BAGIKAN
Antartika
Torsten Dederichs/Unsplash

Sebuah temuan baru mengungkapkan bahwa Bumi telah kehilangan 28 triliun ton es antara tahun 1994 hingga 2017. Suatu laju di mana lenyapnya es di seluruh planet semakin cepat, menurut sebuah penelitian terbaru.

Secara keseluruhan, telah terjadi peningkatan sebesar 65% dari tingkat kehilangan es selama survei 23 tahun. Hal ini terutama didorong oleh kenaikan tajam kehilangan dari lapisan es kutub di Antartika dan Greenland. 58% es yang hilang berasal dari belahan bumi utara, dan 42% berasal dari belahan bumi selatan.

Para penelti mendapatkan angka tersebut berdasarkan analisis terhadap data-data pengamatan satelit. Tim, yang dipimpin oleh University of Leeds, menemukan bahwa tingkat kehilangan es dari Bumi telah meningkat tajam dalam tiga dekade terakhir. Yaitu dari 0,8 triliun ton per tahun pada 1990-an menjadi 1,3 triliun ton per tahun pada 2017. Mereka telah mempublikasikan hasil temuannya dalam jurnal European Geosciences Union, The Cryosphere.

Lapisan es yang mencair, dapat menambah kenaikan permukaan laut. Akibatnya, banyak masyarakat yang tinggal di pesisir yang terancam banjir. Diperkirakan bahwa untuk setiap satu sentimeter kenaikan permukaan laut, sekitar satu juta orang terancam kehilangan tempat tinggalnya di dataran rendah. Air laut pun akan berkurang salinitasnya, karena semakin encer oleh air es. Pada akhirnya ini akan mengancam dan melenyapkan habitat alami yang diandalkan oleh satwa liar.

“Meskipun setiap wilayah yang kami teliti kehilangan es, kehilangan lapisan es Antartika dan Greenland mengalami percepatan yang paling besar,” kata penulis utama Thomas Slater, seorang rekan penulis dari Centre for Polar Observation and Modelling University of Leeds.

“Lapisan es sekarang mengikuti skenario terburuk pemanasan iklim yang ditetapkan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim. Kenaikan permukaan laut pada skala ini akan berdampak sangat serius pada masyarakat pesisir abad ini.”

Peningkatan hilangnya es dipicu oleh pemanasan atmosfer dan lautan. Di mana masing-masing telah menghangat sebesar 0,26 °C dan 0,12 °C per dekade sejak 1980. Pada umumnya, semua kehilangan es didorong oleh pencairan atmosfer (68%), dan sisanya (32%) didorong oleh pencairan samudera.

Survei tersebut mencakup secara keseluruhan dari berbagai area di bumi yang umumnya dipenuhi oleh lapisan es. Meliputi 215.000 gunung es, lapisan es kutub, lapisan es yang mengapung, dan es laut yang melayang di Arktik dan Samudra Selatan. Namun jumlah kerugian terbesar berasal dari lapisan es Laut Arktik (7,6 triliun ton) dan lapisan es Antartika (6,5 triliun ton). Di mana keduanya mengapung di lautan kutub.

Kenaikan suhu atmosfer telah menjadi pendorong utama berkurangnya es laut Arktik dan gunung es di seluruh dunia. Sementara peningkatan suhu laut telah meningkatkan pencairan lapisan es Antartika. Untuk lapisan es Greenland dan lapisan es Antartika, hilangnya es telah dipicu oleh gabungan dari kenaikan suhu laut dan atmosfer.

“Hilangnya es laut tidak berkontribusi langsung terhadap kenaikan permukaan laut, tetapi memiliki pengaruh secara tidak langsung,” kata Isobel Lawrence, seorang rekan peneliti dari Centre for Polar Observation and Modelling University of Leeds.

“Salah satu peran kunci dari es laut Arktik adalah untuk memantulkan radiasi matahari kembali ke luar angkasa yang membantu menjaga Kutub Utara tetap dingin.”

“Saat es laut menyusut, energi matahari lebih banyak diserap oleh lautan dan atmosfer, menyebabkan Arktik bertambah panas lebih cepat daripada di tempat lain di planet ini.

“Ini tidak hanya mempercepat pencairan es laut, tetapi juga memperburuk pencairan gletser dan lapisan es yang menyebabkan permukaan laut naik.”

Separuh dari total kehilangan es, berasal dari es yang berada di daratan. Di antaranya, 6,1 triliun ton dari gunung es, 3,8 triliun ton dari lapisan es Greenland, dan 2,5 triliun ton dari lapisan es Antartika. Kehilangan ini telah menaikkan permukaan laut global hingga 35 milimeter.

Meskipun hanya menyimpan 1% dari total volume es Bumi, gletser telah berkontribusi pada hampir seperempat dari kehilangan es global selama periode penelitian, dengan semua wilayah gletser di seluruh dunia kehilangan es.

“Selain berkontribusi terhadap kenaikan rata-rata permukaan laut secara global, gunung es juga penting sebagai sumber air tawar bagi masyarakat lokal. Oleh karena itu, berkurangnya gletser di seluruh dunia menjadi sangat penting baik pada skala lokal maupun global.” kata Inès Otosaka, penulis penetian yang juga dari Centre for Polar Observation and Modelling University of Leeds.