Beranda Lingkungan ‘Supercatalyst’ Teknologi Baru untuk Daur Ulang Karbon Dioksida dan Metana

‘Supercatalyst’ Teknologi Baru untuk Daur Ulang Karbon Dioksida dan Metana

BAGIKAN
Polusi udara dari industri. Para ilmuwan telah mengembangkan katalis berbasis nikel maju yang diperkuat dengan timah dan ceria, dan menggunakannya untuk mengubah CO2 dan CH4 menjadi gas sintesis yang dapat digunakan untuk menghasilkan bahan bakar dan berbagai bahan kimia bernilai. (Pixabay.com)

University of Surrey telah mengembangkan katalis baru dan hemat biaya untuk mendaur ulang dua penyebab utama perubahan iklim – karbon dioksida dan metana.

Dalam sebuah studi yang diterbitkan oleh Applied Catalysis B: Environmental, para ilmuwan telah menjelaskan bagaimana mereka membuat katalis -berbasis nikel tinggi yang diperkuat dengan timah dan ceria dapat digunakan untuk mengubah CO2 dan CH4 menjadi gas sintesis yang dapat digunakan untuk menghasilkan bahan bakar dan berbagai bahan kimia yang bernilai.

Proyek ini merupakan bagian dari Proyek the Engineering and Physical Sciences Research Council’s Global Research, yang sedang mencari cara untuk mengurangi dampak pemanasan global di Amerika Latin. Penelitian ini telah membuat The University of Surrey mengajukan paten untuk golongan “supercatalysts” baru pada daur ulang kimia CO2.

Menurut Global Carbon Project, emisi CO2 global mengalami peningkatan pada 2017 untuk pertama kalinya dalam empat tahun – dengan produksi karbon yang terus tumbuh rata-rata tiga persen setiap tahunnya sejak 2006.

Sementara teknologi penangkapan karbon sudah umum, ini bisa mencapai harga yang mahal dan dalam kebanyakan kasus akan memerlukan kondisi yang ekstrim dan tepat agar prosesnya berhasil. Diharapkan katalis baru ini akan membantu membuat teknologi ini semakin banyak tersedia di seluruh industri, dan lebih mudah serta murah untuk diekstraksi dari atmosfer.

Dr Tomas R. Reina dari the University of Surrey mengatakan: “Ini adalah proyek yang sangat menarik dan kami yakin telah mencapai sesuatu di sini yang dapat memberi dampak nyata pada emisi CO2.”

“Tujuan kita semua mengejar ilmuwan iklim ini adalah sebagai cara untuk membalikkan dampak gas berbahaya yang ada di atmosfer kita – teknologi ini, yang dapat melihat gas-gas berbahaya tersebut- tidak hanya akan mengeluarkan gas-gas berbahaya tersebut namun juga mengubahnya menjadi bahan bakar terbarukan yang dapat digunakan di negara-negara miskin. ”

Profesor Harvey Arellano-Garcia, Kepala Riset di Departemen Teknik Kimia di the University of Surrey, mengatakan: “Pemanfaatan CO2 dengan cara ini merupakan alternatif untuk metode penangkapan karbon tradisional, yang dapat memberikan dampak yang cukup besar terhadap kesehatan planet kita. .

“Kami sekarang mencari mitra yang tepat dari industri untuk menggunakan teknologi ini dan mengubahnya menjadi proses yang dapat mengubah dunia.”