BAGIKAN
Mikhail Vasilyev / Unsplash

Semut mengubah perilakunya untuk menghindari bahaya dan ancaman dari predator. Sebuah strategi dikembangkan untuk dapat bertahan hidup dan menjaga keutuhan spesies dari kepunahan.

Sebuah riset terbaru yang dipublikasikan dalam Current Biology berhasil mengungkap bagaimana semut dan serangga lainnya mampu menghindari predator dan juga berbagai rintangan lainnya dalam rute perjalanan mereka dengan menggunakan memori mereka. Semut diketahui memiliki kemampuan navigasi yang luar biasa, mereka menggunakan jejak feromon sebagai penunjuk arah mereka ketika kembali ke sarang. 

Semut mensekresikan banyak jenis feromon dari tubuhnya, dan setiap jenis memiliki fungsi yang berbeda. Selain sebagai penunjuk jalan menuju sumber makanan, zat feromon pada semut berfungsi sebagai pemikat lawan jenis, memberitahu akan adanya bahaya pada koloni, dan untuk mencegah semut-semut dari koloni lain atau hewan pemangsa semut masuk ke sarang mereka. 

Dan hasil penelitian terbaru ini berhasil mengungkap bahwa semut dapat merubah rute perjalanan mereka untuk menghindari bahaya.




Ada lebih dari 12.500 spesies dari semut formicidae, semut jenis ini biasanya berukuran sangat kecil dan tinggal di sarang dengan koloni mereka yang terdiri dari beberapa lusin hingga jutaan semut. Sebagian besar semut hidup di kawasan tropis. Semut dikenal sebagai serangga sosial, dengan koloni dan sarangnya yang teratur dan beranggotakan ribuan semut per koloni. Anggota koloni terdiri dari semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Satu koloni juga dapat menguasai daerah yang luas untuk mendukung kehidupan mereka. 

Semut mempunyai kemampuan navigasi yang luar biasa, mereka menggunakan jejak feromone untuk memetakan lingkungan sekitar mereka dan untuk mencari jalan untuk kembali ke sarang mereka.

Sebuah penelitian terbaru yang mempelajari bagaimana semut bernavigasi menemukan bahwa selain mengikuti jejak feromon, semut juga bisa merubah rute perjalanan berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh memori visual mereka. Perilaku adaptif ini muncul untuk menghindari bahaya yang sebelumnya mereka temui, seperti lubang atau predator.

Sebuah Eksperimen yang dilakukan oleh ahli perilaku hewan Antoine Wystrach dari University of Toulouse, Perancis dan koleganya untuk mempelajari perilaku semut ketika berhadapan dengan bahaya. Mereka menjebak semut-semut gurun dengan dengan membuat lubang perangkap pada rute perjalanan kembali menuju sarang. Para peneliti menggunakan dua spesies semut dalam eksperimen ini, Melophorus bagoti dari Australia dan Cataglyphis fortis dari Sahara. 




Pada awalnya semut-semut tersebut tidak menyadari adanya bahaya di hadapannya, mereka jatuh kedalam lubang perangkap dan kemudian mampu keluar kembali dengan bantuan jembatan dari ranting yang sengaja dibuat. Ketika mereka kembali dan menemui perangkap tersebut, ternyata mereka merubah rute perjalanan mereka untuk menghindari bahaya. Beberapa semut terlihat berhenti sejenak untuk mengamati jalur tersebut untuk kemudian mengambil rute yang lebih aman di sekitar perangkap. Semut memperlihatkan kemampuan yang luar biasa untuk memperbaiki kesalahan yang telah mereka lakukan sebelumnya, merubah perilaku mereka seketika ketika mereka menghadapi kondisi yang sama. 

Para peneliti melihat bahwa perilaku merubah rute perjalanan yang diperlihatkan oleh semut menunjukkan bahwa mereka mampu mengingat pengalaman mereka selama beberapa detik ketika menghadapi bahaya dan segera merubah pemetaan rute perjalanan mereka. Penemuan ini menunjukkan bahwa semut dapat menyimpan memori pengalaman negatif dalam otak mereka untuk kemudian dijadikan petunjuk potensi bahaya pada rute perjalanan dan kemudian mengambil memutuskan unutk merubah rute perjalanan mereka. Penemuan ini menunjukkan bahwa hewan kecil ini memiliki kemampuan navigasi yang sangat kompleks dan luar biasa.