BAGIKAN
Ramón Salinero/Unsplash

Di antara berbagai teori populer mengenai terbentuknya alam semesta dan kehidupan, seorang ilmuwan dari Harvard menambahkan misterinya. Mungkin saja alam semesta ini diciptakan oleh sosok dari suatu peradaban yang sangat maju, yang dikerjakannya di laboratorium. Demikian menurut Avi Loeb, penulis buku “Extraterrestrial: The First Sign of Intelligent Life Beyond Earth” menuliskan opininya di Scientific American.

Setidaknya, gagasan ini menurutnya mungkin bisa menjembatani antara “penciptaan” dan gravitasi kuantum. Ia menuliskan bahwa: “Kemungkinan yang kurang dieksplorasi adalah bahwa alam semesta kita diciptakan di laboratorium peradaban teknologi maju. Karena alam semesta kita memiliki geometri datar dengan zero net energy
hipotesis jumlah total energi di alam semesta adalah persis nol, peradaban maju dapat mengembangkan suatu teknologi yang dapat menciptakan bayi dari alam semesta dari ketiadaan melalui quantum tunelling.

Jika itu memang benar, maka tidak hanya dapat menjelaskan asal usul alam semesta kita, tetapi juga menunjukkan bahwa alam semesta seperti kita seperti suatu sistem biologis yang mempertahankan umur panjang materi genetiknya melalui beberapa generasi, menurut Loeb. Alam semesta kita tidak dipilih agar kita ada di dalamnya – seperti yang disarankan oleh penalaran antropik konvensional – melainkan, ia dipilih sedemikian rupa sehingga akan memunculkan peradaban yang jauh lebih maju daripada kita.

Loeb juga mengklasifikasikan berbagai kelas peradaban sesuai dengan hirarkinya, dan bagaimana setiap komponen dapat hidup dan meneruskan keberlangsungannya. Menurutnya, manusia adalah termasuk ke dalam kelas C. Karena peradabannya bergantung pada bintang induknya – di mana Matahari sebagai sumber kehidupan di Bumi.

“Sampai sekarang, kita adalah peradaban teknologi tingkat rendah, kelas C pada skala kosmik, karena kita tidak dapat menciptakan kembali bahkan kondisi layak huni di planet kita, ketika matahari akan mati.”

Suatu peradaban bisa dikategorikan sebagai kelas B, jika mereka mampu menyesuaikan kondisi di lingkungan terdekatnya untuk menjadi independen dari bintang induknya. Saat kehidupan di Bumi sudah tidak bergantung lagi kepada Matahari, maka kelasnya otomatis meningkat jadi kelas B.

Sementara jika suatu peradaban dapat menciptakan kembali kondisi kosmik yang memunculkan keberadaannya, maka dikategorikan sebagai kelas A. Misalnya suatu peradaban yang sangat maju di mana dapat menghasilkan cikal bakal alam semesta di laboratorium.

“Kemungkinan bahwa peradaban kita tidak terlalu cerdas seharusnya tidak mengejutkan kita,” kata Loeb. Dan tentu saja bukan sesuatu yang mudah untuk naik kelas menuju peradaban yang lebih tinggi. Rintangan terbesar adalah ketidakmampuan kita untuk menciptakan “kepadatan energi gelap yang cukup besar di dalam suatu wilayah yang kecil,” kata Loeb.

“Karena alam semesta yang mereplikasi diri hanya perlu memiliki satu peradaban kelas A, dan memiliki lebih banyak lagi kemungkinannya jauh lebih kecil, alam semesta yang paling umum adalah yang nyaris tidak membuat peradaban kelas A. Segala sesuatu yang lebih baik dari persyaratan minimum ini sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi karena memerlukan keadaan langka tambahan dan tidak memberikan manfaat evolusioner yang lebih besar untuk proses seleksi Darwinian dari bayi alam semesta.”

Namun, alih-alih menciptakan suatu peradaban baru, jika kita malah menghancurkan kehidupan yang ada di Bumi, maka manusia layak dikategorikan sebagai kelas D menurut Loeb.