BAGIKAN
Brandless /Unsplash

Memiliki berat badan ideal adalah impian banyak orang. Banyak orang yang rela mengeluarkan uang banyak untuk membeli produk-produk suplemen mengurangi berat badan. Berbagai macam produk suplemen pelangsing ditawarkan dan semuanya mengklaim mampu mengurangi berat badan secara instan dan cepat. Dan apakah semua produk-produk tersebut sudah terbukti secara ilmiah dapat mempercepat pengurangan berat badan? 

Berikut hasil riset ilmiah pada lima macam suplemen pelangsing yang mengklaim mampu mempercepat penurunan berat badan. Fakta ataukan fiksi? 

  1. Raspberry ketone

Raspberry ketone, yang dijual dalam bentuk tablet pengurang berat badan, adalah senyawa kimia yang ditemukan pada buah raspberry merah yang menghasilkan rasa dan bau khas dari buah raspberry. Raspberry ketones juga bisa di sintesa di laboratorium.

Sebuah penelitian yang mengujicobakannya pada tikus mebuktikan bahwa raspberry ketones mampu mengurangi kadar lemak tubuh total.




Dan dalam salah satu penelitian pada 70 orang dewasa yang sedang menjalani diet pengurangan berat badan dan program latihan fisik dan secara random diberikan suplemen yang mengandung raspberry keton, atau suplemen yang mengandung kafein, bawang putih dan plasebo.

Hanya 45 partisipan yang berhasil menyelesaikan penelitian ini. Ada 27 orang menerima suplemen berkurang berat badannya sekitar 1,9 kilogram, dan 18 orang yang menerima plasebo berkurang berat badannya sebanyak 400 gram. Dan pada 25 orang lainnya hasil yang didapatkan tidak memuaskan dan memerlukan interpretasi lebih lanjut.

Sebuah pilot studi kecil pada lima orang dewasa tidak ditemukan dampak yang signifikan pada berat badan mereka. Partisipan menerima suplemen raspberry ketone sebanyak 200 miligram per hari dan diminta untuk tetap mempertahankan pola makan dan olahraga yang biasa mereka lakukan.

Dan juga ada kekhawatiran tentang adanya potensi efek toksik dari raspberry keton ini pada jantung dan organ reproduksi.

Kesimpulan: Dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi suplemen ini, ada baiknya anda menggunakan uang anda untuk membeli makanan yang memiliki kandungan sama dengan suplemen tersebut, seperti buah berry segar, buah kiwi, peach, anggur dan sayuran rhubarb.

  1. Matcha Green Tea powder

Matcha adalah teh hijau yang berasal dari daun Camellia sinensis, atau tanaman teh, yang diproses menjadi bubuk hijau dan bisa dicampurkan dengan berbagai macam minuman ataupun makanan.

Sebelum daun teh dipetik, tanaman teh ditutupi dari cahaya matahari selama beberapa minggu, untuk meningkatkan kandungan theanine dan kafein didalamnya.

Belum pernah ada riset yang berhasil menguji dampak matcha terhadap pengurangan berat badan. Sebuah ulasan terhadap enam buah penelitian terhadap produk olahan teh hijau untuk mengurangi berat badan selama lebih dari 12 minggu, hasilnya berbeda beda di setiap negara. Pada penelitian yang dilakukan di Jepang, orang-orang yang mengkonsumsi teh hijau tidak mengalami pengurangan berat badan.




Dan dari delapan buah penelitian yang pernah dilakukan di Jepang, pengurangan berat badan terbesar setelah mengkonsumsi teh hijau berkisar antara 200 gram hingga 3,5 kilogram.

Kesimpulan: Tidak terbukti, tidak pernah ada penelitian yang bisa membuktikan teh matcha bisa mempercepat pengurangan berat badan.

  1. Suplemen Garcinia Cambogia

Garcinia cambogia adalah buah tropis yang mengandung sejumlah besar asam hidroksisitrat (hydroxycitric Acid – HCA), yang diklaim berkhasiat mengurangi berat badan.

Pada uji coba yang dilakukan pada hewan, HCA mampu menghalangi produksi asam lemak. Dan secara teoritis, ketika HCA masuk kedalam tubuh manusia, akan menghalangi proses metabolisme lemak, sehingga berat badan akan berkurang. Hasil riset yang mengujicobakannya pada manusia tidak menunjukkan hasil yang sama. 

Ketika dilakukan trial selama 12 minggu pada 89 orang wanita yang kelebihan berat badan secara random bersamaan dengan diet 5020 kilojoule per hari. Mereka terbagi atas dua kelompok, kelompok pertama diberikan HCA dan kelompok kedua diberikan plasebo, dan hasilnya pada partisipan dari kedua kelompok tersebut terjadi pengurangan berat badan secara signifikan (3,7 dengan HCA dan 2,4 kilogram dengan plasebo). Bisa disimpulkan bahwa konsumsi HCA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan berat badan.



