BAGIKAN
Credit: Matthew Modoono/Northeastern University

Hewan ini telah membuat kapal Christopher Columbus terdampar di Jamaika, menenggelamkan Armada Spanyol, dan membuat ambruk dermaga laut di San Francisco. Struktur kayu yang berada di laut telah menjadi tidak aman karena cacing kapal dapat menggerogoti dan merusaknya.

“Ada sebuah laporan yang berasal dari Yunani dan Romawi kuno, mengeluhkan tentang cacing kapal yang menghancurkan dermaga dan kapal mereka,” kata Dan Distel, yang mengarahkan Pusat Genome Legacy Ocean Northeastern. “Selama zaman perahu kayu, ia adalah tantangan besar.”

Cacing kapal bentuknya pipih. Sejenis moluska yang telah terkenal dan ditakuti karena kemampuannya untuk memakan kayu. Tetapi itu tidak dilakukannya sendirian. Mereka mengandalkan rekan bakterinya untuk mengurai kayu menjadi nutrisi yang bisa mereka manfaatkan. Dengan mempelajari bakteri ini, kita dapat mengungkapkan cara yang lebih efisien untuk memanfaatkan limbah kayu dan tanaman yang kita hasilkan di daratan.

Dalam sebuah paper yang telah dirilis, Distel dan rekan-rekannya menggambarkan bakteri ini, yang diberi nama Teredinibacter waterburyi.

Cacing kapal, menggunakan suatu enzim dari Teredinibacter waterburyi untuk mengurai selulosa yang terdapat dalam kayu.

Tetapi bakteri ini tidak tinggal di dalam usus inangnya, di mana proses pencernaan terjadi. Teredinibacter waterburyi dan beberapa bakteri lainnya hidup di dalam sel insang hewan. Enzim yang mereka hasilkan dikeluarkan dari sel bakteri, melintasi sitoplasma sel hewan, melalui dinding sel lainnya, dan kemudian, sampai ke usus. 

Enzim-enzim tersebut adalah salah satu alasan mengapa para peneliti begitu tertarik pada mikroba dari cacing kapal. Mereka dapat memecah bahan kompleks lignoselulosa di dinding sel tanaman, menjadi gula.

“Lignoselulosa adalah bahan biologis paling banyak di dunia,” kata Distel. Berbagai limbah bahan tanaman yang tidak terpakai, seperti kayu, jagung dan gandum, dan limbah kertas, dapat dikonversi menjadi gula dan digunakan untuk membuat biofuel, plastik, atau sumber daya lainnya.

“Mempelajari bagaimana bakteri ini melakukan pekerjaannya dapat memberi kita petunjuk bagaimana cara yang lebih efisien untuk mengubah limbah, limbah domestik, limbah pertanian, limbah industri, limbah produk hutan, menjadi hal-hal yang dapat digunakan untuk bahan bakar atau berbagai bahan kimia,” kata Distel.

Bakteri ini juga dapat membantu peneliti mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana bakteri berbahaya menginfeksi kita. Meskipun Teredinibacter waterburyi tidak membahayakan cacing kapal di mana mereka hidup di dalamnya, ia masih harus masuk ke dalam sel-sel cacing kapal.

“Memahami bagaimana bakteri menginfeksi sel inang adalah pertanyaan yang sangat penting,” kata Distel. “Kemungkinan ada mekanisme yang sangat mirip antara patogen yang menginfeksi inang dan bakteri baik yang menginfeksi inang.”

Bakteri menghasilkan senyawa yang dapat memanipulasi perilaku atau biologi sel di sekitarnya, yang disebut metabolit sekunder. Beberapa di antaranya berpotensi dikembangkan menjadi obat untuk membunuh sel kanker atau mengobati infeksi. Dua antibiotik telah ditemukan dalam bakteri cacing kapal, kata Distel, dan yang satunya lagi, saat ini sedang ditelaah kemampuannya sebagai obat anti parasit.