BAGIKAN
NASA/JPL-CalTech/UCLA/MPS/DLR/IDA

Di antara planet Mars dan Jupiter terdapat lapisan asteroid dengan berbagai ukuran, yang dinamakan sebagai sabuk asteroid. Dari sekian banyak asteroid, terdapat sebuah planet katai yang dinamakan Ceres. Meskipun sama-sama mengeliingi Matahari, namun terlampau kecil untuk dikatakan sebagai planet dan terlampau besar untuk ukuran asteroid.

Para peneliti, baru-baru ini menunjukkan bahwa Ceres memiliki sanudera lautan yang begitu luas, meskipun tersembunyi di bawah permukaannya. Penemuan ini menggoyahkan apa yang diyakini selama ini, bahwa Ceres hanyalah batuan antariksa yang tandus sebagaimana asteroid pada umumnya.

Di tahun 2015, NASA mengirimkan wahana antariksa Dawn untuk mengorbit pada asteroid terbesar di Tata Surya ini. Dari penelusurannya selama beberapa tahun, dihasilkan berbagai gambar beresolusi tinggi dari permukaannya. Sekarang tim ilmuwan dari Amerika Serikat dan Eropa telah menganalisis gambar yang disampaikan dari pengorbit, yang diambil sekitar 35 kilometer dari asteroid.


Salah satu yang menarik perhatian mereka adalah penampakkan suatu lokasi yang begitu berkilau, yang berada di sebuah kawah Occator akibat sebuah tabrakan yang terjadi sekitar 20 juta tahun yang lalu.

Lokasi yang begitu terang ini dinamakan sebagai faculae Para ilmuwan kemudian menetapkan bahwa penyebabnya adalah garam natrium karbonat yang naik ke permukaan – yang telah menumpuk dalam dua juta tahun terakhir. Sehingga, di lokasi yang nampak mengkilap ini para ilmuwan telah menentukan adanya pasokan air garam yang begitu luas di bawah permukaannya.

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Nature Astronomy , Nature Geoscience, dan Nature Communications .

Dengan menggunakan pencitraan inframerah, salah satu dari tim peneliti menemukan keberadaan senyawa hidrohalit — zat yang umumnya ditemukan di lautan es, tetapi hingga sekarang belum pernah diamati di luar Bumi. Spektrometri mengungkapkan bentuk natrium klorida terhidrasi ini berada di bagian paling atas dari kubah Cerealia Facula, titik paling terang di kawah Occator.

Menurut Maria Cristina De Sanctis dari Istituto Nazionale di Astrofisica, Roma, mengatakan kepada AFP bahwa adanaya hidrohalit adalah sebuah petunjuk yang menandakan jika Ceres dulunya memiliki air laut.

“Sekarang kami dapat mengatakan bahwa Ceres adalah semacam dunia samudra, seperti juga beberapa bulan Saturnus dan Jupiter,” katanya kepada AFP.


Ia mengatakan bahwa penemuan bahan tersebut di Ceres memiliki arti yang sangat penting secaea astrobiologi, karena menurutnya bahan ini sangat penting untuk kemunculan suatu kehidupan.

Dalam makalah terpisah, para peneliti yang berbasis di AS menganalisis gambar kawah Occator dan menemukan bahwa gundukan dan perbukitan garamnya mungkin terbentuk ketika air yang dikeluarkan oleh tabrakan meteor membeku di permukaan. Para penulis mengatakan temuan mereka menunjukkan bahwa proses pembekuan air seperti itu mungkin melamapaui Bumi dan Mars, dan telah terjadi di Ceres belum lama secara geologis.