BAGIKAN
(Cowen and Keltner, Science Advances, 2020)

Ditemukannya patung-patung prasejarah yang menggambarkan wajah-wajah mirip manusia membuat para ilmuwan berpikir bahwa ekspresi wajah tertentu mungkin berlaku universal menembus batas waktu dan budaya.

Sebuah penelitian terbaru menemukan orang-orang suku Maya kuno dan peradaban Mesoamerika, seperti pada peradaban suku Olmec di wilayah Meksiko, memahat patung-patung yang menggambarkan kepedihan, kegembiraan, kesedihan, kemarahan, tekanan dan kebulatan tekad dengan gaya yang hingga kini, 3500 tahun kemudian, masih dikenali dan dipahami.

Dengan mengumpulkan gambar-gambar dari patung-patung kuno yang berasal dari Meksiko dan wilayah Amerika Tengah, para peneliti merekrut 325 orang partisipan yang berbahasa Inggris, untuk mendatangi website Amazon’s crowdsourcing marketplace, untuk melihat wajah-wajah patung prasejarah dan mencocokannya dengan pilihan emosi yang ada atau kondisi emosional tertentu.

Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam Science Advances.

Foto-foto yang disajikan hanya menampilkan wajah saja, tanpa menambahkan konteks apapun. Dan tanpa sepengetahuan para partisipan, patung -patung tersebut digambarkan seperti orang-orang yang dijadikan tawanan, mengalami penyiksaan, mempersiapkan diri untuk berperang, memainkan instrumen musik, memeluk orang yang dicintai atau berusaha keras mengangkat objek berat.

114 partisipan online lainnya diminta untuk menginterpretasikan gambar-gambar yang disajikan pada mereka dan memberikan gambaran emosi dan kondisi emosional berdasarkan keterangan verbal dari situasi yang digambarkan pada patung-patung tersebut.

Dan secara keseluruhan, para peneliti menemukan bahwa para partisipan menginterpretasikan patung-patung tersebut dengan cara yang sama dengan bagaimana orang-orang barat, dunia dimana orang-orang berbicara dalam bahasa Inggris merasakan apa yang mereka lihat dalam adegan yang disajikan tersebut.

Para peneliti berpendapat bahwa wajah-wajah yang mereka tampilkan bukan saja mewakili apa yang berlaku pada budaya modern, tetapi merupakan sesuatu yang selalu melekat pada perilaku manusia selama ribuan tahun.

“Hasil yang kami dapatkan menunjukkan adanya keseragaman pada setidaknya lima jenis ekspresi wajah, yaitu yang berhubungan dengan kesedihan, kemarahan, tekanan/ kebulatan tekad, kegembiraan dan kesedihan,” para peneliti menulis dalam laporan mereka.

Penyelarasan antara emosi yang dipersepsikan pada wajah-wajah yang digambarkan pada patung dan ekspektasi bangsa Barat untuk emosi yang digambarkan dalam delapan buah gambar.

Beberapa kalangan ilmuwan berpendapat bahwa cara kita menggambarkan emosi kita, misalnya dengan cemberut atau senyum, adalah sesuatu yang universal dan melekat erat pada perilaku alami kita, ilmuwan lainnya berpendapat bahwa ekspresi wajah terpengaruh oleh budaya.

Bahkan ketika melihat pada data yang sama dari penelitian tentang pengenalan emosi, masih saja terjadi perbedaan pendapat di kalangan ilmuwan. Dan hasil penelitian lainnya memperlihatkan gambaran orang-orang dari budaya yang berbeda untuk melihat apakah mereka bisa mengidentifikasi ekspresi dengan cara yang sama. ilmuwan lainnya berpendapat bahwa metode ini terganggu oleh kehadiran para peneliti dan pengaruh dari pemikiran barat.

Walaupun metode ini memiliki banyak kekurangan, para peneliti mengakui bahwa mereka tidak mengetahui dengan pasti apakah patung-patung tersebut dapat menggambarkan dengan akurat kehidupan sehari-hari peradaban Mesoamerika prasejarah.

“Kami tidak dapat melihat langsung apa yang dirasakan oleh orang-orang di peradaban Amerika kuno,” para peneliti menuliskan dalam laporannya.

“Apa yang bisa kita simpulkan adalah para seniman Amerika kuno memiliki pandangan yang sama dengan orang-orang barat masa kini dalam menggambarkan emosi dengan konfigurasi otot pada wajah mereka. 

Psikolog Deborah Roberson, yang tidak terlibat langsung dalam penelitian ini mengatakan bahwa ada sedikit perbedaan antara bagaimana orang-orang dari suku Maya mengekspresikan diri mereka di masa lalu, dan bagaimana kita mengekspresikan diri kita saat ini.

Perbedaan kecil tersebut bahkan terlihat diantara kita saat ini. Sebuah penelitian melakukan perbandingan antara ekspresi wajah orang-orang barat dan ekspresi wajah orang-orang timur. Dan terlihat bagaimana kita menginterpretasikan kebahagiaan, kejutan, ketakutan, rasa muak, kemarahan, dan kesedihan pada wajah, dan terlihat adanya perbedaan pada lintas budaya.

Dan bukan berarti ekspresi wajah tidak dipengaruhi oleh faktor genetik, penelitian lainnya menemukan bahwa ekspresi wajah seseorang tetap sama pada mereka yang terlahir buta.

Bisa diartikan bahwa ekspresi wajah manusia adalah campuran dan faktor alamiah dan budaya. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan pada masyarakat yang terisolasi di Papua New Guinea menemukan bahwa beberapa ekspresi wajah seperti senyum dan cemberut, dipahami dengan cara yang sama seperti pada budaya barat. Ekspresi terkesiap sembari membuka mulut tidak diartikan sebagai ekspresi terkejut, tetapi sebagai sebuah ancaman.

Dengan cara yang sama, penelitian terbaru ini menemukan bahwa ekspresi wajah kepuasan, merasa muak/ jijik, dan kagum cukup universal di lintas waktu dan budaya. Beberapa ekspresi wajah lainnya, sepertinya juga lebih universal dari yang lainnya.