BAGIKAN
Teripang
Teripang (Kevskoot/Pixabay)

Kawanan teripang yang hidup di sebuah lingkungan terumbu karang, dapat menghasilkan kotoran sekitar 64.000 ton per tahun. Jumlah tersebut akan setara dengan lima buah menara eiffel, menurut para peneliti yang telah mempublikasikan temuannya di jurnal Coral Reefs.

Kebanyakan teripang (holothurians) adalah pemakan bangkai. Bergerak pelan di sepanjang dasar laut dan memakan serpihan kecil ganggang atau hewan laut mikroskopis. Partikel yang mereka giling menjadi potongan-potongan kecil selanjutnya dipecah oleh bakteri dan menjadi bagian dari siklus nutrisi lautan. Ini yang dikenal sebagai bioturbasi, mirip dengan yang dilakukan cacing tanah di daratan.

Proses bioturbasi ini memainkan peran penting dalam terumbu karang dengan melepaskan kalsium karbonat, yang merupakan bahan utama dalam pembentukan karang. Dan amonia, yang berperan sebagai pupuk dan mendorong pertumbuhan karang.

Sebuah studi sebelumnya, telah menemukan bahwa proses pencernaan alami teripang memberikan produk limbahnya dengan pH yang relatif tinggi (atau basa), yang berarti air di sekitar habitat teripang sedikit terlindungi dari pengasaman laut.

Di Pulau Heron, pulau karang di lepas pantai Queensland dan selatan Great Barrier Reef, para peneliti mengerahkan drone untuk memetakan hampir 30.000m2 laguna terumbu dengan resolusi sangat tinggi.

“Dengan menggunakan data satelit, kami kemudian mengekstrapolasi pola ini ke seluruh terumbu untuk mendapatkan perkiraan jumlah total teripang yang ada,” kata pemimpin penelitian Associate Professor Jane Williamson.

Hasil pengamatan menunjukkan jumlah total teripang di area terumbu karang tersebut sebanyak 3 juta ekor. Dengan menggabungkan informasi ini, para peneliti dapat menghitung jumlah kotoran yang dihasilkan oleh teripang setiap tahun di terumbu karang seluas 18 km2 ini.

“Secara paralel, kami menjalankan eksperimen di fasilitas akuarium untuk menentukan berapa banyak sedimen yang dilewatkan oleh teripang setiap hari.” kata Williamson.

Selama 24 jam, para peneliti mengukur volume kotoran yang dihasilkan oleh setiap teripang di dalam akuarium. Setiap jam mereka mengumpulkan kotoran yang dihasilkan oleh teripangnya, dan diketahui jumlahnya dalam sehari. Dengan demikian mereka dapat memperkirakan total bioturbasi di seluruh terumbu karang.

“Total bioturbasi dari holothurians di Heron Reef diperkirakan lebih dari 64.000 metrik ton per tahun,” studi tersebut menemukan.

Penelitian baru ini menemukan bahwa ilmu kelautan telah mengabaikan pentingnya teripang yang menghabiskan banyak pasir sebagai alat bioturbasi.

“Meskipun bioturbator yang lebih besar dan lebih mencolok pada terumbu karang, nilai holothurian (teripang) terhadap ekosistem terumbu lebih jarang dikaitkan dengan jasa ekosistem mereka daripada nilai mereka untuk perikanan,” tulis penulis penelitian.

“Mungkin ini karena mereka dianggap memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap kesehatan terumbu dibandingkan dengan hewan lainnya”

Harga yang tinggi di pasar Asia telah mendorong penangkapan berlebihan secara global. Saat ini teripang terancam secara global dari perikanan komersial, dengan tujuh spesies terancam punah dan sembilan dalam kategori rentan.

“Ada kekhawatiran besar di antara para ilmuwan bahwa fungsi ekologi penting dari teripang akan hilang,” kata Williamson dari Macquarie University

“Jika kita ingin memiliki terumbu yang lebih sehat, kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa teripang mulai menghilang dan hanya fokus pada perubahan iklim, padahal itu ancaman utama bagi terumbu karang. Kita harus memastikan bahwa kita juga mengatasi masalah lain seperti penangkapan ikan yang berlebihan.” kata rekan penulis dan ilmuwan kelautan Dr. Vincent Raoult dari University of Newcastle.