BAGIKAN

Sistem penglihatan manusia adalah salah satu sistem biologis yang paling kompleks dan canggih, memungkinkan kita menangkap dan memahami dunia di sekitar kita melalui cahaya dan warna. Namun, sistem ini tidaklah sempurna. Salah satu keunikan dalam sistem penglihatan kita adalah blind spot atau titik buta pada retina—area kecil di mata yang tidak dapat mendeteksi cahaya dan, secara teori, menciptakan lubang dalam penglihatan kita. Fenomena ini adalah salah satu contoh menarik dari bagaimana otak manusia mengatasi keterbatasan biologis untuk menghasilkan pengalaman visual yang tampak utuh.

Apa itu Blind Spot?

Blind spot adalah area kecil pada retina di mana saraf optik (yang mentransmisikan informasi visual ke otak) terhubung ke mata. Di lokasi ini, tidak terdapat fotoreseptor—sel-sel di retina yang bertugas mendeteksi cahaya—sehingga cahaya yang jatuh pada area ini tidak bisa dilihat oleh mata.

Dalam anatomi mata manusia, saraf optik menyambungkan retina ke otak untuk mentransmisikan informasi visual yang diterima oleh mata. Saat saraf optik meninggalkan mata, ia menciptakan sebuah cakram optik di mana tidak ada sel batang (rod cells) atau sel kerucut (cone cells), yang bertanggung jawab untuk penglihatan. Akibatnya, tidak ada persepsi visual di area tersebut, menciptakan titik buta.

Mengapa Kita Tidak Menyadari Blind Spot?

Meskipun kita memiliki blind spot di setiap mata, kita jarang, jika pernah, menyadari keberadaannya dalam kehidupan sehari-hari. Ini karena otak kita melakukan tugas luar biasa dalam mengisi kekosongan tersebut. Ketika salah satu mata tidak menerima informasi dari blind spot, mata yang lain biasanya akan menutupi area tersebut. Jika kedua mata tidak dapat mendeteksi objek di area blind spot secara bersamaan, otak akan menggunakan informasi dari lingkungan sekitarnya untuk menebak dan mengisi apa yang mungkin ada di sana. Dengan kata lain, otak kita menciptakan ilusi kelengkapan.

Proses ini adalah contoh dari bagaimana otak secara aktif memproses informasi visual. Penglihatan bukanlah sekadar cermin pasif dari dunia luar; ini adalah konstruksi aktif di mana otak kita bekerja keras untuk memadukan, memperbaiki, dan menciptakan realitas yang tampak kohesif meskipun terdapat kekurangan dalam data sensorik yang diterima mata.

Apa Penyebab Blind Spot?

Blind spot merupakan hasil dari desain dasar mata manusia yang berkembang melalui proses evolusi. Semua vertebrata (hewan bertulang belakang), termasuk manusia, memiliki mata yang didesain dengan saraf optik yang keluar dari retina, sehingga menciptakan titik buta. Menariknya, beberapa hewan seperti cephalopoda (cumi-cumi dan gurita) tidak memiliki titik buta karena saraf optik mereka terletak di belakang retina, memungkinkan cahaya mencapai seluruh area retina tanpa gangguan.

Ini menimbulkan pertanyaan: Mengapa mata manusia dan hewan vertebrata lainnya berevolusi dengan desain ini? Jawaban pastinya tidak sepenuhnya jelas, tetapi tekanan evolusi yang membentuk struktur mata kita mungkin lebih mengutamakan aspek-aspek penglihatan lain, seperti daya tangkap cahaya atau ketajaman visual, ketimbang menghilangkan blind spot.

Pengaruh Blind Spot dalam Kesehatan Mata

Meskipun blind spot merupakan fenomena normal dan alami, masalah kesehatan mata yang lebih serius dapat memperbesar atau memperparah titik buta. Beberapa kondisi seperti glaukoma, retinitis pigmentosa, atau degenerasi makula dapat merusak sel-sel fotoreseptor di retina, yang berpotensi menciptakan area buta yang lebih luas dan mempengaruhi penglihatan seseorang secara signifikan.

Selain itu, meskipun otak dapat menutupi blind spot dalam situasi normal, ada situasi di mana orang dapat lebih menyadarinya, seperti ketika hanya satu mata digunakan atau dalam eksperimen sederhana yang dirancang untuk mendeteksi blind spot. Dalam eksperimen ini, objek di hadapan seseorang perlahan-lahan dipindahkan ke arah blind spot sampai objek tersebut “menghilang” dari pandangan.

Eksperimen: Menguji Blind Spot Sendiri

Anda dapat mencoba menemukan blind spot sendiri melalui eksperimen sederhana:

  1. Ambil selembar kertas dan gambar dua buah tanda (satu titik dan satu tanda silang) dengan jarak sekitar 10-15 cm.
  2. Tutuplah mata kiri dan fokuskan mata kanan Anda pada tanda plus.
  3. Perlahan gerakkan kertas lebih dekat ke wajah Anda sambil terus memfokuskan pandangan pada tanda plus.
  4. Pada titik tertentu, Anda akan melihat bahwa titik hitam menghilang—itulah blind spot Anda.

Apa yang terjadi?

