BAGIKAN
(Maksim DYOMINOV / World Wildlife Fund - Russia / AFP)

Lebih dari 50 beruang kutub berkumpul di tepi sebuah desa di ujung utara Rusia, kata para pencinta lingkungan dan penduduk setempat, seiring dengan melemahnya es Kutub Utara yang membuat mereka tidak dapat untuk berkeliaran di tempat yang semestinya.

Cabang Rusia dari World Wildlife Fund mengatakan bahwa perubahan iklim yang harus disalahkan, karena suhu yang sangat hangat telah menghambat terjadinya pembentukan es di pantai.

WWF mengatakan bahwa 56 beruang kutub telah terkumpul di sebuah area seluas satu kilometer persegi di dekat desa Ryrkaipy di Chukotka di ujung timur laut Rusia.

Ada kekhawatiran jika beruang-beruang ini bisa memasuki desa, sebuah tempat tinggal bagi penduduk yang kurang dari 1.000 orang, dan sebuah patroli telah dilakukan untuk memantau pergerakannya.




“Jumlah pertemuan antara manusia dan predator di Kutub Utara semakin meningkat,” kata WWF dalam pernyataannya.

“Alasan utama adalah berkurangnya luas es lautan karena perubahan iklim. Dengan tidak adanya lapisan es, hewan terpaksa pergi ke darat untuk mencari makanan.”

Penduduk telah mengumpulkan bangkai walrus di daerah itu untuk mencoba menjaga beruang tidak berkeliaran ke desa.

“Kami telah membuat sebuah tempat untuk bermakan dengan menyediakan anjing-anjing laut mati yang kami kumpulkan di sepanjang pantai,” kata Tatyana Minenko dari “Patroli Beruang” setempat kepada kantor berita RIA Novosti.

“Selama tidak ada pembekuan yang berarti, es laut tidak akan terbentuk dan beruang akan tetap di pantai,” katanya.





Layanan cuaca Rusia mengatakan suhu di kawasan itu akan turun dari hari Sabtu dan es pantai akan membeku pada 11 Desember.

Beruang kutub secara teratur mengunjungi daerah-daerah yang dihuni manusia di Rusia Arktik untuk mencari makanan, seringkali ditemukan mengais-ngais makanan di tempat sampah.

Tetapi jumlah kunjungan telah meningkat ketika pencairan es Kutub Utara dari perubahan iklim memaksa beruang untuk menghabiskan lebih banyak waktu di tanah, tempat mereka bersaing untuk mendapatkan makanan.


© AFP