BAGIKAN
(Dimitri Suponnikov/ unsplash)

Dalam beberapa bulan belakangan ini, setelah sebelumnya ditemukan sindrom peradangan multisistem yang berkaitan dengan COVID-19 pada anak-anak, pejabat kesehatan memberi peringatan bahwa kondisi yang sama dapat pula menyerang orang dewasa.

Dilansir dari Live Science, pusat pengendalian dan pencegahan penyakit AS (CDC) mengeluarkan sebuah laporan tentang suatu sindrom peradangan multisistem pada orang dewasa (multi syndrome inflammatory in adults) atau MIS-A.

Seperti halnya ketika menyerang anak-anak, MIS-A adalah sebuah penyakit parah yang menyerang banyak organ dan menyebabkan terbentuknya peradangan pada tubuh, demikian menurut laporan tersebut.


Dan pada pasien-pasien dengan kasus positif dari SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, dan yang terdeteksi memiliki antibodi terhadap virus ini, terindikasi menderita sindrom ini.

Hingga kini kasus-kasus MIS-A masih sangat jarang terjadi, seperti halnya yang terjadi pada anak-anak. Dan hingga kini CDC melaporkan teridentifikasinya sekitar 12 kasus dari MIS-A.

Dan laporan terbaru ini, yang dipublikasikan dalam jurnal CDC Morbidity and Mortality Weekly Report, meminta para dokter untuk mempertimbangkan mendiagnosa MIS-A pada orang dewasa ketika ditemukan gejala dan tanda-tanda dari sindrom tersebut.

Laporan teridentifikasinya sindrom peradangan misterius ini pada anak-anak, pertama kali muncul pada musim semi lalu (pertengahan Maret 2020), dan para dokter menyebut sindrom ini sebagai MIS-C atau multisystem inflammatory syndrome in children.




Menurut CDC, anak-anak yang menderita penyakit langka ini -yang mempengaruhi banyak organ dan seringkali menyebabkan mereka harus dirawat di rumah sakit – akan mengalami demam, nyeri di bagian perut, muntah, diare, nyeri di leher, mata merah dan kelelahan.

Sejauh ini, CDC telah menerima 935 kasus dari MIS-C di AS, dengan 19 kematian. Definisi resmi dari MIS-C ini adalah batasan usia dibawah 20 tahun, dan kasus-kasus MIS-C selama ini ditemukan pada anak-anak, remaja dan orang dewasa muda.

Sepanjang musim panas (Juni-September), telah dilaporkan sindrom yang sama muncul pada orang dewasa. Pada laporan CDC terbaru ditemukan adanya 27 kasus dari MIS-A di AS dan Inggris.

Enam Belas kasus diantaranya dilaporkan secara detail, sembilan kasus yang dilaporkan secara resmi pada CDC, dan tujuh kasus dideskripsikan dalam laporan kasus yang dipublikasikan.

Pasien-pasien dari 16 kasus tersebut, berusia antara 21 hingg 50 tahun. Hanya satu kasus yang dilaporkan terjadi Inggris, dan sisanya dilaporkan terjadi di AS, termasuk kasus-kasus yang terjadi di Maine, Florida, Louisiana, Georgia, New York, Massachusetts and Texas.

Gejala-gejala yang timbul pada beberapa orang dewasa sama seperti yang timbul pada anak-anak, termasuk demam, gejala gastrointestinal, dan ruam. Beberapa pasien dilaporkan mengalami sakit di bagian dada atau jantung berdebar keras dan semua gejala tersebut semakin parah dan mengarah pada terjadinya peradangan multi organ.


Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa semua pasien dengan sindrom tersebut juga positif COVID-19, sepuluh pasien membutuhkan perawatan di ICU dan dua pasien meninggal dunia.

“Penemuan ini mengindikasikan bahwa orang dewasa di semua umur yang pernah atau sedang terinfeksi virus SARS-CoV-2 dapat berkembang menjadi kasus hype inflammatory syndrome yang sama dengan MIS-C,” kata demikian dituliskan dalam laporan tersebut.

Namun, pada kebanyakan kasus, efek sindrom tersebut selalu disertai dengan masalah pernafasan yang serius. Dan pada pasien-pasien dengan MIS-A, belum terlihat adanya gejala masalah pernapasan yang serius. Dari 16 pasien, setengah diantaranya tidak mengalami gejala gangguan pernafasan, dan setengahnya mengalami gejala ringan.

Dan dari 22 pasien yang dilaporkan dengan keterangan ras atau etnis mereka, semuanya kecuali satu orang pasien berasal dan kelompok etnis minoritas.

Kualitas kesehatan jangka panjang yang rendah dan ketidak seimbangan perlakukan sosial menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya infeksi dan gejala parah dari COVID-19 pada komunitas kulit berwarna di AS,” demikian para peneliti menuliskan.

Menurut CDC, trend yang sama juga terlihat pada kasus-kasus MIC-C pada anak – lebih dari 70 persen kasus yang dilaporkan di AS terjadi pada anak-anak keturunan latin atau kulit hitam.

Apa yang menjadi penyebab pasti dari MIS-A dan MIS-C masih belum diketahui secara pasti. Tetapi 30 persen dari orang dewasa dalam laporan CDC dan 45 persen dari sampel 440 orang anak dengan MIS-C, ternyata negatif COVID-19, tetapi positif ketika di tes antibodi dari virus tersebut. “Menunjukkan bahwa MIS-A dan MIS-C mungkin terbentuk setelah terjadinya proses infeksi,” demikian pada peneliti menuliskan dalam laporan mereka. 

Masih dibutuhkan penelitian lanjutan untuk dapat memahami penyebab pasti dari kondisi ini serta efek jangka panjangnya, demikian para peneliti menyimpulkan.