BAGIKAN
Credit: The University of Jyväskylä/Janne Valkonen

Sebuah penelitian oleh para peneliti dari Universitas Jyväskylä menunjukkan bahwa pola zig-zag yang khas pada punggung ular beludak melakukan fungsi yang tampaknya berlawanan selama peristiwa predasi – saat bertemu pemangsa potensial. Pada awalnya, pola zig-zag membantu ular untuk tetap tidak terdeteksi. Tetapi, setelah diketahui oleh predatornya, motif tersebut memberikan peringatan keras tentang pertahanan ular yang berbahaya. Yang paling penting motif zig-zag juga dapat menghasilkan efek ilusi yang dapat menyembunyikan gerakan ular saat melarikan diri.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Animal Behavior (2020) ini, mengungkapkan bagaimana pola warna tunggal dapat memiliki berbagai efek sekaligus selama peristiwa predasi, sehingga memperluas diskusi tentang protective coloration – pewarnaan untuk kamuflase – dan adaptasi anti-predator.

Protective coloration adalah salah satu alat paling sederhana namun paling efektif yang digunakan spesies untuk menghindari predator. Biasanya, pola warna yang berbeda berguna pada tahap yang berbeda dari peristiwa predasi. Beberapa pola warna samar, menutupi buruan agar tidak terdeteksi — seperti bunglon. Pola-pola lain bersifat aposematic, yang secara terang-terangan memberikan peringatan keras kepada pemangsa — seperti tawon. Akhirnya, beberapa pola dapat menghasilkan ilusi optik untuk mengejutkan atau membingungkan predator dan memberikan peluang terhadap mangsa untuk melarikan diri — seperti zebra.

Tetapi serangkaian percobaan baru-baru ini, oleh sebuah tim yang dipimpin oleh Janne Valkonen dan Johanna Mappes di Universitas Jyväskylä (Finlandia), menunjukkan bahwa ular beludak Eropa (Vipera sp.) Dapat mencapai ketiga trik tersebut hanya dengan pola warna tunggal — pola zig-zag.

Pada awalnya, pola zig-zag membantu viper untuk bersembunyi. Para peneliti tersamarkan oleh model lembut dari ular dengan pola warna yang berbeda dan mencatat seberapa sering dapat terdeteksi oleh orang yang sedang berjalan. Model dengan pola zig-zag lebih jarang terdeteksi daripada model berwarna polos. Ini adalah konfirmasi pertama bahwa pola zig-zag viper memiliki fungsi penyamaran. Tetapi meskipun jika ular berbisa terdeteksi, pola zig-zag masih bisa melakukan keajaibannya — alih-alih menyembunyikan ular, pola itu selanjutnya berfungsi untuk membuatnya semakin lebih jelas. Penelitian sebelumnya telah menetapkan bahwa pola tersebut memperingatkan hewan pemangsa tentang gigitan ular yang berbahaya.

Kontribusi paling signifikan dari penelitian Dr. Janne Valkonen adalah keterkaitan dari sejenis ilusi tertentu yang dihasilkan oleh pola zig-zag ular. Sama seperti serangkaian gambar diam yang bergerak cepat dapat menghasilkan animasi yang halus, kelap-kelip yang cepat dari zig zag ular yang melarikan diri juga dapat menghasilkan penampakan dari suatu bentuk yang utuh.

Tim itu mengukur kecepatan ular yang melarikan diri dan menghitung tingkat kelap-kelip zig-zagnya. Bagi pengamat, stimulus yang berubah dengan cepat (seperti zig-zag yang bergerak, atau baling-baling helikopter berputar) seolah tiada henti jika kecepatan kelap-kelipnya melebihi ambang batas dalam sistem visual.

Para peneliti menemukan bahwa pergerakan zig-zag cukup cepat untuk menghasilkan efek fusion-flicker terhadap predator mamalia, meskipun mata yang lebih cepat dari seekor raptor tidak akan tertipu. Efek ilusi ini dapat mengubah penampilan ular yang bergerak, membuatnya lebih sulit ditangkap. Jadi seperti ilusionis yang terampil, ular berbisa ini bersembunyi dengan caranya yang unik.

Meskipun zig-zag ular beludak tampak berupa pola yang sederhana, tetapi itu adalah suatu ilusi canggih yang dapat menyembunyikan, mengungkapkan, dan secara paradoks melakukan keduanya pada saat yang bersamaan. Namun, melalui keajaiban gerakan dan optik, kedua fungsi dapat diperoleh melalui pola yang sama pada tahapan yang berbeda dalam urutan predasi.