Saraf optik — sekumpulan serabut saraf yang membawa pesan dari mata ke otak —melewati satu titik pada lapisan peka cahaya, atau retina, mata Anda. Di titik ini, retina mata Anda tidak memiliki reseptor cahaya. Bila Anda memegang kartu sehingga cahaya dari titik jatuh pada titik ini, Anda tidak dapat melihat titik tersebut. Fovea adalah area retina yang padat dengan reseptor cahaya, sehingga memberikan Anda penglihatan paling tajam.

Credit: exploratorium.edu

 

Berbagai gangguan penglihatan akibat blind spot di retina

Ada beberapa kondisi neurologis atau gangguan penglihatan di mana otak mungkin tidak mampu mengisi kekosongan informasi visual dari blind spot atau area lainnya, sehingga menyebabkan masalah dalam persepsi visual. Beberapa di antaranya meliputi:

1. Skotoma

Skotoma adalah hilangnya sebagian penglihatan atau adanya area buta pada bidang pandang yang lebih besar dari blind spot normal. Skotoma bisa disebabkan oleh:

  • Kerusakan retina, seperti akibat degenerasi makula atau retinopati diabetik.
  • Gangguan saraf optik, misalnya neuritis optik yang sering terjadi pada multiple sclerosis (MS).
  • Stroke, yang dapat mempengaruhi korteks visual di otak, menyebabkan hilangnya sebagian pandangan.

Pada kondisi ini, otak tidak dapat mengisi kekosongan seperti yang biasanya terjadi dengan blind spot normal, sehingga pasien melihat “area buta” yang jelas di penglihatannya.

2. Neglect Visual

Visual neglect (neglek visual) adalah kondisi yang sering terjadi setelah kerusakan otak, terutama akibat stroke pada satu sisi otak, biasanya di belahan kanan. Penderita neglect visual kehilangan kesadaran terhadap bagian tertentu dari bidang pandangnya (sering kali bagian kiri) tetapi tidak menyadarinya. Mereka mungkin tidak menyadari objek di sisi yang terpengaruh, namun otak tidak mampu “mengisi” informasi yang hilang seperti yang biasa terjadi di blind spot.

3. Cortical Blindness (Kebutaan Kortikal)

Pada kondisi cortical blindness, yang disebabkan oleh kerusakan pada korteks visual di otak (biasanya akibat stroke, trauma kepala, atau tumor), meskipun mata dan saraf optik masih berfungsi, otak tidak mampu memproses informasi visual dengan benar. Dalam beberapa kasus, penderita tidak dapat “melengkapi” gambar di area yang rusak dalam bidang pandangnya. Salah satu bentuknya adalah Anton syndrome, di mana penderita tidak menyadari bahwa mereka kehilangan penglihatan, bahkan ketika ada area buta di pandangannya.

4. Charles Bonnet Syndrome

Penderita Charles Bonnet Syndrome mengalami halusinasi visual yang kompleks akibat hilangnya penglihatan, sering kali disebabkan oleh degenerasi makula atau gangguan mata lainnya. Ketika otak menerima lebih sedikit informasi visual akibat gangguan penglihatan, otak terkadang “mengisi” kekosongan dengan halusinasi visual. Ini menunjukkan bahwa otak berusaha mengisi kekosongan informasi, tetapi hasilnya menjadi distorsi visual, bukan gambaran yang akurat.

5. Prosopagnosia (Kebutaan Wajah)

Meskipun bukan masalah langsung dengan blind spot, prosopagnosia adalah kondisi di mana otak kesulitan mengenali wajah meskipun mata bisa melihatnya dengan jelas. Ini disebabkan oleh kerusakan pada bagian tertentu dari otak yang bertanggung jawab untuk mengenali wajah (fusiform gyrus). Otak tidak dapat “mengisi” informasi yang diperlukan untuk mengenali wajah, menyebabkan penderita tidak mampu mengenali orang, bahkan orang yang sangat dikenal.

6. Agnosia Visual

Dalam agnosia visual, seseorang dapat melihat objek tetapi tidak bisa mengenalinya atau memberi arti pada apa yang mereka lihat. Ini terjadi karena otak tidak bisa memproses informasi visual secara benar. Misalnya, seseorang mungkin melihat sebuah pena tetapi tidak bisa memahami bahwa itu adalah benda yang digunakan untuk menulis. Kondisi ini sering kali akibat kerusakan pada korteks visual atau bagian lain dari jalur visual otak.

Dalam kondisi-kondisi seperti skotoma, neglect visual, dan gangguan visual lainnya, otak mungkin tidak mampu mengisi kekosongan informasi dari blind spot atau area buta lainnya, sehingga menyebabkan distorsi dalam penglihatan atau hilangnya kesadaran akan objek atau ruang. Meskipun blind spot alami kita biasanya “diabaikan” oleh otak yang bekerja dengan baik, gangguan ini dapat mengganggu kemampuan otak untuk memproses dan melengkapi gambar visual secara normal.

Kesimpulan

Blind spot di retina adalah bagian dari sistem penglihatan yang menunjukkan keterbatasan biologis tubuh manusia, tetapi juga sekaligus menyoroti kehebatan otak dalam menyatukan informasi visual. Meskipun area kecil pada retina tidak dapat mendeteksi cahaya, otak kita mampu mengisi kekosongan tersebut, menciptakan pengalaman visual yang tampak sempurna. Dengan memahami blind spot, kita tidak hanya dapat lebih menghargai keajaiban otak kita, tetapi juga menyadari bagaimana evolusi telah membentuk cara kita melihat dunia.