BAGIKAN
Credit: ESA/LFI&HFI Consortia 

Lakukan perjalanan sejauh mungkin di semesta dalam satu arah, kemungkinan anda akan kembali ketempat anda memulai perjalanan.

Apakah bentuk dari semesta? Akan sangat amat sulit untuk memperkirakan bentuknya, tetapi hasil dari observasi data selama bertahun-tahun, dan berdasarkan model kosmologi dan fisika, bisa disimpulkan bahwa bentuk semesta adalah datar. Dengan menembakkan sinar photon menembus ruang kosong dan sinar akan membentuk garis lurus.

Sebuah penelitian terbaru membantah teori tersebut. Berdasarkan data yang dihasilkan hingga tahun lalu oleh satelit Planck milik Badan antariksa Eropa (ESA), para astronom menyatakan bahwa bentuk semesta sebenarnya adalah melengkung dan tertutup, seperti bentuk bola yang berisi udara.

Menurut sebuah tim astronom internasional yang dipimpin oleh Eleonora Di Valentine dari Manchester University di Inggris dalam artikel yang mereka tulis menyebutkan terjadinya “krisis kosmologi” dan sudah saatnya untuk “menelaah kembali model dasar kosmologi yang berlaku sekarang.” 



Observatorium Planck, yang mulai beroperasi dari 2009 hingga 2013, telah berhasil memetakan radiasi latar belakang sinar mikro kosmis (cosmic microwave background-CMB), yaitu radiasi elektromagnetik yang tertinggal di penjuru angkasa setelah peristiwa the big bang.

Petunjuk adanya lengkungan semesta, kata tim ini adalah ketika gaya gravitasi membelokkan cahaya, sebuah efek yang pernah diprediksi oleh Einstein yang dikenal dengan teori lensa gravitasi.

Dari data yang didapat dari satelit Planck dan data legacy 2018, bisa terlihat bahwa CMB mengalami efek lensa gravitasi yang lebih kuat dari yang seharusnya. Alessandro Melchiorri dari Sapienza university of Rome dan rekannya berhasil mengkalkulasikannya dan memperkirakan bahwa hal ini disebabkan karena bentuk dari semesta yang berbeda dari yang selama ini kita kira.



Dan data kosmologi lainnya selalu menunjukkan bahwa semesta berbentuk datar, tidak memiliki lengkungan, mirip seperti selembar kertas. Tetapi, hasil dari perhitungan Planck mengindikasikan bahwa bentuk semesta adalah bulat dan tertutup, yang bisa diartikan bahwa jika anda melakukan perjalanan sejauh mungkin dalam satu arah, anda akan kembali ke tempat semula anda memulai perjalanan. Hal ini karena adanya efek lensa yang mengindikasikan kehadiran materi gelap, yang akan menarik semesta dalam bentuk bulat yang terbatas, bukan datar.

Menurut hasil pengamatan dari tim the Planck, alam semesta mempunyai kemungkinan 41 kali lebih besar berbentuk bulat dan tertutup daripada datar”. Data ini adalah data kosmologi yang paling akurat dan membuka wawasan kita akan sesuatu yang berbeda,’ kata Melchiorri.

Jika memang bentuk alam semesta benar-benar tertutup, bisa menjadi masalah besar bagi pemahaman kita tentang kosmos.

Dan masalah kosmologi lainnya adalah kemungkinan semesta berkembang lebih cepat dari yang seharusnya. Hal ini sangat sulit untuk dijelaskan dengan model standar dari kosmologi, yang di didalamnya terdapat teori semesta yang datar, dan tim Planck mengkalkulasikan bahwa akan semakin sulit dipahami dengan model semesta yang tertutup dan bulat, juga beberapa ketidak sesuaian kosmos yang sampai kini belum terpecahkan. Dan tidak salah kalau mereka menyebut kondisi ini sebagai “krisis kosmologi”.

Penjelasan yang paling sering kita dengar tentang formasi semesta termasuk di dalamnya masa setelah terjadinya peristiwa the Big Bang yang disebut dengan inflasi (kosmologi), ketika alam semesta berkembang dengan sangat cepat. Model dari proses inflasi yang sekarang ini ada menuntun kita pada teori semesta datar, jadi jika memang bentuk semesta adalah tertutup, semua ini harus diubah.



“Kami memerlukan model yang baru, dan kami belum bisa tahu seperti apa,” kata Melchiorri. Belum ada yang bisa menemukan cara untuk menyesuaikan data dari observatorium Planck dengan berbagai perhitungan-perhitungan kosmologi yang bertentangan dengannya, dan termasuk juga dengan beberapa hasil pengamatan dari observatorium Planck itu sendiri.

Dan faktanya, setiap perhitungan kosmologi lainnya yang kita miliki selalu menuntun kita kepada teori semesta datar. Tidak pernah ada petunjuk dari hasil hasil pengamatan sebelumnya tentang bentuk semesta yang tertutup, dan ada kemungkinan bahwa hasil perhitungan Planck ini adalah sebuah kebetulan statistik belaka.

“Jika memang benar, akan berimplikasi besar pada pemahaman kita akan alam semesta,” kata David Spergel dari Princeton University. “Klaim ini sangatlah penting, tetapi saya tidak yakin bahwa semua ini didasari oleh data. Malahan saya mengatakan bahwa semua bukti yang ada tidak ada yang mendukung klaim tersebut.”

Mungkin dalam beberapa tahun lagi, ketika data yang ada lebih banyak dari sekarang akan lebih mudah untuk memutuskan, apakah kita akan menganggap anomali ini dengan lebih serius atau apakah semua ini memang benar hanya kebetulan statistik saja,” kata Spergel. Observatorium Simons, yang baru-baru ini dibangun di Chili, akan mampu mengukur efek gravitasi lensa dengan lebih akurat dari Planck, dan seharusnya bisa memberitahu kita, apakah benar telah terjadi krisis kosmologi.