BAGIKAN
Bintang Fomalhaut (NASA,ESA,dan the Digitized Sky Survey 2, Acknowledgement: Davide De Martin/ESA/Hubble)

Pada tahun 2004 hingga 2006, teleskop angkasa Hubble menemukan objek yang diperkirakan adalah sebuah planet yang mengorbit bintang bernama Fomalhaut. Objek ini berjarak 25 tahun cahaya dari Bumi, dan dapat terdeteksi langsung pada spektrum cahaya kasat mata. Penemuan ini dianggap sangat langka karena eksoplanet yang pernah ditemukan sebelumnya berukuran sangat kecil dan juga sangat redup, sehingga sulit untuk terdeteksi pada spektrum kasat mata.

Objek yang terdeteksi oleh Hubble ini, diberi nama Fomalhaut b atau Dagon (dari hasil voting nama untuk eksoplanet ini), pertama kali diumumkan pada tahun 2008 dan dikonfirmasi pada tahun 2012. Diperkirakan merupakan sebuah planet gas raksasa, dengan bentuk orbit elips mengitari bintangnya.

Tetapi, ketika para astronom meneliti kembali hasil pengamatan teleskop Hubble yang telah dipublikasikan pada tahun 2014, mereka terkejut ketika mengetahui bahwa objek yang diduga sebuah planet ini ternyata telah berubah. Objek ini tidak berada pada garis orbit seperti yang diperhitungkan sebelumnya.



Para astronom menemukan bahwa pada garis orbit dimana seharusnya objek tersebut berada tidak ditemukan apapun. Para astronom ini akhirnya mengambil kesimpulan bahwa objek tersebut bukanlah sebuah eksoplanet seperti yang mereka duga sebelumnya. Kini mereka meyakini bahwa suatu objek bercahaya terang yang dapat dideteksi secara kasat mata oleh teleskop Hubble mungkin adalah efek dari peristiwa tabrakan antara dua buah objek planetesimal berukuran sebesar asteroid.

“Peristiwa tabrakan ini sangat jarang terjadi dan kami merasa sangat beruntung bisa menyaksikannya,” kata astronom Andras Gaspar dari University of Arizona. 

Dan hasil identifikasi Dagon sebagai sebuah eksoplanet bukanlah kesimpulan akhir. Fomalhaut adalah bintang yang masih muda, berusia sekitar 44 juta tahun, dan masih dikelilingi oleh cincin debu dan gas dingin, yang dulunya merupakan piringan sirkum bintang pada sistem tersebut.

Sehingga, diperkirakan planet-planet yang mengorbit bintang ini juga masih berusia muda, bersuhu hangat, dan memancarkan radiasi infra merah – dan anehnya, Hubble tidak menangkap adanya radiasi inframerah yang dipancarkan oleh Dagon. Objek ini juga terdeteksi kecerahannya pada panjang gelombang optikal biru, yang konsisten dengan karakteristik model formasi planet-planet yang berlaku saat ini.

Untuk menjelaskan keanehan ini, para astronom berpendapat bahwa planet ini diselimuti oleh cincin besar atau awan debu angkasa, yang mungkin terbentuk akibat peristiwa tabrakan antara dua buah objek, atau sebuah planet yang berukuran lebih kecil dengan sistem cincin yang sangat besar. Beberapa astronom lainnya memperkirakan bahwa Dagon adalah sebuah bintang neutron.


Tetapi tidak ada satupun dari penjelasan tersebut yang meyakinkan. Dan kemudian ditemukan masalah baru: orbit Dagon ternyata melintasi cincin debu di sekitar bintang dan tidak terganggu sama sekali oleh gaya gravitasi, tidak seperti karakteristik planet pada umumnya. Untuk menemukan kejelasannya, para astronom terus melakukan pengamatan pada sistem ini.

(NASA, ESA, and A.Gaspar and G.Rieke/university of Arizona)

“Penelitian yang kami lakukan, dengan menganalisa kembali semua data Hubble tentang Fomalhaut b, termasuk gambar-gambar terakhir yang diambil oleh Hubble, menghasilkan kesimpulan bahwa sebenarnya tidak pernah ada objek seukuran planet di sana,” kata Gaspar.

Ketika mereka menyadari hilangnya data Dagon pada data Hubble tahun 2014, Gaspar dan koleganya, astronom George Rieke dari University of Arizona, segera melakukan pemeriksaan ulang dari data Hubble sebelumnya.

Dan akhirnya mereka menemukan bahwa penampakan objek tersebut semakin lama semakin meredup, dan tentu saja penemuan ini bertentangan dengan hasil penelitian tahun 2012 yang memvalidasi status eksoplanet Dagon karena pada saat itu terlihat tidak ada perubahan tingkat kecerahan objek pada setiap pengamatan.

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan Gaspar dan Rieke, mereka meyakini bahwa peristiwa tabrakan antara dua objek angkasa tersebut terjadi tidak lama sebelum pengambilan gambar oleh Hubble pada tahun 2004. Kedua objek angkasa tersebut sebelumnya berjarak sekitar 200 kilometer (125 mil) antara satu sama lain, dan diperkirakan terdiri dari bebatuan dan es, seperti karakteristik komet pada sistem tata surya kita.

Kedua objek tersebut kemudian saling bertabrakan dan memicu terjadinya ledakan besar yang hanya dapat terlihat dalam waktu singkat dan akhirnya menghilang. Saat ini, partikel-partikel yang tersisa dari peristiwa tersebut mungkin telah berukuran sangat kecil untuk bisa terdeteksi oleh Hubble, dan diperkirakan sudah tidak mungkin lagi untuk melacak jejaknya.

Dan berdasarkan analisis data, tim peneliti juga memastikan bahwa Dagon -atau apapun yang tersisa dari objek tersebut- sama sekali tidak mengorbit bintang Fomalhaut. Bahkan objek ini bergerak menjauhi bintang tersebut.

Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam PNAS.