BAGIKAN
(LN/Unsplash)
(LN/Unsplash)

Ada kekhawatiran yang bertambah saat kemunculan varian baru dari virus corona yang awalnya teridentifikasi dii Afrika Selatan. Seberapa efektif vaksin COVID-19 yang telah dikembangkan mampu menghadang varian baru yang dikenal dengam 501.V2 iini? Sebagian ilmuwan mengatakan bahwa vaksin tersebut mungkin tidak dapat melindunginya.

Ada beberapa upaya yang akan dilakukan oleh pihak pengembang vaksin untuk mengatasinya. Jika memang vaksin yang telah tersedia kurang ampuh melawan varian baru ini. Dan mereka membutuhkan waktu sektar enam minggu, pengembang vaksin mengatakan kepada Reuters.

Pihak pengembang vaksin ini di antaranya Dr. Uğur Şahin, CEO dari BioNTech dan John Bell, Profesor Regius Kedokteran di Universitas Oxford. Mereka saat ini sedang menjalankan suatu eksperimen terhadap 501.V2 dan B.1.1.7, suatu varian yang teriidentifikasi di Inggris.

Eksperimen ini diharapkan dapat menetapkan seberapa efektif vaksin yang dikembangkan terhadap varian tersebut. Dan seberapa kuat antibodi alami manusia mengatasinya. Yaitu, dengan mengamati reaksi virus terhadap sel darah dan antibodi dari orang-orang yang belum menerima vaksin. Kemudian membandingkannya dengan reaksi virus terhadap sel darah dari orang-orang yang telah divaksinasi. Eksperimen ini disebut uji penetral, The Associated Press (AP) melaporkan.

Meskipun kedua varian memiliki beberapa fitur baru yang sama, yang ditemukan di Afrika Selatan “memiliki sejumlah mutasi tambahan … yang mengkhawatirkan” kata Simon Clarke, seorang profesor mikrobiologi seluler di University of Reading kepada Reuters.

Secara khusus, dibandingkan dengan B.1.1.7 dari Inggris, varian yang ditemukan di Afrika Selatan memiliki lebih banyak mutasi pada tonjolan proteinnya – struktur menonjol seperti duri yang ada di permukaan virus dan digunakan untuk menyerang sel manusia, Lawrence Young, seorang ahli virologi dan profesor onkologi molekuler di Universitas Warwick, mengatakan kepada Reuters.

Kebanyakan vaksin yang telah beredar melatih sistem kekebalan untuk mengenali tonjolan protein ini. Jika tonjolan proteinnya terlampau banyak mutasinya, mungkin itu telah membuatnya tidak dapat dikenali oleh sistem kekebalan. Sehingga virus tidak terdeteksi di dalam tubuh; Ini adalah kekhawatiran dari potensi varian baru 501.V2, kata Young.

Karena itu, tes penetral akan segera mengungkapkan apakah kita perlu khawatir atau tidak. Saat ini, Public Health England, badan eksekutif Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial, mengatakan bahwa saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan vaksin COVID-19 tidak akan melindungi B.1.1.7 dan 501.V2, Reuters melaporkan.

Selain itu, beberapa ahli mengatakan kepada The New York Times bahwa kemungkinan perlu waktu bertahun-tahun, bukan berbulan-bulan, agar virus corona cukup bermutasi untuk mengecoh vaksin yang telah tersedia.

“Ini akan menjadi proses yang terjadi dalam skala waktu beberapa tahun dan membutuhkan akumulasi dari beberapa mutasi virus,” kata Jesse Bloom, seorang ahli biologi evolusi di Fred Hutchinson Cancer Research Center di Seattle, kepada The Times.

Setidaknya perlu waktu dan bertahap bagi vaksin untuk terbukti kurang ampuh. Bukan secara tiba-tiba menjadi tidak berfungsi