BAGIKAN
Credit: Drew Masmar

Electrocorticogram adalah rekaman dari penelusuran gelombang otak melalui bantuan elektroda tertentu yang bersentuhan langsung dengan otak. Para peneliti dari Universitas Osaka mengembangkan teknologi electrocorticogram, untuk dapat menangkap gelombang otak saat seseorang membayangkan sebuah gambar. Dalam percobaannya, mereka dapat menentukan apa yang dibayangkan oleh para peserta penelitian, bahkan ketika mereka melihat sesuatu yang lain.

Dalam kehidupan nyata, kita secara terus menerus dihadirkan oleh berbagai tampilan gambar. Entah itu percakpan dengan teman, menonton film, atau hal lainnya. Berbagai informasi visual yang sampai ke otak ini, dapat terdeteksi dengan teknik yang disebut elektrokortikogram, yang mendeteksi pola aktivitas listrik di otak. Pola-pola ini tidak permanen. Namun, dapat berubah tergantung oleh apa yang kita perhatikan atau bayangkan pada saat itu.

“Setiap perhatian, diketahui memodulasi representasi saraf dari gambar yang dirasakan,” kata penulis utama Ryohei Fukuma dalam sebuah pernyataan.

“Namun, kami tidak tahu apakah membayangkan sebuah gambar yang berbeda juga dapat mengubah representasi ini.”

Para peserta yang mengikuti percobaan, terdiri dari sembilan orang pasien epilepsi yang sudah terpasang elektroda di otak mereka. Selanjutnya, mereka diperlihatkan berbagai gambar sambil diinstruksikan untuk membayangkan sesuatu yang sama sekali lain, seperti wajah, kata, atau lanskap.

Peneliti kemudian dapat merekam aktivitas listrik di otak mereka secara real-time menggunakan teknik electrocorticogram. Mereka menemukan perbedaan mencolok antara gambar yang dibayangkan dan gambar yang dilihat.

“Hasilnya mengklarifikasi hubungan antara aktivitas otak ketika orang melihat gambar versus ketika mereka membayangkannya,” tambah penulis senior Takufumi Yanagisawa.

“Pembacaan electrocorticogram dari gambar yang dibayangkan berbeda dari yang dipicu oleh gambar sebenarnya yang dilihat oleh pasien. Hal itu juga dapat dimodifikasi menjadi lebih berbeda ketika pasien menerima umpan balik secara real-time.”

Waktu yang dibutuhkan untuk membedakan gambar yang dilihat dan yang dibayangkan berbeda ketika partisipan membayangkan sebuah kata atau pemandangan, mungkin karena perbedaan area otak tempat kedua hal ini dibayangkan.

Mengingat keakuratan teknologi baru ini dalam menampilkan gambar yang ada dalam pikiran subjek, pendekatan serupa dapat digunakan untuk mengembangkan suatu perangkat komunikasi bagi para pasien yang mengalamai lumpuh parah. Misalnya, seperti mereka yang menderita amyotrophic lateral sclerosis. Perangkat serupa yang sudah digunakan oleh beberapa pasien dengan kondisi ini bergantung pada kontrol motorik, yang merosot lebih cepat daripada aktivitas korteks visual, sehingga perangkat berbasis citra bisa sangat berharga.

Penelitian ini telah diterbitkan di jurnal Communications Biology.