkecil di Afrika dan populer sebagai hewan peliharaan dikarenakan wataknya yang jinak.