BAGIKAN
Pembersihan sampah di pantai kepulauan Marshall, [Courtesy Esther Komeijer]

Seringkali, berita yang melibatkan kata “Remaja” atau “Tantangan”, selalu mengungkap aksi remaja yang saling menantang untuk melakukan aksi konyol atau berbahaya demi jumlah pemirsa online.

Mereka saling menantang untuk hal-hal konyol seperti melakukan meminum satu gallon susu sekaligus tanpa memuntahkannya atau memakan satu sendok kayumanis tanpa memuntahkannya atau menenggak sekaligus dua liter minuman berkarbonasi tanpa memuntahkannya. Pernah juga mereka melakukan tantangan untuk menyiram dirinya dengan spiritus dan kemudian menyulutnya dengan api, atau menyiramkan air mendidih kepada temannya yang dipilih secara acak.

Namun, tantangan yang satu ini sangatlah berbeda.

Ini adalah cerita tentang tantangan yang diberi nama #trashtag Challenge yang justru memotivasi para remaja untuk melakukan aksi yang konstruktif. Sebenarnya, tagar ini telah ada sejak tahun 2015, diawali oleh UCO Gear, perusahaan lampu outdoor di Arizona yang menantang semua orang untuk memungut sampah yang mereka temui di jalan. 

Sekitar dua minggu yang lalu, tanggal 5 Maret, Byron Roman dari Arizona US memposting foto “sebelum dan sesudah” di akun facebook miliknya yang memperlihatkan seorang pria berada di suatu tanah lapang. Foto pertama memperlihatkan tanah lapang dipenuhi dengan sampah dan di foto kedua, tanah lapang tadi telah bersih dari sampah, semua sampah telah dikumpulkan dalam 9 kantong sampah besar.

Roman menuliskan tantangan untuk “Kamu para remaja yang merasa bosan disana” untuk memfoto area disekitar yang perlu dibersihkan dan diperbaiki, kemudian ambil foto sesudah kamu berbuat sesuatu untuk area tersebut dan kemudian mempostingnya di media sosial.

Awalnya Roman -53 tahun, melihat foto ini di akun facebook milik temannya, yang aslinya dimuat oleh sebuah perusahaan Ecoturism di Guatemala, Happy Tours GT. Perusahaan tersebut memuat foto ini tanggal 4 Maret dengan keterangan foto dalam bahasa Spanyol, yang kemudian dia terjemahkan ke dalam Bahasa Inggris. Dia-pun menambahkan tagar #Trashtag dan #BasuraChallenge dan menujukan pesan ini untuk kaum remaja.


Tak disangka-sangka, aksi yang diberi nama “Tantangan kantong sampah“ #trashtag menjadi viral. Postingan Roman telah dibagikan hingga 322,000 kali dan mendapatkan lebih 100,000 “Like”. Tagar #trashtag telah mencapai lebih dari 30,000 di Instagram dan ratusan ribu di Facebook dan Twitter. Sebuah sensasi global dimana banyak orang dari seluruh penjuru dunia ikut berpartisipasi di dalamnya. Tidak sekedar membagikannya foto bertagar #trashtag di dunia maya, tetapi dengan aksi nyata dan menyertakan foto sebelum-sesudah sebagai buktinya.

Satu kelompok remaja di California memungut sampah tutup botol, sedotan dan balon di pantai, sementara remaja di Junagadh, India memungut sampah sampah plastik yang dibuang penduduk di kota itu.

Tantangan tagar #trashtag telah membangkitkan kesadaran kita semua akan polusi sampah dan juga sampah plastik di lautan. Menurut laporan World Economy Forum tahun 2016, diperkirakan ada lebih dari 150,000 ton sampah plastik di lautan,dan di tahun 2050 jumlah sampah plastik akan lebih banyak dari jumlah ikan di lautan. Dan laporan pemerintah Ingris tahun 2018 yang memperingatkan akan jumlah sampah plastik dunia yang meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2015 hingga 2025.

Beberapa negara telah melarang penggunaan plastik sekali pakai, seperti kantong plastik dan peralatan makan dari plastik. Negara kepulauan Vanuatu adalah salah satu negara yang melarang penggunaan plastik secara ketat, dan diharapkan bisa diikuti oleh negara lain.

Seperti halnya tantangan “Ice Bucket” yang bisa mengumpulkan dana hingga 115 juta dollar bagi ALS association, #trashtag yang bisa jadi adalah fenomena sosial media yang langka diharapkan bisa membuat dunia menjadi lebih baik.

“Jika kita semua memulai dengan hal yang kecil, kita semua bersama sama bisa membuat perubahan.” Kata Craig Frazee, UCO Yunior Design Engineer. “Ini adalah gerakan yang menginspirasi orang banyak untuk lebih memperhatikan lingkungan.”

Bagaimana dengan anda sendiri, jangan mau ketinggalan untuk mencoba tantangan ini, jadikan media sosial sebagai sarana untuk menginspirasi banyak orang untuk membuat perubahan.


Sumber : CNN , People , Huffpost