BAGIKAN
Ilyass SEDDOUG

Efek Dunning-Kruger adalah sejenis bias kognitif di mana orang percaya bahwa mereka lebih pintar dan lebih mampu daripada yang sebenarnya. Pada dasarnya, orang berkemampuan rendah tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk mengetahui ketidakmampuan mereka sendiri. Kombinasi kesadaran diri yang buruk dan kemampuan kognitif yang rendah membuat mereka melebih-lebihkan kemampuan mereka sendiri.

Tapi, dari mana gagasan ini berawal?

Di tahun 1955, seorang pria merampok dua buah bank sekaligus di Pittsburgh lalu tertangkap hanya dalam satu jam saja. Ia begitu berani tanpa menggunakan penutup muka atau topeng yang dapat menyamarkan wajahnya. Membuat wajah pria yang bernama McArthur Wheeler ini begitu cepat tersebar karena terekam oleh kamera cctv yang terpasang.

Meskipun demikian, entah bagaimana Wheeler merasa terkejut seolah jurus jitunya tak ampuh sedikitpun. Saat pihak kepolisian menunjukkan bukti video tersebut, ia hanya berkilah: “Tapi saya mengenakan jusnya”.

Mungkin ini akan terdengar konyol. Tapi Wheeler sepertinya merasa yakin bahwa dengan membalurkan jus lemon pada wajahnya, akan mengaburkan identitas wajahnya dan membuatnya tidak terdeteksi oleh kamera. Bagaimana mungkin seseorang begitu yakin dengan kebodohan yang dilakukan tanpa ia sadari?

Justin Kruger dan David Dunning mencoba menjelaskan fenomena ini dengan melakukan serangkaian eksperimen. Penelitiannya menunjukkan bahwa orang dengan kemampuan yang lebih sedikit cenderung akan melebih-lebihkan kemampuannya. Para peneliti dari Cornell University ini kemudian menerbitkan hasil temuannya dan membuat nama mereka dikaitkan dengan bias kognitif seperti yang dialami oleh Wheeler sebagai Efek Dunning-Kruger.

Efek Dunning-Kruger adalah bias kognitif yang membuat orang berpikir bahwa mereka pandai dalam hal tertentu, namun pada kenyataannya justru sebaliknya. “Orang cenderung memiliki pandangan yang terlalu baik tentang kemampuan mereka dalam banyak domain sosial dan intelektual” kata peneliti dalam tulisannya.

“Orang-orang ini tidak hanya mencapai kesimpulan yang salah dan membuat pilihan yang tidak menguntungkan, tetapi ketidakmampuan mereka merampas kemampuan metakognitif mereka untuk menyadarinya”

“Dalam banyak kasus, ketidakmampuan tidak membuat orang menjadi terdisorientasi, kebingungan, atau berhati-hati,” tulis David Dunning dalam sebuah artikel di Pacific Standard. “Malahan, orang yang tidak kompeten sering kali diberkahi dengan kepercayaan diri yang tidak pantas, didukung oleh sesuatu yang bagi mereka terasa seperti pengetahuan.”

Seperti yang disarankan Dunning, masalah utama dengan ketidaktahuan adalah bahwa ketidaktahuan bisa terasa seperti memilki keahlian.

Dunning dan Kruger menyarankan bahwa fenomena ini berasal dari apa yang mereka sebut sebagai “beban ganda.” Orang tidak hanya tidak kompeten; ketidakmampuan mereka merampas kemampuan mental mereka untuk menyadari betapa tidak kompetennya mereka.

Setidaknya ada tiga kecenderungan bagi orang yang tidak kompeten. Mereka cenderung melebih-lebihkan tingkat keterampilan mereka sendiri, gagal mengenali keterampilan dan keahlian seseungguhnya dari orang lain, serta gagal mengetahui kesalahan mereka sendiri dan kurangnya keterampilan

Dunning telah menunjukkan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi ahli dalam suatu pekerjaan adalah kualitas yang sama persis yang dibutuhkan bagi seseorang untuk mengetahui bahwa mereka tidak pandai dalam pekerjaan tersebut. Jadi, jika seseorang tidak memiliki suatu kemampuan, mereka tidak hanya tetap buruk dalam kemampuannya tetapi juga mengabaikan ketidakmampuan mereka sendiri.

Faktor lain yang berkontribusi adalah bahwa kadang-kadang sedikit pengetahuan tentang suatu subjek dapat membuat orang secara keliru percaya bahwa mereka telah mengetahui semua yang perlu diketahui tentangnya. Seperti kata pepatah lama, sedikit pengetahuan bisa menjadi hal yang berbahaya. Seseorang mungkin memiliki sedikit kesadaran tentang suatu subjek, namun berkat efek Dunning-Kruger, percaya bahwa dia adalah seorang ahli.

Dunning menjelaskan bahwa efek Dunning-Kruger bukanlah tentang kebodohan atau memiliki kecerdasan yang rendah, namun ini berkaitan dengan informasi yang salah.

Efek ini dapat memiliki dampak besar pada apa yang orang yakini, keputusan yang mereka buat, dan tindakan yang mereka ambil. Dalam sebuah penelitian, Dunning dan Ehrlinger menemukan bahwa wanita tampil setara dengan pria dalam kuis sains, namun wanita meremehkan kinerja mereka karena mereka percaya bahwa mereka memiliki kemampuan penalaran ilmiah yang lebih rendah daripada pria. Para peneliti juga menemukan bahwa sebagai akibat dari keyakinan ini, para wanita ini lebih cenderung menolak untuk mengikuti kompetisi sains.

“Karena sangat mudah untuk menilai kebodohan orang lain, mungkin sangat menggoda untuk berpikir ini tidak berlaku untuk Anda,” kata Dunning. “Tetapi masalah ketidaktahuan yang tidak disadari adalah masalah yang menimpa kita semua.”