BAGIKAN
Cyril Saulnier / Unsplash

Trimethylxanthine atau kafein adalah senyawa stimulan yang secara alami bisa ditemukan pada beberapa jenis makanan. Selama ini kafein digunakan secara luas di seluruh dunia sebagai stimulan psikoaktif, dan disebut-sebut setara dengan amfetamin, kokain dan heroin karena bekerja pada tubuh dengan cara yang sama, yaitu menstimulasi kerja otak.

Kandungan kafein bisa ditemukan pada produk-produk minuman teh, kopi dan minuman ringan dalam dosis yang aman. Tetapi dalam bentuk serbuk murni konsentrat, kafein merupakan zat yang sangat berbahaya bagi manusia jika dikonsumsi dalam dosis berlebih.

Badan pengawas obat dan makanan AS, FDA, telah memperingatkan bahwa satu sendok teh serbuk kafein sama dengan kandungan kafein pada 28 cangkir kopi. Karena alasan tersebut, maka peredaran suplemen kafein dalam bentuk serbuk telah dilarang di Amerika Serikat dan juga negara-negara lainnya.



Larangan peredaran tersebut dikeluarkan setelah dilaporkan terjadi banyak kasus kematian dalam beberapa tahun terakhir akibat overdosis kafein, meningkatkan kekhawatiran akan bahaya konsumsi kafein serbuk.

Sebuah penelitian terbaru di Inggris mengungkapkan apa yang terjadi ketika seseorang menelan serbuk kafein dalam jumlah yang banyak.

Pada laporan penelitian yang dipimpin oleh doctor Rebecca Harsten dari Queen Elizabeth Hospital, di London, Inggris, dituliskan secara detail pengalaman seorang pasien wanita berusia 26 tahun yang dilarikan ke unit gawat darurat tiga jam setelah menelan dua sendok teh serbuk kafein (kurang lebih 20 gram).

Menurut perhitungan FDA, dosis tersebut sama dengan meminum kurang lebih 50-60 cangkir kopi sekaligus, dan seperti yang dilaporkan oleh Harston dan rekan-rekan peneliti, sudah lebih dari cukup untuk bisa membunuh seseorang.

“Mengkonsumsi kafein lebih banyak 1-2-gram dari dosis yang dianjurkan sudah bisa memberikan efek toksik pada tubuh manusia,” para peneliti menuliskan pada laporannya. “Overdosis kafein akan berakibat fatal sesudah mengkonsumsi > 5-gram atau konsentrasi kafein dalam darah > 80 mg/L.”

Dan pasien tersebut sangat beruntung karena berhasil selamat dari insiden tersebut, karena pada pemeriksaan awal,dokter mencatat kadar kafein dalam darah pasien tersebut lebih tinggi dari dosis mematikan, tercatat kadar kafein dalam darahnya mencapai 147,1 mg/L.



Dan setelah mendapatkan pengobatan, tim peneliti mencatat, konsentrasi kafein dalam darah malah meningkat dan lebih tinggi dari sebelumnya.

Beberapa jam sebelumnya, ketika wanita ini tiba di unit gawat darurat rumah sakit, dia mengalami jantung berdebar, berkeringat, gelisah dan kesulitan bernafas. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter menemukan detak jantung pasien berdetak sangat cepat, dan tekanan darah rendah, kemudian pasien menunjukkan gejala hiperventilasi (nafas berlebih) dan muntah.

Hasil pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) pada pasien ditemukan adanya ketidaknormalan detak irama jantung yang dikenal dengan polymorphic ventricular tachycardia, dan hasil tes darah menunjukkan terbentuknya asam di dalam tubuhnya, yang dikenal dengan metabolic acidosis, dan respiratory alkalosis (ketidak seimbangan kadar CO2 dan oksigen dalam darah) dan tingginya jumlah sel darah putih.

Pasien kemudian diberikan cairan elektrolit pengganti, tetapi karena kondisinya tidak semakin membaik, pasien dipindahkan ke ruang ICU, dibius dan diberikan haemodialysis dan dipasangkan ventilator.

Pasien tersebut diberikan pengobatan intravenous bicarbonate untuk menurunkan kadar asam ditubuhnya, magnesium sulfat untuk mengontrol aritmia dan diberikan karbon aktif untuk membersihkan racun dari ginjal. Sejenis hormon bernama norepinephrine (noradrenaline) juga diberikan untuk mengatasi efek kafein terhadap tekanan darah.

Sejenis emulsi lemak bernama intralipid yang biasanya berfungsi sebagai sumber energi dan nutrisi, diberikan pada pasien untuk menyingkirkan material toksik yang larut dalam lemak dari tubuh.

Dan ternyata semua upaya dan pengobatan yang dilakukan para dokter membawa hasil, setelah dua hari, wanita ini telah dilepaskan dari ventilator, dan juga mesin dialisis, tetapi tetap dalam pengawasan di ruang ICU selama satu minggu berikutnya. Satu bulan kemudian, dia diperbolehkan pulang, dan para dokter mengatakan wanita tersebut telah cukup sehat dan juga mendapat dukungan penuh dari keluarganya. 

Para peneliti mencatat, selama ini belum ada panduan resmi untuk menangani overdosis kafein, karena kasus seperti ini memang jarang terjadi. Dan dari kasus ini bisa diketahui bahwa kombinasi dari intralipid dan haemodialysis bisa dijadikan cara pengobatan dari kasus overdosis kafein pada tahap kritis.

Penemuan ini dipublikasikan dalam BMJ Case reports.