BAGIKAN
Rekonstruksi artis tentang penguburan anak. (Emmanuel Roudier)

Penemuan sisa-sisa kerangka di situs Ferrassie Prancis, menunjukkan bahwa Neanderthal telah mengembangkan cara untuk memakamkan jenazah. Gagasan pemakaman bagi Neanderthal telah lama diguga dan bukan untuk pertama kalinya. Namun, berbagai ilmuwan telah menyangkalnya. Karena inovasi itu mungkin hanya dikembangkan pada awalnya oleh spesies kita saja. Selain itu terkait dengan kecanggihan teknologi penggalian arkeologis yang digunakan sebelumnya.

Sisa-sisa kerangka manusia yang diperkirakan berusia 41.000 tahun, adalah milik seorang bocah Neanderthal. Di mana dengan sengaja telah dimakamkan tak lama setelah menemui ajalnya. Tim peneliti memastikan bahwa tulang-tulang yang terawat baik telah diletakkan untuk beristirahat sebagaimana mayat dikuburkan. Posisinya tetap sesuai anatomis mereka, dengan kepala terangkat lebih tinggi dari bagian tubuh lainnya. Demikian menurut penelitian yang dipimpin oleh para peneliti dari CNRS dan Muséum national d’histoire naturelle (Prancis) dan Universitas Basque Country (Spanyol). Hasilnya telah diterbitkan di jurnal Scientific Reports.

La Ferrassie. (Claude Valette / Flickr / CC BY-ND 2.0)

Penemuan pemakaman Neanderthal di awal abad ke-20

Sebalumnya, lusinan kerangka Neandertal yang terkubur telah ditemukan di Eurasia. Membuat beberapa ilmuwan menyimpulkan bahwa Neanderthal telah mengubur mayat mereka sebagaimana yang kita lakukan. Namun, para ahli lainnya skeptis. Mengingat bahwa sebagian besar kerangka yang paling terawetkan, yang ditemukan pada awal abad ke-20 tersebut, tidak digali menggunakan teknik arkeologi modern.

Para peneliti kembali menganalisis salah satu dari himpunan kerangka di situs Neandertal yang terkenal di Prancis, La Ferrassie Dordogne. Setelah enam kerangka Neandertal ditemukan pada awal abad ke-20, situs tersebut melahirkan yang ketujuh antara tahun 1970 hingga 1973. Ia adalah kerangka seorang anak berusia sekitar dua tahun. Selama hampir setengah abad, koleksi yang terkait dengan spesimen ini belum tereksploitasi.

Belum lama ini, para peneliti kembali melakukan penelaahannya lebih jauh. Mereka mengungkapkan bahwa 47 tulang-belulang manusia baru yang tidak teridentifikasi selama penggalian, dan tidak diragukan lagi milik dari kerangka yang sama.

Para ilmuwan juga melakukan analisis menyeluruh terhadap tulang. Mulai dari status pengawetan, studi protein, genetika hingga penentuan usianya. Mereka kembali ke La Ferrassie dengan harapan menemukan potongan-potongan kerangka lebih lanjut. Meskipun tidak ada tulang baru yang ditemukan, berpedoman pada berbagai catatan pendahulunya, mereka mampu merekonstruksi dan menafsirkan distribusi spasial. Baik  tulang dari sisa-sisa manusia maupun hewan terkait lainnya.

Meneliti bahan dari penggalian tahun 1970-an. (Antoine Balzeau / CNRS / MNHN)

Bukti mayat telah disemayamkan dengan sengaja

Para peneliti menunjukkan bahwa kerangka tersebut telah terkubur pada sebuah lapisan sedimen yang condong ke barat. Di mana kepalanya ke timur, lebih tinggi dari panggul. Sedangkan lapisan stratigrafi situs lainnya cenderung ke timur laut. Tulang-tulang yang serupa tidak dalam keadaan berserakan, melainkan tetap sebagaimana posisi anatomisnya.

Tulang-tulang tersebut, lebih baik daripada bison dan hewan pemakan tumbuhan lainnya yang ditemukan di lapisan yang sama. Ini menunjukkan bahwa penguburan yang segera dilakukan tak lama setelah kematiannya. Lebih lanjut, kandungan lapisan ini terbukti lebih tua dari lapisan sedimen di sekitarnya.

Akhirnya, tulang-tulang kecil, diidentifikasi sebagai manusia berdasarkan proteinnya. Sementara DNA mitokondriaya menunjukkan Neanderthal. Berdasarkan penanggalan menggunakan karbon-14, usianya sekitar 41.000 tahun.

Informasi baru ini membuktikan bahwa mayat bocah Neandertal berusia dua tahun ini sengaja diletakkan pada sebuah lubang yang digali di lapisan sedimen sekitar 41.000 tahun yang lalu. Namun, penemuan lebih lanjut akan diperlukan untuk memahami kronologi dan perluasan geografis dari praktik penguburan Neanderthal.

Para peneliti tidak dapat menemukan proses alami yang dapat menjelaskan keberadaan anak dan elemen terkait dalam lapisan steril dengan kemiringan yang tidak mengikuti kemiringan geologis lapisan tersebut. Dalam hal ini, mereka mengusulkan bahwa tubuh anak dibaringkan di sebuah lubang yang telah sengaja digali pada lapisan sedimen steril.