BAGIKAN
(Credit: Jeff Williams/ NASA)

Sepanjang sejarah, planet Bumi telah mengalami setidaknya lima kali bencana besar yang memicu kepunahan massal, dimana hampir seluruh kehidupan di planet ini musnah. Hampir semua dari peristiwa tersebut terjadi bersamaan dengan bencana-bencana besar seperti jatuhnya meteor, aktivitas geologis dan letusan gunung berapi.

Satu salah satu dari sekian banyak peristiwa bencana besar yang pernah terjadi masih menjadi misteri hingga kini, yaitu peristiwa kepunahan Devonian akhir 360 juta tahun yang lalu. Dan diketahui pada periode tersebut tidak pernah terjadi peristiwa jatuhnya meteor, dan tidak ditemukan adanya jejak unsur mercury yang menunjukkan pernah terjadi peristiwa letusan gunung berapi besar pada masa itu.

Apa yang kita ketahui adalah pada saat itu temperatur bumi pernah menghangat pada masa interglasial di periode glasial. Tetapi kondisi itu saja tidaklah bisa menyebabkan terjadinya kepunahan massal. Dan kini para ilmuwan menemukan data fosil yang menunjukkan pernah terjadi peningkatan radiasi ultraviolet pada masa itu yang menyebabkan penipisan sementara lapisan ozon dan naiknya temperatur bumi.

Tentu saja petunjuk ini mengkhawatirkan, karena penipisan lapisan ozon adalah respon alami dari pemanasan global. Dan seperti yang kita ketahui, pemanasan global bumi sekarang ini telah berada pada tahap yang mengkhawatirkan.

Peristiwa kepunahan Devonian akhir berlangsung pada kurun waktu antara 500.000 hingga 25 juta tahun. Membunuh hampir 80 persen dan semua spesies hewan yang hidup pada saat itu. Dan juga memberikan dampak yang begitu buruk pada kehidupan tumbuhan.

Tetapi ada beberapa penjelasan yang cukup masuk akal. Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2018 menemukan bahwa fosil spora tumbuhan yang berasal dari peristiwa kepunahan Permian-Triassic 252 juta tahun yang lalu menunjukkan adanya kerusakan akibat radiasi sinar UV yang mengakibatkan perubahan struktur pada tumbuhan tersebut. Kondisi I ni menyebabkan tumbuhan sulit untuk bereproduksi dan akhirnya menyebabkan kepunahan massal tumbuhan.

Dan peristiwa ini juga dikaitkan dengan penipisan lapisan ozon akibat aktivitas letusan gunung berapi yang masif – salah satu penyebab penipisan lapisan ozon. Dan penjelasan ini ini tidak hanya terhenti pada peristiwa kepunahan massal Devonian akhir, tetapi mungkin saja ada hal lain yang menyebabkan lapisan ozon menipis pada saat itu. Dan para peneliti melakukan penelitian lebih jauh pada fosil spora tumbuhan tersebut.

Prof. John Marshall mengambil sampel di Spitsbergen. (Credit: Sarah Wallace Johnson)

Mereka mengumpulkan sampel batuan dari situs di Greenland, yang berlokasi lebih dekat dengan garis khatulistiwa selama periode Devonia akhir. Mereka meneliti lebih lanjut sampel tersebut bersama dengan fosil spora tumbuhan. Dan mereka menemukan bahwa sebagian besar spora mengalami kerusakan akibat radiasi ultraviolet.

(Marshall et all., SciAdv, 2020)

Spora kecil dari tumbuhan yang bernama Gran Dispora Cornuta mulai menunjukkan malformasi bentuk duri dan bentuk yang tidak beraturan (gambar di atas). Dan tumbuhan lainnya yang bernama Verrucatosporites nitidus mulai menunjukkan letak inti yang tidak seimbang dan bentuk yang tidak beraturan. Dan juga ditemukan banyak spora dengan warna yang lebih gelap, kemungkinan disebabkan oleh proses pigmentasi alami pada tumbuhan untuk melindungi dirinya dari radiasi ultraviolet yang sangat kuat.

Para peneliti mengambil kesimpulan bahwa pada saat itu lapisan ozon menipis, menyebabkan tingkat radiasi ultraviolet menjadi sangat tinggi pada permukaan Bumi, menghancurkan begitu banyak sekali spesies tumbuhan pada saat itu. Dan karena tumbuhan merupakan kebutuhan dasar dari rantai makanan makhluk hidup, kondisi ini berakibat punahnya hewan herbivora, dan disusul hewan karnivora yang memangsanya.

Jadi, apa sebenarnya yang menjadi penyebab penipisan lapisan ozon? Para ilmuwan mengatakan bahwa naiknya temperatur bumi yang menjadi penyebab utamanya. Ketika temperatur meningkat, secara alami akan terbentuk senyawa fluorocarbon, seperti metal klorida dan kemudian akan naik menuju atmosfer menjadi katalis proses pemutusan ikatan atom oksigen pada lapisan ozon.

Dalam beberapa dekade terakhir, para ilmuwan mengkhawatirkan kondisi lapisan ozon karena diketahui senyawa chlorofluorocarbon (CFC) yang digunakan pada lemari es dan propelan naik menuju atmosfer dan memperlemah lapisan ozon di atas Antartika.

Lubang ozon yang terbentuk mulai membaik saat ini setelah ada pelarangan penggunaan CFC secara global. Tetapi baru-baru ini, diketahui terbentuk lubang ozon kedua di atas Arktik yang disebabkan karena perubahan iklim. Para peneliti memperkirakan meningkatnya temperatur Bumi ikut berkontribusi pada kerusakan lapisan pelindung planet kita ini.

“Perkiraan saat ini, kita akan mengalami kenaikan temperatur global seperti yang terjadi 360 juta tahun yang lalu, dan kemungkinan hilangnya lapisan ozon akan terjadi kembali, menyebabkan permukaan Bumi akan terpapar radiasi ultraviolet tanpa terlindungi,” kata Professor John Marshal, dari University of Southampton School of Ocean and Earth Science, Inggris.

“Penemuan ini bisa merubah kondisi planet Bumi sekarang ini dari perubahan iklim menjadi darurat iklim.”

Hasil riset ini telah dipublikasikan dalam Science Advances.