BAGIKAN
[Pixabay]

Lahan tanah akan semakin berkurang seiring waktu untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia yang populasinya kian bertambah. Salah satu di antaranya adalah ketersediaan lahan untuk pemakaman. Seorang pakar telah menemukan solusi yang ramah lingkungan untuk mengatasi permasalahan kepadatan makam ini.

Konsultan kesehatan masyarakat asal Inggris John Ashton mengusulkan koridor pemakaman hijau di sepanjang jalur transportasi – jalan raya, kereta api dan jalan setapak – menggunakan lahan sisa yang sebelumnya tidak tersentuh sehingga dapat mengurangi permasalahan pada plot pemakaman yang semakin padat.

Seperti yang sedang diuji coba di AS, yaitu dengan menambahkan bahan-bahan yang mudah terurai berupa jerami dan serpihan kayu yang dikuburkan bersama dengan mayat di dalam makam. Ini adalah solusi yang mudah, sekaligus berkontribusi pada siklus alami pertumbuhan dan pembusukan.

“Apa yang dibutuhkan sekarang adalah visi besar yang strategis untuk tempat pemakaman hijau untuk meraih kembali kota-kota kita,” kata Ashton .

“Sudah waktunya untuk meninjau kembali akar kesehatan masyarakat dari penguburan manusia dan menghubungkannya dengan visi baru untuk planet yang cocok untuk generasi mendatang.”

Memang rencana ini masih belum terinci, tetapi Ashton menunjuk pada upaya sebelumnya untuk berinovasi dalam bisnis pemakaman – dari pemakaman Magnificent Seven London abad ke-19 hingga peti mati yang dapat terbiodegradasi di zaman modern.

Ashton berpendapat bukan hanya sisa-sisa peti mati yang meninggalkan warisan polusi, tetapi juga bahan kimia yang digunakan dalam proses pembalseman. Pendekatan tradisional kain kafan sederhana umat Muslim adalah salah satu contoh untuk diikuti, katanya.

Berbagai lahan bekas industri yang tidak dikembangkan yang berada di perkotaan dan kota-kota kecil, dapat digunakan kembali sebagai plot penguburan yang ramah lingkungan, Ashton mengusulkan. Idenya mungkin juga bisa menjaga koridor alami antara area pemekaran kota

“Saya pikir seharusnya ada zona penyangga di sekitar pepohonan jalan utama,” kata Ashton kepada New Scientist. “Beberapa area tersebut, lahan pertanian yang saat ini mendapat tekanan untuk dibangun rumah, dapat ditetapkan sebagai lokasi pemakaman hijau, terutama yang dekat dengan kota.”

Kremasi telah membantu meredakan permasalahan kepadatan makam – sekitar 50 persen orang di AS dan hampir semua orang di Jepang dikremasi, misalnya. Namun, proses pembakaran menghabiskan energi dan berkontribusi terhadap polusi udara, dan banyak guci yang akhirnya ikut terkubur.

Tradisi penguburan adalah bagian penting dari budaya apa pun, dari mumi Mesir hingga penguburan laut Viking, dan di zaman kita saat ini, krisis iklim dan kepadatan penduduk, pendekatan ramah lingkungan merupakan hal pertama yang sangat masuk akal untuk menyelesaikannya.

Menjadikan sisi jalan tol sebagai pekuburan mungkin terdengar tidak menarik, tetapi setidaknya ini akan berkontribusi positif terhadap lingkungan setelah kepergian seseorang.

Dan untuk semua orang yang ditinggalkan, mungkin perlu beberapa saat untuk membiasakan diri melakukan perjalanan hilir mudik melewati taman kenangan. Bagaimanapun gagasan-gagasan baru akan dibutuhkan cepat atau lambat – lahan pemakaman di Inggris, diperkirakan tak tersisa lagi dalam lima tahun ke depan.

“Anda mendapatkan 500.000 hingga 600.000 kematian setahun di Inggris dan Wales jadi jika setiap orang yang meninggal memiliki penguburan hijau – saya tidak mengatakan itu akan terjadi – tetapi jika semua orang melakukannya kita bisa menanam setengah juta pohon setahun,” Ashton kepada Nicola Davis di Guardian.

Penelitian ini telah diterbitkan di Journal of the Royal Society of Medicine.