BAGIKAN
(NIAID/NIH/flickr)

Virus corona telah sekian kali berganti muka, bermutasi hingga yang terakhir kali muncul sebagai virus corona baru penyebab pandemi saat ini. Ada beberapa virus corona sebelumnya, yang hanya bisa membuat pilek biasa. Untungnya, sel kekebalan tubuh dapat mengingatnya terhadap virus corona ini, sehingga bisa membuat lebih kebal terhadap virus corona baru penyebab COVID-19, dibandingkan dengan orang-orang yang belum terpapar oleh virus corona serupa sebelumnya.

Para peneliti yang telah menerbitkan hasil dari pekerjaanya di jurnal Science, menunjukkan bahwa beberapa orang yang tidak terjangkit oleh virus corona baru, mungkin telah memiliki sel-sel T yang mampu mengenali dan bereaksi terhadap virus tersebut secara signifikan. Menurut mereka, hal itu disebabkan karena sel-sel T tersebut sebelumnya telah terlatih untuk mengidentifikasi dan melawan virus corona yang menjadi penyebab penyakit pilek atau flu biasa.

Pilek biasa adalah infeksi dari virus pada saluran pernapasan bagian atas. Biasanya tidak berbahaya, meski mungkin agak merepotkan karena mengganggu pernapsan. Yang paling penting, flu biasa disebabkan oleh berbagai jenis virus yang berbeda-beda, sehingga sepanjang hidup orang tak pernah kebal atau terhindar dari penyakit ini.


Sel T, adalah suatu sel darah putih yang merupakan bagian yang paling penting dari sistem pertahanan tubuh kita untuk melawan virus. Sel-sel ini dapat mengidentifikasi dan memusnahkan sel-sel yang terinfeksi dan kemudian memberikan informasi pada sel-sel B tentang bagaimana membentuk antibodi baru. Ketika anda terinfeksi virus, sistem imun anda akan menghasilkan zat antibodi dan sel-sel darah putih.

Kadar antibodi dalam darah akan turun dalam beberapa bulan setelah infeksi, tetapi memori dari sel-sel T akan terus ada hingga beberapa tahun dan dapat membantu menyusun serangan kembali jika virus yang serupa muncul.

Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa kemampuan sel-sel T untuk mengingat bagaimana cara melawan virus corona lainnya dapat memberikan kita keuntungan secara imunologis dalam melawan virus corona baru.

“Hasil penelitian ini dapat menjelaskan mengapa pada beberapa orang hanya menunjukkan gejala ringan ketika terinfeksi sedangkan yang lainnya sakit parah.” kata Alessandro Sette, salah satu ilmuwan yang terlibat dalam penelitian ini. Dia juga mengingatkan bahwa masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa memori imunologis yang telah terbentuk pada sistem imun seseorang mempengaruhi kondisinya ketika terinfeksi COVID-19.

Tim peneliti menganalisis sampel darah yang dikumpulkan antara tahun 2014 hingga 2018 dari 250 orang yang belum pernah terpapar COVID-19. Mereka menemukan bahwa sampel darah orang-orang tersebut memiliki memori sel T yang dapat mengenali baik virus corona baru maupun virus corona penyebab pilek.

Hasil penemuan Sette dan tim telah dipublikasikan pada bulan Mei lalu menjelaskan bahwa pada 10 orang yang belum pernah terpapar virus corona baru ternyata telah memiliki sel-sel T yang mampu mengidentifikasi dan merespon virus ini.

Sette juga pernah melakukan analisis dalam skala yang lebih besar pada data yang berasal dari AS, Belanda, Jerman, Singapura dan Inggris, dan ditemukan bahwa sel-sel darah putih pada 20 hingga 50 persen orang-orang yang belum pernah terpapar virus corona baru, secara signifikan mampu bereaksi terhadap virus tersebut.


“Reaktivitas imun yang telah terbentuk sebelumnya masih tetap ada sampai taraf tertentu dalam populasi,” Sette menuliskan dalam analisisnya.

Dan dua penelitian terbaru lainnya bahkan menyajikan lebih banyak bukti dari dalam laporannya.

Penelitian pertama yang dipublikasikan bulan lalu, menemukan bahwa diantara 68 orang Jerman yang sehat dan belum pernah terpapar COVID-19, lebih dari sepertiganya memiliki sel-sel T yang bereaksi terhadap virus corona baru. Penelitian kedua yang dipublikasikan dalam jurnal Nature, menemukan bahwa lebih dari setengah dari 37 orang sehat yang belum pernah terkena COVID-19 memiliki memori sel-sel T yang mampu mengenali virus corona baru.

Dalam penelitian kedua juga dilakukan analisis pada 23 orang yang pernah sembuh dari SARS – yang juga disebabkan oleh virus corona – dan pada orang-orang tersebut masih ditemukan memori sel-sel T spesifik SARS, 17 tahun setelah mereka terinfeksi. Dan sel-sel T tersebut juga mampu mengenali virus corona baru.

Penjelasan paling mungkin dari hasil penelitian ini adalah sebuah fenomena yang disebut dengan reaktivitas silang: ketika sel-sel T membentuk respon terhadap satu jenis virus yang bereaksi pada patogen yang mirip tetapi sebelumnya tidak pernah dikenali.

Tanpa adanya reaktivitas silang dari sel-sel T, tubuh anda harus membangun sistem pertahanan dari awal, yang mungkin akan mengakibatkan lambatnya respon sistem imun terhadap serangan virus.