Kuman penyakit yang kebal terhadap antibiotik diperkirakan telah menyerang hampir 3 juta orang setiap tahun di Amerika Serikat dengan sekitar 35.000 orang di antaranya mengalami kematian. Menurut laporan dari pusat pengendalian dan pencegahan penyakit di AS (CDC), kondisi ini adalah sebuah ancaman terhadap kesehatan publik yang jauh lebih besar daripada yang pernah diketahui sebelumnya.
Perkiraan terbaru menunjukkan bahwa rata-rata, seseorang yang berada di Amerika Serikat akan terserang infeksi dari sejenis bakteri yang kebal terhadap antibiotik setiap 11 detik sekali, dan setiap 15 menit satu orang di antaranya akan meninggal karenanya.
Bakteri, jamur dan segala bentuk kuman yang telah bermutasi hingga menjadi kebal terhadap antibiotik dan berbagai jenis obat lainnya adalah ancaman terbesar terhadap kesehatan publik dan masalah terbesar bagi dunia pengobatan modern.
Para ilmuwan, dokter dan para pekerja di bidang pelayanan kesehatan telah memberikan peringatan tentang ancaman ini selama beberapa dekade, dan dari laporan penelitian terbaru mengungkap bahaya yang mengintai dari isu ini. Mikroorganisme patogen terus bermutasi, mengembangkan kemampuannya untuk menangkis berbagai obat-obatan yang diformulasikan untuk membasminya, pada akhirnya infeksi penyakit akan semakin menyebar dan meluas hingga keluar dari area rumah sakit.
Kondisi ini membutuhkan jenis antibiotik dari generasi terbaru, dan faktanya, dalam tiga dekade terakhir, tidak ada antibiotik generasi terbaru yang berhasil dikembangkan oleh perusahaan -perusahaan farmasi.
Laporan ini juga menyoroti beberapa keberhasilan, antara lain keberhasilan rumah sakit dalam memperbaharui metode untuk melacak dan menghambat penyebaran kuman-kuman yang kebal antibiotik, dan angka kematian akibat infeksi bakteri “superbug” telah menurun hingga 30 persen sejak 2013.
Para ahli mengatakan bahwa kita semua bisa membantu mengontrol penyebaran berbagai kuman patogen dengan mempraktekkan beberapa tindakan pencegahan dasar: selalu mencuci tangan, melakukan vaksinasi, higienitas dalam menangani makanan dan melakukan sex aman.
Laporan ini juga menambahkan informasi tentang kuman yang diketahui telah bermutasi menjadi kebal terhadap antibiotik, termasuk di antaranya mengenai infeksi berbahaya yang diakibatkan oleh pemakaian antibiotik secara terus menerus yang disebabkan oleh bakteri Clostridiosis difficile (C.diff.).
Penggunaan berbagai antibiotik dalam jangka waktu yang panjang pada akhirnya membuat bakteri baik di dalam usus juga ikut terserang. Hal ini membuat bakteri jahat C.diff berkembang biak secara abnormal. Pertumbuhan bakteri C.diff yang tak terkendali tersebut menghasilkan racun yang menyerang lapisan usus. Infeksi ini menyebabkan diare parah yang bisa mengancam jiwa. Ketika timbulnya penyakit dan kematian akibat C.diff. ini ditambahkan, secara keseluruhan di Amerika Serikat telah terjadi kasus infeksi sebanyak 3 juta dan 48.000 kematian.
Pusat pengendalian penyakit di AS memperkirakan adanya infeksi akibat bakteri yang kebal terhadap antibiotik sebanyak 2 juta kasus, dan angka kematian mencapai 23.000 di tahun 2013. Data ini dikumpulkan dari data kesehatan elektronik di lebih dari 700 rumah sakit yang menangani penyakit akut.
Diketahui, bakteri ini bisa menyebar antar manusia, hewan dan lingkungan.
Dan dilaporkan secara detail, bahwa terdapat 18 jenis kuman penyakit yang menyebar antar manusia, dan setiap jenis diberi peringkat sebagai “mendesak”, “serius’, dan ‘mengkhawatirkan”.
Lima jenis bakteri masuk kedalam kelompok “mendesak”. Tiga diantaranya adalah bakteri yang telah lama menjadi ancaman: C.diff., penyakit gonore atau kencing nanah yang kebal terhadap antibiotik, dan carbapenem-resistant Enterobacteriaceae (CRE), jenis bakteri yang kebal terhadap antibiotik jenis carbapenem, yang juga dikenal sebagai “bakteri mimpi buruk”.
Bakteri-bakteri ini kebal terhadap hampir seluruh jenis antibiotik, dan mereka telah membunuh hampir separuh pasien yang aliran darahnya telah terinfeksi olehnya, dan bakteri ini bisa mentransfer kekebalannya terhadap antibiotik pada bakteri lainnya yang sejenis, menyebabkan bakteri lainnya menjadi sulit untuk ditangani.
Dua jenis kuman dimasukkan dalam kelompok “mendesak” berdasarkan laporan CDC tahun 2013: jenis jamur yang diberi nama Candida auris yang kebal terhadap antibiotik, dan telah diperingatkan kepada badan-badan kesehatan di seluruh dunia dan keluarga dari bakteri carbapenem- resistant, Acinetobacter, yang telah bermutasi menjadi kebal terhadap hampir semua jenis antibiotik.
Ada tiga jenis bakteri dan jamur dan masuk dalam daftar pengawasan karena memiliki potensi sebagai superbug, antara lain: jamur Aspergillus fumigatus yang kebal terhadap antibiotik golongan – azole, Mycoplasma genitalium, yang menyebar melalui hubungan seksual, dan bakteri Bordetella pertussis, yang menyebabkan penyakit batuk rejan, dan bisa dicegah dengan vaksinasi.
Dan yang lebih mengkhawatirkan adalah meningkatnya jumlah infeksi yang terjadi di luar rumah sakit, termasuk didalamnya penyakit gonore yang kebal antibiotik; dan juga meningkatnya kemampuan mikroba untuk membagikan gen kekebalan mereka dengan jenis bakteri lainnya, sehingga mikroba-mikroba tersebut tidak bisa ditangani.
Mikroba yang kebal antibiotik bisa menjadi mematikan bagi pasien di rumah sakit, rumah-rumah jompo, dan bagi mereka yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah. Dan infeksi yang sulit ditangani ini juga menghantui proses pembedahan modern dan juga terapi, seperti penggantian lutut, transplantasi organ dan terapi untuk kanker.
Bakteri secara konstan terus mengembangkan kemampuannya dalam menangkis antibiotik. Ketika mereka telah bermutasi, mereka mengembangkan kemampuan untuk melawan beberapa jenis antibiotik dan bertahan hidup dengan berkembang biak dan menyebarkan kemampuan tersebut. Semakin banyak antibiotik yang digunakan dalam pengobatan, semakin kurang efektif kemampuannya.
Pemakaian antibiotik secara berlebihan menjadi penyebab meningkatnya kasus infeksi yang resisten. Hampir sepertiga dari antibiotik yang diresepkan dokter, unit gawat darurat dan berbagai klinik di AS, ternyata tidak dibutuhkan pasien, menurut penelitian di tahun 2016.
Kebanyakan dari antibiotik tersebut diresepkan untuk kondisi pasien yang sebenarnya tidak membutuhkan antibiotik, seperti flu, sakit tenggorokan atau penyakit umum lainnya.