BAGIKAN
(Credit: Andrea Piacquadio by Pexels)

Organisasi kesehatan dunia -WHO hari Selasa mengeluarkan panduan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan dan pasien perawatan gigi untuk meminimalisir resiko penularan selama pandemi. WHO juga menghimbau agar pemeriksaan gigi rutin dan non-esensial sebaiknya dibatalkan sampai angka penularan COVID-19 turun hingga pada angka aman, sebagai langkah pencegahan penularan virus dari prosedur yang menghasilkan spray aerosol yang berasal dari mulut pasien.

Dalam panduan tersebut WHO mengatakan bahwa prosedur pemeriksaan gigi rutin, pembersihan gigi dan pelayanan tindakan pencegahan harus ditunda untuk meminimalisir resiko penularan selama pandemi virus corona baru.

Badan kesehatan PBB ini juga mengatakan bahwa saat ini langkah pencegahan penularan dari pelayanan kesehatan gigi harus mulai diterapkan di banyak negara, beberapa prosedur harus dilakukan sebagai langkah meminimalisir jumlah aerosol atau mikro droplet yang ada di udara.

“WHO menganjurkan pada pemeriksaan kesehatan mulut non-essential, termasuk didalamnya check-up kesehatan mulut, pembersihan gigi dan perawatan pencegahan gigi harus ditunda hingga angka penularan COVID-19 telah menurun hingga angka yang aman, baik angka penularan lokal maupun kasus klaster,” demikian dituliskan dalam panduan.

Langkah-langkah keamanan yang sama juga diterapkan pada pelayanan estetika gigi. Tetapi untuk prosedur kesehatan mulut yang bersifat urgent atau darurat yang harus dilakukan dan berkenaan dengan fungsi penting mulut pasien, penanganan nyeri hebat harus tetap dilayani.”

WHO mengatakan bahwa jika dimungkinkan, pasien harus terlebih dahulu lolos screening COVID-19 sebelum melakukan perjanjian dengan dokter gigi.  Selain itu WHO juga merekomendasikan penggunaan masker sebelum dan selama sesi perawatan, menjaga jarak untuk menghindari dan mengurangi resiko penularan.

Panduan sementara ini dikeluarkan tanggal 20 Agustus dan disampaikan oleh WHO pada hari Selasa (11/08/2020).

WHO mengatakan bahwa para dokter gigi berada pada resiko tinggi terinfeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19.

WHO juga mengatakan bahwa dokter gigi dalam bekerja harus berada pada jarak yang sangat dekat dengan mulut pasien dalam waktu yang cukup lama.

Prosedur-prosedur yang dilakukan mencakup komunikasi dengan bertatap muka dan paparan saliva, darah dan cairan tubuh lainnya secara intens serta penanganan dengan menggunakan instrumen tajam. Konsekuensinya, tenaga kesehatan yang melayani perawatan kesehatan mulut berada pada resiko tinggi terinfeksi virus SARS-Cov-2 atau menularkan infeksi pada pasien yang ditanganinya.

Aerosol generating procedures (AGP) atau prosedur yang menghasilkan aerosol, antara lain prosedur pembersihan gigi dengan alat scaler ultrasonic dan polishing, prosedur dengan alat bantu berkecepatan tinggi dan rendah, pembedahan untuk mencabut gigi dan pemasangan implant.

Panduan ini juga menyertakan daftar prosedur perbaikan gigi palsu, prosedur orthodontis, dan perawatan karies gigi, diusahakan dilakukan dengan meminimalisir atau menghindari AGP. 

Kepala bidang kesehatan gigi WHO, Benoit Varenne mengatakan bahwa penyakit yang berkenaan dengan gigi adalah beban kesehatan yang sering diabaikan di banyak negara, berdampak pada banyak orang di sepanjang hidupnya.

Pada tingkat global, perkiraan terakhir menunjukkan bahwa ada 3,5 juta orang menderita penyakit gigi,” kata Varenne.

“Karies gigi yang tidak terawat pada gigi permanen adalah masalah kesehatan gigi yang paling umum diderita oleh manusia.”

Dia mengatakan, pada sebuah survei, 75 persen dari negara-negara anggota WHO mengatakan bahwa pelayanan kesehatan gigi menjadi terganggu secara keseluruhan maupun sebagian selama pandemi ini.

Varenne juga menyatakan keprihatinannya atas kurang tersedianya perlengkapan perlindungan diri untuk para dokter gigi ketika mereka bekerja selama pandemi ini.