BAGIKAN
(Iriarte et al, Journal of Computer Applications in Archaeology, 2020)

Dengan menggunakan alat pemindai yang dikendalikan dari jarak jauh, yang ditempatkan pada beberapa helikopter, para arkeolog berhasil mengintip apa yang tersembunyi di bawah kanopi pepohonan di hutan Amazon. Mereka berhasil mengungkap tata letak unik dari beberapa pedesaan kuno yang saling berhubungan dan terlihat dari atas seperti penampakan jam. Hasil penelitian mereka telah dipublikasikan dalam Journal of Computer Applications in Archaeology

Desa-desa kuno hutan Amazon yang terlihat seperti gundukan-gundukan tanah ini sebenarnya sudah pernah ditemukan sebelumnya. Dan berkat teknologi survei terbaru, para peneliti berhasil mengungkap bagaimana desa-desa tersebut tertata dengan sangat baik. Dan data-data tersebut terkumpul tanpa perlu melakukan penelitian di lab ataupun kegiatan penggalian di dalam tanah.

Dilansir dari ScienceAlert, para arkeolog menggunakan teknologi pemindaian LIDAR, sebuah teknologi yang dikendalikan dari jarak jauh dan memiliki sensitivitas sangat tinggi yang juga dapat ditemukan pada mobil-mobil ‘self-driving’ dan bahkan pada iPhones keluaran terbaru dari Apple.

(riarte, J, et al. Journal of Computer Applications in Archaeology, 2020; CC BY 4.0)

“LIDAR memungkinkan kita untuk bisa mendeteksi desa-desa kuno ini, dan kita dapat melihat bagaimana bentuk jalan-jalan di pedesaan tersebut, yang tidak akan dapat ditemukan dengan mudah karena semua ini tidak dapat terdeteksi oleh data satelit terbaik yang pernah ada saat ini,” kata arkeolog José Iriarte, dari University of Exeter, Inggris.

Dibandingkan dengan melakukan penggalian dari satu situs ke situs lainnya, yang biasa dilakukan di masa lalu, para peneliti kini bisa melihat tata letak keseluruhan desa kuno tersebut dan bagaimana setiap desa saling terhubung dengan menggunakan sensor pemantau RIEGL VUX-1 UAV LIDAR yang memantau dari atas.

Pemindai ini menunjukkan pada kita bagaimana desa-desa kuno yang dibangun antara tahun 1300 – 1700 M – yang penataannya menunjukkan sebuah model sosial yang sangat spesifik, tanpa pembedaan hirarki yang jelas.

Ditemukan 3 hingga 32 gundukan pada setiap situs, dimana gundukan-gundukan tersebut memiliki ketinggian 3-meter dan panjang 20 meter. Penelitian lebih jauh di masa depan mungkin bisa mengungkap dengan pasti fungsi dari gundukan-gundukan tersebut, bisa jadi adalah tempat tinggal atau tempat penguburan.

Jalan kecil dan jalan besar yang panjang dan cekung dengan tepian yang tinggi juga ditemukan oleh LIDAR, terlihat menyebar seperti gambaran cahaya matahari atau dua buah jarum jam. Kebanyakan dari desa-desa tersebut memiliki dua jalan yang menuju utara dan dua jalan yang menuju selatan.

“LIDAR memberi kita kesempatan baru untuk menemukan dan mendokumentasikan situs-situs yang terkubur di bawah tanah di dalam hutan Amazon yang memiliki pepohonan yang sangat lebat,” kata Iriarte. “Dan juga mampu mendokumentasikan permukaan terkecil sekalipun yang berada di sebuah area padang rumput yang baru dibuka.”

Secara keseluruhan, para arkeolog telah meneliti 36 desa yang berjarak sekitar 2,5 kilometer satu sama lain. Dan juga pedesaan yang berbentuk lingkaran dan elips. Para peneliti juga menemukan pedesaan yang dengan bentuk persegi panjang.

Para peneliti akhirnya bisa mengisi kekosongan dalam sejarah hutan hujan Amazon ini, di wilayah negara bagian Acre di Brazil, yang sebelumnya dianggap tidak berpenghuni selama bertahun-tahun.

Namun, penelitian ini baru pada tahap pendahuluan, masih banyak hal yang perlu diungkap tentang pemukiman kuno yang tertata dengan sangat rapih ini. Harus dilakukan pengamatan dari dekat pada gundukan-gundukan yang berbentuk seperti penampakan jam ini, dan artefak-artefak yang mungkin akan ditemukan di dalamnya.

“Teknologi ini membantu kita untuk menunjukkan sejarah konstruksi yang beragam dari sebuah wilayah di hutan Amazon,” kata Iriarte.