BAGIKAN
Battlecreek Coffee Roasters / Unsplash

Salah satu yang menjadi masalah besar dari COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 adalah banyak orang yang terinfeksi dengan hanya menunjukkan gejala ringan atau tanpa gejala apapun. Kondisi ini membuat semakin sulit untuk bisa mengidentifikasi berapa banyak orang yang telah terinfeksi penyakit ini dan siapa saja yang telah menularkan ke orang lain. Para profesional medis di banyak negara terkena wabah virus ini melaporkan bahwa para pembawa virus yang tidak menunjukan gejala atau asimtomatik carrier ini mengatakan mereka merasakan kehilangan indera penciuman dan dalam beberapa kasus, hilangnya indra perasa.

Anosmia adalah hilangnya indera penciuman sebagian atau keseluruhan. Penyakit-penyakit yang umum seperti infeksi rhinovirus yang menyebabkan pilek (common flu), bisa menyebabkan anosmia sementara karena terjadinya iritasi pada rongga hidung. Dan pada kondisi yang lebih serius bisa menyebabkan anosmia permanen, tetapi umumnya timbul sebagai gejala penyakit-penyakit ringan dengan durasi yang singkat.

Para ahli bidang medis di seluruh dunia melaporkan bahwa gejala hilangnya indera penciuman bisa jadi merupakan ciri dari para pembawa virus corona tanpa gejala (asimtomatik carrier). Para dokter bedah THT mengatakan bahwa virus corona dan virus-virus lain pada umumnya menyebabkan terjadinya pembengkakan pada mukosa olfaktori yang mengandung banyak reseptor pendeteksi aroma. Bisa jadinya hilangnya indera penciuman menjadi petunjuk klinis untuk mengidentifikasi seseorang sehat yang menjadi pembawa panyakit COVID-19.

The American Academy of otolaryngology melaporkan dalam situsnya minggu ini bahwa bukti yang berasal dari pengalaman banyak orang tentang gejala anosmia, hiposmia (berkurangnya indera penciuman), dan dysgeusia (berkurangnya indera perasa) cukup signifikan untuk dimasukkan dalam daftar skrining untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi COVID-19.

Para dokter spesialis bedah THT di Inggris juga mengeluarkan pernyataan bahwa anosmia bisa dikategorikan sebagai gejala yang penting yang mungkin mengindikasikan adanya infeksi pada sesorang yang terlihat sehat atau seorang asimtomatik carrier

Para pembawa virus tanpa gejala ini memegang peranan penting dalam penyebaran wabah penyakit COVID-19, karena tanpa terlihatnya gejala yang jelas seperti timbulnya demam atau batuk yang persisten, mereka tidak akan terdeteksi sebagai pembawa virus yang dapat menularkannya pada banyak orang.

“Walaupun masih diperlukan penelitian lebih lanjut, gejala hilangnya indera penciuman atau anosmia, telah dilaporkan oleh 1 dari 3 pasien di Korea Selatan dan di Jerman, dilaporkan oleh 2 dari 3 pasien,” kata Professor Simon Carney, seorang otolaryngology (spesialis bedah kepala dan leher) di Flinders University.

Dilaporkan bahwa pada banyak pasien di seluruh dunia,kebanyakan yang berusia muda, yang telah menjalani tes dan terkonfirmasi positif COVID-19, hanya menunjukkan gejala hilangnya penciuman dan perasa tanpa gejala-gejala umum lainnya seperti demam ataupun batuk. 

Direkomendasikan bagi para pasien untuk menghubungi dokter mereka atau pelayanan kesehatan terdekat apabila merasakan gejala ini untuk meminta petunjuk apa yang harus dilakukan. Walaupun sebenarnya tidak diperlukan perawatan apapun oleh dokter selain mengisolasi diri hingga infeksi berakhir. Mereka yang mengalami gejala anosmia mendadak disarankan untuk menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing karena ada kemungkinan telah tertular penyakit COVID-19.

Walaupun merupakan gejala yang bersifat sementara, anosmia bisa memberikan dampak signifikan pada kualitas hidup penderita karena seringkali disertai dengan hilangnya indera perasa. Hilangnya indera perasa dan penciuman menyebabkan penderita merasa tidak nyaman untuk makan dan memicu hilangnya nafsu makan, bahkan hingga menyebabkan malnutrisi.