BAGIKAN
(Anh Nguyen/Unsplash)
(Anh Nguyen/Unsplash)

Lebih dari tiga perempat dari orang-orang yang pernah dirawat di rumah sakit karena COVID-19 masih merasakan setidaknya satu gejala setelah enam bulan, menurut sebuah penelitian terbaru. 

Dalam makalah penelitian tersebut para peneliti menyebutkan bahwa masih dibutuhkan penelitian lebih jauh untuk melihat apakah efek dari virus corona tersebut masih ada.

Penelitian ini, yang telah dipublikasikan dalam Lancet medical journal dan melibatkan ratusan pasien di kota Wuhan, China, merupakan satu diantara beberapa penelitian yang meneliti gejala jangka panjang dari infeksi COVID-19.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kelelahan atau kelemahan otot adalah gejala paling umum, dan juga dilaporkan adanya masalah kesulitan tidur.

“Karena COVID-19 adalah sebuah penyakit baru, kami baru pada tahap awal untuk memahami beberapa efek jangka panjang dari penyakit ini terhadap kesehatan pasien,” kata Bin Cao, penulis senior penelitian ini, dari National Center for Respiratory Medicine.

Professor ini menyatakan bahwa penelitian ini berfokus pada kebutuhan untuk perawatan lanjutan pada para pasien yang telah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, khususnya pada mereka yang mengalami infeksi parah COVID-19.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengatakan bahwa virus ini memberikan efek lanjutan yang serius pada beberapa orang, bahkan pada orang-orang yang berusia muda, dan juga pada orang-orang sehat yang tidak dirawat di rumah sakit.

Penelitian baru ini melibatkan 1.733 pasien COVID-19 yang telah dipulangkan dari rumah sakit Jinyintan di Wuhan antara bulan Januari hingga Mei tahun lalu.

Para pasien tersebut, dengan usia rata-rata 57, dikunjungi oleh tim peneliti pada bulan Juni dan September dan minta untuk menjawab pertanyaan tentang gejala-gejala yang mereka rasakan serta kualitas hidup mereka yang berhubungan dengan kesehatan.

Para peneliti juga melakukan pemeriksaan fisik dan pengujian lab.

Penelitian ini menemukan bahwa 76 persen dari pasien-pasien yang berpartisipasi (1.265 dari 1.655) mengatakan bahwa mereka masih merasakan gejala.

Kelelahan dan kelemahan otot dilaporkan dirasakan oleh 63 partisipan, dan 26 persen mengalami masalah tidur.

Penelitian ini juga meneliti 94 pasien dengan kadar antibodi darah yang tercatat berada pada puncak infeksi sebagai bagian dari trial lainnya.

Dan ketika para pasien tersebut diuji kembali setelah enam bulan, kadar dari antibodi penetralisir mereka 52,5 persen lebih rendah.

Para peneliti mengatakan bahwa hasil penelitian ini meningkatkan kekhawatiran mereka akan terbentuknya reinfeksi, walaupun mereka juga mengatakan bahwa dibutuhkan jumlah sampel yang lebih besar untuk menjelaskan mengapa imunitas terhadap virus terus berubah seiring waktu.

Dalam sebuah artikel komentar yang juga dipublikasikan dalam The Lancet, Monica Cortinovis, Norberto Perico dan Giuseppe Remuzzi dari Italy’s Istituto di Ricerche Farmacologiche Mario Negri IRCCS, mengatakan bahwa pengaruh kesehatan jangka panjang dari pandemi ini masih belum pasti.

“Sayangnya, ada beberapa laporan tentang masalah klinis setelah infeksi COVID-19,” kata mereka, dan juga ditambahkan bahwa penelitian terbaru ini “relevan dan tepat waktu”.

Mereka mengatakan bahwa penelitian jangka panjang multidisiplin tengah dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris. Dan diharapkan penelitian tersebut dapat membantu meningkatkan pemahaman dan juga pengembangan pengobatan untuk mengatasi konsekuensi jangka panjang dari COVID-19 pada banyak organ dan jaringan”.