Kebenaran teori ledakan besar Big Bang kembali dipertanyakan setelah para ilmuwan menemukan sebuah bintang yang diperkirakan lebih tua umurnya dari semesta, dan bisa jadi fakta ini akan memicu terjadinya krisis dalam dunia sains.
Keberadaan alam semesta diperkirakan dimulai sejak 13,8 milyar tahun yang lalu, ketika sebuah titik infinitesimal (teramat sangat kecil) mengembang dalam waktu yang sangat amat cepat. Teori ledakan besar telah menjadi pedoman dalam sains selama 100 tahun setelah Georges Lemaitre — seorang fisikawan Belgia – pada tahun 1927 untuk pertama kalinya mengemukakan teori bahwa pengembangan alam semesta bisa diurut kembali hingga pada sebuah titik awal. Tetapi, model yang telah diterima selama ini, kembali dipertanyakan setelah sebuah tim peneliti menemukan sebuah bintang yang diperkirakan berusia lebih tua dari semesta.
Penemuan sebuah bintang yang diberi nama “bintang Methuselah”, atau dalam sains dikenal dengan HD 140283 diperkirakan berjarak 200 tahun cahaya dan telah mengejutkan para ilmuwan.
Hasil analisa dari bintang tersebut menunjukkan kandungan unsur logam besi (Fe) yang sangat kecil didalamnya, yang menunjukkan bahwa bintang tersebut terbentuk ketika unsur besi belum banyak di alam semesta.
Dan diperhitungkan bahwa umur dari bintang ini adalah 14,5 milyar tahun, sekitar 0,7 milyar tahun lebih tua dari alam semsta.
Para ilmuwan kemudian mengadakan pertemuan di California pada bulan Juli untuk mengungkap misteri ini, tetapi sejauh ini pertanyaan yang timbul malah menimbulkan banyak pertanyaan baru, dan ini bisa memicu terjadinya “revolusi sains”.
Fisikwan Inggris Robert Matthews menuliskan untuk media yang berbasis di UEA The National; “Ini adalah sebuah teka-teki dalam proporsi kosmis: Bagaimana bisa semesta mempunyai bintang yang lebih tua dari dirinya sendiri?
“Sebuah teka-teki yang sekarang dihadapi para astronom yang selama ini berusaha mengungkap usia dari semesta, dan ternyata hasil yang mereka dapat malah bisa memicu terjadinya revolusi sains.
“Para astronom mengetahui bahwa bintang tersebut hanya mengandung sedikit unsur besi di dalamnya, yang berarti bintang ini terbentuk ketika keberadaan unsur besi masih sangat sedikit di semesta.
“Dan fakta tersebut menunjukkan bahwa HD 140283 berusia lebih tua dari alam semesta itu sendiri.”
Dr. Matthews menawarkan beberapa penjelasan logis bagi ketidaksesuaian ini.
Pertama, dia mengasumsikan bahwa perhitungan usia dari alam semesta yang berlaku selama ini adalah salah.
Peritiwa ledakan besar bisa perhitungkan kembali hingga pada titik permulaannya ketika para ilmuwan berhasil mengukur rasio dari pengembangan alam semesta.
Dengan ditemukannya berapa kecepatan kosmos untuk berkembang, para ilmuwan kemudian menggunakan persamaan tersebut secara terbalik untuk mengurutkannya kembali hingga pada titik permulaan.
Dengan dukungan instrumen canggih dan akurat, sudah waktunya untuk menghitung kembali rasio pengembangan semesta secara cermat, untuk kembali memperhitungkan berapa usia semesta ini sebenarnya.
Penjelasan logis lainnya untuk ketidaksesuaian ini adalah keberadaan energi gelap, suatu bentuk energi misterius yang berlawanan dengan energi gravitasi.
Dr. Matthews menambahkan: “Beberapa hari sebelum pertemuan bulan lalu, the Journal Nature Astronomy menerbitkan sebuah perkiraan rasio pengembangan kosmis pada analisis gelombang gravitasi yang terdeteksi pada sebuah peristiwa di tahun 2017.
Sayangnya, perhitungan ini masih kasar dan belum siap digunakan untuk mengungkap paradox bintang Methuselah atau misteri dari perbedaan umur kosmis.
“Para astronom mulai berfikir bahwa bisa jadi energi gelap ikut memainkan peranan kritis dalam peristiwa ledakan besar, walaupun hingga kini kami masih belum bisa mengetahui darimana energi gelap itu berasal.
“Tetapi hasil pertemuan para astronom terkemuka dunia bulan lalu masih menemukan kebuntuan atas misteri ini sehingga bisa dibilang krisis sains sedang terjadi, dan diharapkan nantinya semua teka-teki ini akan terjawab.
Atau mungkinkah teori ledakan besar akan terbantahkan?