Setidaknya ada satu perdebatan antar pecinta kucing yang bisa diselesaikan, apakah sebaiknya tetap membiarkan kucing peliharaan berada di luar, atau berada di dalam rumah. Hasil sebuah penelitian terbaru dari para ilmuwan memastikan bahwa kucing peliharaan sebaiknya tetap berada di dalam rumah.
Kucing peliharaan yang berkeliaran di luar rumah, ternyata menghadapi resiko terinfeksi oleh bakteri patogen atau parasit hampir tiga kali lipat lebih besar daripada kucing yang selalu berada di dalam rumah, seperti yang telah dilaporkan di The Royal Society journal Biology Letters.
Para pemilik kucing juga harus meyadari, bahwa kucing atau Felis Catus bisa menularkan berbagai macam penyakit kepada manusia, kata para peneliti.
Yang menarik dari hasil penelitian ini adalah semakin jauh lokasi tempat tinggal kucing dari garis katulistiwa, kemungkinan untuk terinfeksi oleh berbagai macam virus dan parasit adalah semakin besar, jika kucing dibiarkan berada di luar rumah. Buat para pecinta kucing di wilayah tropis seperti Indonesia yang berlokasi tepat di garis khatulistiwa, mungkin bisa sedikit bernafas lega mendengar informasi ini.
“Setiap kenaikan derajat lintang akan menambah resiko terkena infeksi sekitar empat persen,” kata Kayleigh Chalkowski, peneliti dari the School of Forestry and Wildlife Sciences di Auburn University, Alabama.
“Selama ini orang berfikir bahwa di wilayah tropis yang memiliki lebih banyak lingkungan liar, akan memiliki lebih banyak parasit,” kata Chalkowski kepada AFP. “Tetapi ternyata perbedaan letak garis lintang menghasilkan efek yang berlawanan.”
Untuk memastikan apakah sebaiknya kucing dipelihara di dalam rumah atau bolehkan keluar rumah, Chalkowski and rekan memadukan hampir dua lusin penelitian sebelumnya yang mengamati satu atau beberapa jenis penyakit dibandingkan dengan lingkungan di dalam dan di luar rumah.
Hasilnya, semua hasil studi yang dipelajari pada 19 macam penyakit pathogen pada kucing di lebih dari 12 negara, termasuk Spanyol, Kanada, Swiss, Jerman, Pakistan, Brazil, dan Belanda.
“Studi ini adalah untuk pertama kalinya melakukan perhitungan kuantitatif tentang faktor resiko infeksi pada kucing yang berada di luar rumah dengan luas wilayah yang besar dan jenis pathogen yang yang dipelajari juga cukup banyak,” kata Chalkowski.
Efeknya selalu konsisten terhadap hampir semua jenis penyakit, termasuk roundworm (cacing gelang) atau Toxocara cati pada kucing, dan parasit jenis sel tunggal Toxoplasma gondii yang menjadi penyebab penyakit toxoplasmasis yang menyerang wanita hamil, dimana keduanya dapat menulari manusia.
Tidak berpengaruh darimana penyakit ini berpindah, apakah dari tanah, kucing lain atau mangsa kucing seperti kucing dan burung.
“Pada dasarnya, tidak lah masalah di mana kamu tinggal di penjuru dunia ini, memelihara kucing di dalam rumah adalah yang terbaik untuk menjaga agar mereka tetap sehat dari berbagai penyakit infeksi,” kata Chalkowski sebagai kesimpulan.
Hasil studi ini sangat direkomendasikan bagi para pemilik kucing, Chalkowski menambahkan, “mengingat banyaknya penyakit patogen yang bisa dibawa kucing dan bisa menularkannya pada manusia”.
Studi tentang kucing ini sangatlah membantu untuk memahami bagaimana serangga bisa menginfeksi hewan, karena kucing yang dipelihara manusia lebih sering berada di lingkungan di dalam rumah dan hanya sesekali diperbolehkan keluar rumah, sedangkan anjing adalah sebaliknya.
Untuk mencegah penyebaran penyakit ini dari binatang peliharaan, Centers for Disease Control and Preventions – Pusat pengendalian penyakit dan pencegahannya – menganjurkan untuk mencuci tangan setelah menyentuh, bermain atau memberi makan binatang peliharaan, begitu juga setelah memegang mainan mereka dan peralatan seperti kandang atau tempat makan-minum mereka.
Menyimpan persediaan hewan peliharaan diusahakan jauh dari dapur dan menyucihamakan semua peralatan untuk hewan yang berada di luar rumah juga dianjurkan. Membuang kotorannya secara hati-hati juga penting, untuk mencegah penyebaran penyakit cacing gelang dan cacing tambang.
Membersihkan tangan dengan air mengalir sangat dianjurkan, tapi memakai hand sanitizer juga diperbolehkan bila air mengalir dan sabun tidak tersedia. Para orangtua juga diharapkan bisa membimbing anak mereka untuk selalu mencuci tangan.
Hewan domestik lainnya yang juga berpotensi menularkan penyakit kepada manusia, seperti anjing, menularkan rabies, dan hewan ternak yang dapat membawa Cryptosporidum parvum, sejenis parasit yang menyerang saluran usus.
Kucing-kucing liar memasuki lingkungan yang dihuni manusia ketika mereka berburu tikus, dan didomestikasikan sekitar 5.000 tahun yang lalu. Di masa Mesir kuno, kucing dianggap sebagai dewa dan diabadikan dalam berbagai bentuk hieroglif Mesir.
Diperkirakan terdapat sekitar 500 juta ekor kucing yang menjadi peliharaan di seluruh dunia.