Sebuah trial terhadap 135 pria dan wanita juga tidak ditemukan perbedaan antara kelompok yang mengkonsumsi HCA (3,2 kilogram) dan kelompok placebo (4,1 kilogram).

Sebuah trial selama 10 minggu terhadap 86 orang pria yang kelebihan berat badan dan diberikan ekstrak garcinia cambogia atau plasebo secara random, dan juga diharuskan melakukan diet pengurangan berat badan, ditemukan perbedaan berat badan minimal 650 gram versus 680 gram, tidak ada perbedaan diantara kedua kelompok.

Kesimpulan: Garcinia cambogia tidak terbukti mempercepat penurunan berat badan. 

  1. Suplemen kafein

Kafein diklaim bisa meningkatkan laju metabolisme dan mempercepat penurunan berat badan.

Hasil riset yang mengujicobakan suplemen kafein pada partisipan dengan berat badan yang ideal ditemukan adanya peningkatan laju metabolisme, tetapi tergantung dari dosis yang diberikan. Semakin banyak suplemen kafein yang dikonsumsi, semakin besar laju metabolisme tubuh.

Dosis terkecil kafein yang diberikan adalah 100 miligram, sama dengan kandungan dalam satu cangkir kopi instan, dan rata-rata peningkatan laju metabolisme adalah sembilan kalori per jam, dan dengan dosis 400 miligram, yang setara dengan kafein pada dua hingga tiga cangkir kopi buatan barista, meningkatkan laju metabolisme hingga 34 kalori per jam selama tiga jam.




Dan trial pada orang dewasa dengan obesitas yang diberikan suplemen kafein dengan dosis 8 miligram per kilogram berat badan, terjadi peningkatan laju metabolisme sekitar 16 persen selama tiga jam.

Dalam uji coba terhadap orang dewasa dengan obesitas yang diminta untuk melakukan diet pengurangan berat badan dan diberikan secara random 200 miligram suplemen kafein tiga kali sehari selama 24 minggu atau suplemen plasebo, tidak terdapat perbedaan dalam perubahan berat badan di antara kedua kelompok.

Selama delapan minggu, partisipan yang menerima kafein mengalami efek samping dari suplemen tersebut, antara lain: insomnia, tremor dan pusing.

Kesimpulan: Kafein memang mempercepat laju metabolisme tubuh dalam jangka waktu yang pendek, tetapi tidak mempercepat penurunan berat badan.

  1. Air alkali

Produk-produk alkali telah dipasarkan secara luas, termasuk didalamnya air alkali, bubuk alkali dan diet alkali.

Anda diharuskan mengukur keasaman urin dan/atau air liur (saliva) untuk menentukan tingkat keasaman tubuh anda. Pada urin, biasanya memiliki tingkat keasaman pH rata-rata sekitar 6 – akan lebih alkali ketika anda mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan dan akan lebih asam ketika anda mengkonsumsi daging.

Saliva memiliki pH netral 7, dan diet alkali merekomendasikan anda untuk mengkombinasikan apa yang anda makan berdasarkan pH pada urin dan saliva anda, yang diklaim dengan pH alkali pada tubuh akan melancarkan pencernaan dan juga kesehatan tubuh anda.

Tetapi pada lambung, tingkat keasaman sangatlah tinggi, dengan pH kurang dari 3,5, tingkat keasaman ini diperlukan untuk menguraikan makanan yang masuk. Kemudian makanan akan masuk kedalam usus kecil untuk dicerna dan kemudian diserap, pada tahap ini tingkat keasaman pH berkisar antara 4,5 – 5,0, masih dalam kondisi asam.




Tubuh anda akhirnya akan mengontrol mekanisme penetralan agar pH darah anda mencapai 7,35 – 7,45. Jika tidak, anda akan meninggal.

Sisi positif dari diet alkali ini adalah mendorong anda untuk makan makanan sehat, karena mengharuskan mengkonsumsi buah dan sayuran.

Ditemukan beberapa bukti bahwa dengan mengurangi konsumsi makanan dari hewan (daging) yang berkontribusi pada tingginya keasaman tubuh bisa menjaga kesehatan tubuh dalam jangka panjang.

Kesimpulan: Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung air alkali atau bubuk alkali bisa mempercepat penurunan berat badan.



Ditulis oleh: Clare collins, professor bidang ilmu Nutrisi dan dietetika dari University of Newcastle; Lee Ashton peneliti pasca sarjana dari University of Newcastle, dan Rebecca Williams, peneliti pasca sarjana dari University of Newcastle.

The Conversation