BAGIKAN
(Credit: Phys.org)
(Credit: Phys.org)

Sebuah tim peneliti dari beberapa institusi di China telah mengidentifikasi racun yang terdapat dalam kelabang kepala emas. Dalam makalah mereka yang diterbitkan di Proceeding National Academy of Sciences, kelompok tersebut menjelaskan temuannya. Bagaimana mereka menemukan ‘bisa’ yang membuat kelabang ini sangat mematikan bagi mangsanya. Selain itu, mereka juga mengidentifikasi kemungkinan penawarnya.

Periset sudah tahu cukup lama bahwa kelabang kepala emas (alias kelabang kepala merah China), yang hidup di Asia dan Hawaii mampu menaklukkan mangsa lebih besar dari ukurannya sendiri. Dalam beberapa kejadian, bahkan lebih besar lagi. Pengujian di laboratorium menunjukkan seekor lipan dapat menewaskan tikus. Seekor makhluk yang berukuran 15 kali lebih besar dari ukurannya dalam waktu 30 detik.

Sampai sekarang, belum diketahui apa yang ada dalam bisa kelabang yang membuatnya begitu kuat.




Dalam upayanya ini, para periset melaporkan bahwa mereka telah mengisolasi toksin dalam bisa kelabang. Disebut sebagai Ssm Spooky Toxin-Ssm yang berasal dari nama ilmiah kelabang, Scolopendra subspinipes mutilans.

Tim menemukan bisa tersebut dengan cara menguji bahan kimia yang terdapat dalam bisanya secara satu per satu. Sebuah proses yang melelahkan.

Tim melaporkan, bahwa toksin bekerja dengan cara memblokir potasium agar tidak bergerak masuk dan keluar dari sel. Penyumbatan semacam itu mencegah otak memberi sinyal kepada jantung untuk berdenyut, dan hewan yang teracuni bisa mati dengan sangat cepat.

Pergerakan potasium juga penting bagi sel-sel di saluran pernapasan. Sehingga korban gigitan juga mulai mengalami masalah pernapasan.

Ketika orang digigit oleh kepala kelopak emas, mereka akan mengalami rasa sakit yang luar biasa. Sehingga, banyak yang ke rumah sakit untuk terbebas dari penderitaan seperti itu.




Hal ini sebenarnya cukup umum. Di Hawaii, para periset mencatat, gigitan kelabang menyumbang sekitar 1 dari 10 kunjungan ruang gawat darurat karena penyebab alami selama tahun 2004 sampai 2008 (rata-rata kurang lebih 400 kunjungan per tahun). Kematian dari gigitan semacam ini jarang terjadi.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa obat yang disebut retigabine mampu membangun kembali saluran potassium -biasanya digunakan sebagai obat antikonvulsan untuk pasien epilepsi.

Dalam kasus ini, obat bisa digunakan sebagai penangkal oleh orang yang digigit kelabang.