BAGIKAN
Sel punca manusia dalam kultur sel (Wikipedia)

Untuk pertama kalinya, ilmuwan berhasil memprogram kembali sel yang berasal dari seorang wanita yang berusia 114 tahun menjadi induced pluripotent stem cells (iPS cells) atau sel induk pluripoten diinduksi. 

Studi ini telah diterbitkan di jurnal Biochemical and Biophysical Research Communications.

Sel iPS adalah sejenis sel punca yang dapat berkembang biak tanpa batas waktu, serta dapat membentuk setiap jenis sel lain dalam tubuh. Setelah awalnya merubah sel dari sampel darah wanita tersebut menjadi sel induk pluripoten (sel iPS), para peneliti kemudian mengolahnya menjadi mesenchymal stem sel, yaitu sel yang mampu berubah menjadi beberapa jenis sel atau organ sesuai kebutuhan tubuh, seperti tulang, tulang rawan dan lemak.

“Kami bekerja keras untuk bisa menjawab sebuah pertanyaan besar: “Dapatkah anda memprogram kembali sel-sel yang berusia setua ini?” kata ilmuwan biologi sel punca Evan Snyder dari Sanford Burnham Preby Medical Discovery Institute di California.

“Kini kami bisa menunjukkan pada semua orang, bahwa kami bisa melakukannya, dan kami dilengkapi dengan instrumen canggih dalam menemukan gen-gen tersebut dan juga faktor-faktor lainnya yang bisa memperlambat proses penuaan.”

Sel punca, yang terkadang dinamakan “cellular Rosetta Stones”, karena sel-sel ini membuka jalan bagi para ilmuwan untuk dapat mempelajari lebih jauh tentang berbagai penyakit, termasuk kanker, proses penuaan dan regenerasi.

Sel punca embrionik adalah sel punca pluripotent yang berasal dari embrio manusia pada tahap awal, yaitu pada tahap blastosis (4-5 hari) setelah pembuahan. Penggunaan embrio manusia untuk penelitian menghadapi tantangan pada masalah etika, dan juga sel jenis sulit didapatkan. Dan kini telah ada teknologi yang bisa memprogram kembali sel-sel somatik manusia, yaitu sel-sel yang ada di dalam tubuh kecuali sel-sel reproduksi, menjadi sel-sel punca pluripotent, yang mirip dengan sel punca embrionik.

Hingga kini, para ilmuwan masih belum begitu yakin seberapa jauh sel-sel ini bisa diprogram menjadi sel punca embrionik. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan, sel-sel yang telah berusia tua ternyata tidak dapat diprogram kembali. Dan hasil penelitian terbaru ini membuktikan bahwa para ilmuwan mampu menghasilkan sel punca pluripotent dari seorang centenarian, atau seseorang yang hidup lebih dari seratus tahun.

Di seluruh dunia, diketahui hanya ada 28 orang yang bisa hidup hingga usia lebih dari 110 tahun, mereka dikenal dengan julukan supercentenarian. Dengan populasinya yang sangat sedikit ini, sangat sulit untuk bisa melakukan penelitian tentang sel-sel mereka, karena jumlah sampel yang sangat minim.

Dan dari hasil penelitian ini diketahui bahwa para supercentenarian ini tidak hanya lambat menua, tetapi juga memiliki daya imunitas yang tidak biasa terhadap penyakit-penyakit kronis yang umum diderita oleh orang yang berusia lanjut, seperti Alzheimer dan Parkinson.

“Mengapa para supercentenarian ini mengalami perlambatan penuaan?” kata Snyder. “Kami Sekarang sudah memiliki jawaban atas pertanyaan yang belum pernah ada yang bisa menjawabnya sebelum ini.”

Tim peneliti memprogram kembali sel limpoblas dari tiga orang donor, seorang wanita supercentenarian, individual sehat yang berusia 43 tahun, dan seorang anak yang berusia 8 tahun yang menderita penyakit langka yang menyebabkannya menua dengan cepat.

Dan terbukti, sel-sel dari supercentenarian ini bisa diubah menjadi sel punca pluripotent seperti sel-sel donor lainnya. 

Telomer, – penjaga kestabilan genom yang berada pada bagian ujung DNA linear – ketika sel menua, akan semakin pendek dan habis hingga pada akhirnya akan memicu tubuh untuk mengaktifkan apoptosis, yaitu pemusnahan sel-sel yang tidak aktif dari tubuh. Para ilmuwan yang tergabung dalam tim peneliti ini berhasil diatur ulang telomer hingga kembali pada kondisi muda kembali.

Secara alami, proses pengaturan kembali telomer jarang sekali terjadi pada sel-sel yang telah menua, hanya terjadi tiga kali setelah sel menua. Penulis artikel penelitian ini mengatakan bahwa mereka berhasil membalikkan waktu proses ini pada sel manusia yang berumur 114 tahun sehingga kembali pada kondisi seperti sel-sel bayi yang baru lahir.

“Data-data yang kami dapatkan dari penelitian ini mengindikasikan bahwa usia yang ekstrim bukanlah penghalang untuk melakukan pemrograman kembali sel-sel dengan merestorasi panjang dari telomer,” kata penulis.

Para penulis laporan penelitian ini juga berharap bahwa hasil penelitian mereka membuat kita bisa lebih memahami mengapa para supercentenarian bisa berusia panjang dan memiliki resistensi yang luar biasa pada penyakit degeneratif. Dan masih banyak lagi hal-hal yang bisa kita pelajari dari orang-orang luar biasa ini.