BAGIKAN

Para ilmuwan terus mengamati bagaimana otak dapat bekerja dan apa saja yang diperlukan untuk melakukan fungsi tertentu. Misalnya, bagaimana seekor hewan dapat membuat suatu keputusan? Sementara manusia memilki 86 miliar sel otak, dibutuhkan hanya 302 neuron (sel otak) bagi seekor cacing untuk dapat membuat suatu keputusan. Tampaknya dasar-dasar pengambilan keputusan cukup sederhana untuk dikodekan, secara biologis.

Temuan ini, yang diterbitkan di jurnal Current Biology, memiliki implikasi penting dalam menilai motivasi dan kemampuan kognitif pada hewan. Terlebih lagi, penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan pengambilan keputusan yang kompleks dapat dikodekan dalam jaringan biologis buatan yang berukuran kecil.

Pengamatan terhadap cacing (nematoda) Pristionchus pacificus menunjukkan, bahwa hewan ini memerlukan keputusan yang beragam untuk menentukan gigitannya. Hewan yang dikenal sebagai predator dan kanibal ini, mengandalkan gigitannya untuk menyantap atau mempertahankan sumber makanannya. Ini adalah suatu peluang bagi para peneliti untuk mengamati bagaimana keputusan ditentukan yang berawal dari struktur otak yang paling sederhana.

“Studi kami menunjukkan Anda dapat menggunakan sistem sederhana seperti cacing untuk mempelajari sesuatu yang kompleks, seperti pengambilan keputusan yang diarahkan pada tujuan,” kata ahli saraf Sreekanth Chalasani dari Salk Institute for Biological Studies di California. “Kami juga menunjukkan bahwa perilaku dapat memberi tahu kami banyak hal tentang cara kerja otak.”

Para peneliti mengamati bagaimana P. pacificus melakukan dua strategi berbeda terkait gigitannya untuk melahap dan mencegah, terhadap cacing Caenorhabditis elegans. Jadi, selama pengamatan, caenorhabditis berperan sebagai mangsa maupun sebagai pesaing.

Terhadap C. elegans yang lemah yang masih larva, P. pacificus memutuskan bahwa gigitannya digunakan untuk menyantap. Sementara bagi C. elegans yang sudah dewasa, P. pacificus cenderung menggunakan gigitannya untuk mengusir mereka dan menjauh dari sumber makanan. Ini adalah suatu bukti adanya peralihan strategi dan pilihan yang disengaja – yang diputuskan oleh otak.

“Para ilmuwan selalu berasumsi bahwa cacing itu sederhana – ketika P. pacificus menggigit kami pikir bahwa itu selalu bertujuan untuk suatu pemangsaan tunggal,” kata ahli saraf Kathleen Quach dari Salk Institute for Biological Studies. “Sebenarnya, P. pacificus memilki berbagai kemampuan dan dapat menggunakan tindakan yang sama, menggigit C. elegans, untuk mencapai tujuan jangka panjang yang berbeda.

“Saya terkejut menemukan bahwa P. pacificus dapat memanfaatkan apa yang tampak seperti pemangsaan yang gagal menjadi sesuatu yang bermanfaat dan terarah untuk tujuan teritorial.”

Salah satu bidang yang dapat dibantu oleh penelitian baru ini adalah dalam pengembangan kecerdasan buatan adalah, mencari tahu bagaimana mengajarkan perangkat lunak komputer untuk membuat suatu keputusan secara mandiri dengan pemrograman dan jaringan saraf sesederhana dan seminimal mungkin.

“Bahkan sistem sederhana seperti yang dimiliki cacing memiliki strategi yang berbeda, dan mereka dapat memilih di antara strategi tersebut, memutuskan mana yang bekerja dengan baik bagi mereka dalam situasi tertentu. Itu memberikan kerangka kerja untuk memahami bagaimana keputusan ini dibuat dalam sistem yang lebih kompleks, seperti manusia,” kata Chalasani.