BAGIKAN
Credit: CC0 Public Domain

Sebuah tim peneliti yang berafiliasi dengan beberapa lembaga di AS dan satu di Kanada telah menemukan bukti yang menunjukkan bahwa rekombinan hormon pertumbuhan manusia (rhGH) dapat membalikkan penuaan epigenetika pada manusia. Dalam makalah mereka yang diterbitkan di jurnal Aging Cell, kelompok ini menggambarkan upaya mereka untuk mempelajari lebih lanjut tentang dampak dari rhGH pada timus (sebuah kelenjar yang terletak di depan dada), dan apa yang mereka temukan.

Para peneliti melaporkan bahwa minat mereka terhadap dampak rhGH pada timus dimulai ketika mereka menemukan sebuah laporan yang menggambarkan sebuah penelitian di tahun 1986 yang menunjukkan bahwa tikus yang diberi suntikan dengan rhGH meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya. Salah satu anggota tim, Gregory Fany, benar-benar menguji idenya pada dirinya sendiri di tahun 1990-an, dan menemukan bahwa tampaknya hal itu meremajakan timusnya, yang meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya.

Timus adalah kelenjar di dada yang mengubah sel darah putih menjadi sel T dan karenanya memainkan peran penting dalam respon imun. Sayangnya, seiring bertambahnya usia manusia, timbunan lemak menumpuk di timus, bersamaan dengan penurunan hormon pertumbuhan manusia — akibatnya adalah respon imun yang melemah.



Dalam upaya terbaru ini, para peneliti ingin mendapatkan ide yang lebih baik tentang apa yang terjadi pada timus dan sistem kekebalan tubuh jika seseorang diberikan rhGH. Untuk mengetahuinya, mereka merekrut sembilan orang sukarelawan, semuanya laki-laki kulit putih, untuk berpartisipasi dalam studi mereka.

Studi ini terdiri dari memberikan masing-masing sukarelawan hormon pertumbuhan DHEA. Masing-masing juga diberikan dua buah obat untuk menangkal diabetes, karena DHEA ditemukan dapat memicu penyakit. Para sukarelawan dimonitor selama setahun. Pada akhir tahun, para peneliti menemukan bahwa tujuh dari sembilan sukarelawan tersebut kehilangan lemak di timus mereka dan jaringan sehat telah tumbuh kembali untuk menggantikannya. Para peneliti juga melakukan pengujian penanda epigenetik (metilasi) pada sukarelawan. Mereka melaporkan bahwa 10 sukarelawan semuanya mengalami pembalikan penuaan epigenetik — rata-rata, mereka tumbuh secara biologis lebih muda dua setengah tahun.

Para peneliti mencatat bahwa studi mereka sangat terbatas, dan karena itu, diperlukan lebih banyak lagi studi untuk menentukan apakah hormon pertumbuhan manusia dapat benar-benar mengembalikan proses penuaan.